Gambar
itu warna hijau. Ada sebatang rokok dan tulisan boleh merokok di tengahnya.
Terpajang di papan bicara gedung DPRD Kota Makassar.
Salah
satu pranala berita yang juga membahas tentang adanya gambar boleh merokok di
gedung DPRD Kota Makassar menyebut; Papan bicara ini dianggap
kontroversial. Pasalnya, anggota DPRD
Makassar telah "bersusah-payah" membentuk
perda itu namun masih banyak legislator tak mengindahkan. Kebanyakan legislator
DPRD Makassar
masih doyan merokok
di dalam gedung itu.
Seolah Peraturan daerah tentang larangan
merokok berarti siapapun di Kota ini tidak boleh merokok. Padahal saat saya
berkunjung ke Kantor DPRD Kota Makassar, di sana juga belum ada ruang khusus
merokok. Yang artinya gedung itu dan segala penghuninya telah melanggar UU No
39 tahun 2009 tentang ruang merokok yang sakinah
mawaddah warahmah.
Sebagai warga kota yang merasa kebahagiaannya
dicuri dengan adanya larangan merokok, saya tentu tidak sepakat. Rasanya itu seperti
mendekati perempuan yang sudah punya pacar dan ternyata memang pacarnya lebih segalanya
dari kita. Kan sakit!
Sebagai perokok, saya menghormati pilihan
orang yang tidak merokok. Tidak menawarkan rokok kepada anak kecil, tidak
merokok dekat bayi, tidak merokok kalau lagi shalat, tidak cari pacar yang
benci perokok. Jadi paling tidak hargai usaha kami yang tekun menjaga harmonisasi
perokok dan bukan perokok.
Rokok memang sering dijadikan domba-hitam.
Orang-orang kadang menganggap perokok itu seperti benalu yang tak tahu malu.
Tapi saya kadang sedih mendengar ironi perokok
yang dianggap musuh ummat manusia. Teman saya yang ngotot namanya disebutkan,
Kamsah, punya kisah yang sedih Pacarnya yang cantik jelita akhirnya
meninggalkan dia karena alasan cowok perokok itu buruk. Dirinya saja dirusak
apa lagi masa depannya. Stigma ini tentu tidak melalui uji klinis yang
terpercaya. Jadi jangan percaya dengan argumen hina seperti itu.
Selain Kamsah perokok, dia memang tipe lelaki
yang mudah jatuh cinta dan lebih bahagia hidup dengan buku-buku dari pada
mengajak pacarnya jalan. Sekali lagi, perokok dianggap benalu yang tidak tahu
malu.
Lain Kamsah lain Hary. Pengalaman Hary
sebagai perokok dapat dicatat sebagai pengalaman paling indah sepanjang usia Tuhan.
Bagaimana tidak, ia berhasil kenalan dan pacaran sama Intan. Primadona kampus
yang paling banyak dijadikan bahan untuk Anu
oleh teman-teman cowok saya.
Sebagai model, Intan memang memiliki bakat
terpendam untuk menaklukkan lelaki dengan senyuman. Kecuali saya dan masih
banyak lagi, semua cowok terpukau dengan wajahnya. Dan Hary? Anak vespa yang
suka bergaya klasik berhasil membuat Intan menjadi pacarnya. Muasalnya hanya
karena suatu waktu Intan mau merokok dan hanya Hary yang punya rokok. Berawal
dari situ, minta nomor telepon genggam janjian ngopi kemudian jadian. Bangke!
Kisah terakhir perokok datang dari salah satu
anggota dewan di Kota Makassar yang berasal dari Partai Demokrat. Ia menganggap
di gedung terhormat itu tidak boleh ada perokok karena perda larangan merokok
itu dibahas di sini; Kontras ini, padahal
ada perda larangan merokok. Pada akhirnya ia harus menerima kenyataan
dibenci oleh diri sendiri karena ia juga seorang perokok.
Saran saya, jangan pernah anggap enteng
seorang perokok. Selain karena ia turut serta melestarikan budaya bangsa,
mereka juga adalah orang paling setia. Setia untuk terus merokok dan bisa
melatih rasa humanismenya dari situ. Bisa belajar untuk tahu diri di mana bisa
merokok dan di mana tempat yang harus diberi pengecualiaan.
0 komentar:
Posting Komentar