Dalam definisi
Pramoedya, “Realisme sosialis merupakan metode yang meneruskan filsafat
materialisme dalam karya sastra serta meneruskan pandangan sosialisme-ilmiah.
Dalam menghadapi persoalan masyarakat, realisme sosialis mempergunakan
pandangan yang struktural fundamental”.
Ditulis dengan rapi dan
terang, telaah Eka Kurniawan menampilkan lintasan sejarah ide “realisme
sosialis” dalam polemik yang berlangsung di Uni Soviet di tahun 1920-an sampai
dengan tahun 1930-an, menjelang dan sesudah ia dirumuskan. Disinggung pula
bagaimana “realisme sosialis” diterima di RRC di bawah Mao Zhe-dong. Terlebih
lagi, dalam buku ini kita akan mendapatkan pandangan teoritikus Marxis
terkenal, Grigory Lukacs dan salah satu pendiri Partai Komunis yang cemerlang,
Leon Trotsky, yang bertentangan dengan “realisme sosialis” yang diresmikan
Stalin – satu hal yang tak disebut, apalagi diperbincangkan, Pramoedya. Dalam
arti ini, buku Eka Kurniawan bisa jadi pelengkap risalah yang disusun
Pramoedya, yang hampir sepenuhnya mengikuti garis rumusan Zhdanov, pejabat
tinggi Partai, besan, dan juru sensor Stalin.
Goenawan
Mohamad
"Realisme sosialis
itu sendiri bukan hanya penamaan satu metode di bidang sastra, tapi lebih tepat
dikatakan satu hubungan filsafat, metode penggarapan dengan apresiasi
estetiknya sendiri. Penamaan satu politik estetik di bidang sastra yang
sekaligus juga mencakup kesadaran adanya front, adanya perjuangan, adanya
kawan-kawan sebarisan dan lawan-lawan di seberang garis, adanya militansi,
adanya orang-orang yang mencoba menghindari diri dari front ini untuk
memenangkan ketakacuhan.”
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer
0 komentar:
Posting Komentar