malam hijau
kita berziarah di taman kota dan tempat pelacuran
singgah di halte dan menaburi raya dengan mata-mata air
menikmati angin yang rendah dan dingin bersamaan
kau menutup payudaramu dengan kain sisa kenangan
lalu berjalan diatas bulan yang merah
aku masih menutup diri disini
di bawah purnama yang mengutukku menjadi setia yang aneh
ini ziarah kita
masih tentang malam hijau
semua tanyamu menjadi angka satu
bisa saja itu pertanda sebagai jendela atau mungkin juga pintu
yah jendala untuk mengintip atau pintu untuk mengusirku
gulita terang oleh cahaya biru
meski kutahu itu murung yang kita indahkan
ada deretan warna-warna lain yang masih menunggu untuk kita tuliskan
Makassar, November 2012
0 komentar:
Posting Komentar