kepada
dinding dingin kamar yang tidak lagi muram.
baru
saja kita membuatnya sedikit berdarah oleh petikan warna kutukan.
berdiri
diantara pelukan-pelukan paling lekat milik yang menetap.
di
dalam seribu tawa menjadi teka-teki yang tidak perlu kita silangkan, itu sudah
terlalu rumit untuk tumit kata kita memahaminya.
berceritalah
seolah kita paham dengan semua noda dosa yang Tuhan ciptakan
setelah
lama mengutuk kutipan kata-kata dan semua judul puisi yang telah mereka
tuliskan
pada
hari yang entah kapan, kelak kita akas melepaskan diri lalu pura-pura saling
mengikhlaskan
biarlah
sunyi dan diam kita yang saling memahami
mungkin memang kamar kitalah yang paling berjodoh -
0 komentar:
Posting Komentar