di sebuah toko kenangan. aku baru saja membeli lipatan kaos kaki yang terpaksa aku sukai. diantaranya ada gambar wajah kamu pada mata kakinya. aku hampir lupa kalau kamu memang dipersiapkan menjadi kaos kaki untuk sepatuku nanti. maka aku masukkan kau dalam daftar utang belanjaku malam ini.
di sebuah toko kenangan. aku masuk dengan beberapa angan dan harapan. bertemu dengan tamu yang serupa denganku. perupa yang tahu bagaimana lekuk tubuh yang basah oleh bahasa syarat yang mengisyaratkan harga pada hidup. sayangnya, toko ini terlalu sepi untuk disemat ramai.
baru saja aku mencoba kaos kaki bergambar wajahmu ini di hadapan cermin jujur. aku menemukan banyak mata yang selalu menguntit pilihanku. merapikan dan merekatkan karet sisa yang membusa di kakiku. cermin menasehatiku tentang pilihan, "jangan main-main dengan hidupmu" katanya sambil mencekungkan dirinya. di saat yang sama aku menemukan bayangan lain diriku di dalamnya. setelah cekung, sang cermin menjadi cembung yang aneh. aku semakin gila. semakin banyak aku dalam bayangan yang sama.
kaos kaki itu seharga diri. aku membelinya dengan cukup utung dan segenap genggam harap. sebelum keluar dari pintu belakang, aku sempatkan berjabat erat dengan cermin jujur. ternyata memang hidup bukan permainan. apa lagi soal kalah dan menang.
sesambil pulang, kaos kaki bergambar wajahmu yang baru saja aku lunasi dengan utang bertanya, mengapa kamu memilihku?
di pikiranku, ada usaha untuk menjawab, namun diam adalah jawaban paling bijak. aku tahu untuk membeli kaos kaki yang lebih mahal tentu sulit. namun aku tidak ingin membuat kaos kaki baruku kecewa dengan alasan satu-satuku itu. maka sepanjang jalan aku hanya tersenyum kepadanya dan sesekali membacakan dia prosa jatuh cinta yang belum lengkap.
setiba di rumah, kaos kaki baruku kembali bertanya, mengapa kamu membeliku, sementara kamu belum punya sepatunya?
kali ini aku menjawabnya, karena kamu berarti untuk kesendirianku nanti. kaos kaki baruku tidak cukup mengerti, aku jelaskan sekali lagi tentang apa itu arti dan apa itu makna. dia hanya mempermainkan gambar wajahmu yang diam dengan seribu tatap tanpa kedip.
besok aku akan menjadi kamu, kataku sebelum mematikan lampu kamar tidurku yang berwarna kuning redup. aku ingin menjadi kamu saja dan berharap ada sepasang sepatu yang akan datang menemaniku.
kaos kakiku, kita senasib di kamar ini.
aku kemudian mengajak dia tidur di sisiku dan membiarkan dia jatuh cinta dengan kesendirian ini.
sebenarnya, karena di kaos kaki itu ada wajah kamu saja maka aku paksakan untuk sebaring denganku. aku kemudian mengecupnya tepat di bagian wajahmu.
akhir puisi ini aku menularkan beberapa kaos kaki dalam dirimu.
dan aku sepatu yang berjalan kearah entah.
: kita jodoh yang memanggal takdir -
: kita jodoh yang memanggal takdir -
0 komentar:
Posting Komentar