ada perempuan yang menjaga air mata mahahati di kidungnya
ditekuknya kujur penindih pelukannya yang setia
tubuhnya yang telah berdoa secara lumut tidak sempat mengeja akhiran
dengan segala redah yang tidak kunjung henti
ia menadah rintik tanah yang menabur payung hati tanpa pernah tahu benih apa yang akan tumbuh
disegala tabah
perempuan itu memayungi dirinya dengan segan yang jelas
bahwa terluka seumpama kaset piringan hitam yang akan berputar dan menyanyikan lagu sepenuh warna
disegala sabar
perempuan itu memahat kuku-kuku yang telah ia kumpul dalam gelas kepatahan
bahwa terluka seumpama puisi yang tidak sempat terberi judul lalu menjadi sampul yang tidak terlabeli apapun
perempuan itu sedang menanak luka di hatinya
dan tidak membiarkan seseorangpun yang tahu tanakannya.
ada doa yang berbaris di geligimu
menunggu jutaan amin mengatup yakin
lalu sebaris demi sebaris menanggalkan demi kanaknya yang tidak kunjung tumbuh
ada doa yang bersila di bangkumu
menanti puluhan hati untuk bertamu di ruangmu
lalu satu demi satu rela memenggalkan kuping kananya untuk mendengar puisimu yang tidak kunjung akhir
ada doa yang berbaring di sujudmu
menungkul kalah setelah puluhun alasannya adalah muslihat di matamu
lalu satu persatu mengembalikan lembar kacanya yang tidak pernah dusta
inilah cintaku yang tidak pernah genap oleh doa -
rawatlah serahasia mungkin
menunggu jutaan amin mengatup yakin
lalu sebaris demi sebaris menanggalkan demi kanaknya yang tidak kunjung tumbuh
ada doa yang bersila di bangkumu
menanti puluhan hati untuk bertamu di ruangmu
lalu satu demi satu rela memenggalkan kuping kananya untuk mendengar puisimu yang tidak kunjung akhir
ada doa yang berbaring di sujudmu
menungkul kalah setelah puluhun alasannya adalah muslihat di matamu
lalu satu persatu mengembalikan lembar kacanya yang tidak pernah dusta
inilah cintaku yang tidak pernah genap oleh doa -
rawatlah serahasia mungkin
Diposting oleh
Unknown
di
12.41
dipeluknya banyak buku
sedang ibunya menanak nasi di tanah yang liatnya menakutkan
dipeluknya banyak buku
sedang ayahnya mengemis doa di surau yang penuh susah
seorang pejuang hak berorasi di teras wakil rakyat
peluru bersangkar di otaknya yang banyak menampung masa depan
aparat berdalih ini salah tembak
tapi darah sudah penuh oleh ambisi mematikan
lantang suaranya menyusun kata
lawan
lawan
lawan
Tuhan bersama kalian
berkali-kali sepatu laras dan gagang senjata dihantamkan di bibirnya yang sudah sumbing oleh luka
aparat berdalih dia adalah provokator massa
namun suara itu maish Tuhan
menggema dilangit, menggantung banyak harap dan desakan sosial
siang ini satu lagi nyawa indonesia melayang
sedang ibunya menanak nasi di tanah yang liatnya menakutkan
dipeluknya banyak buku
sedang ayahnya mengemis doa di surau yang penuh susah
seorang pejuang hak berorasi di teras wakil rakyat
peluru bersangkar di otaknya yang banyak menampung masa depan
aparat berdalih ini salah tembak
tapi darah sudah penuh oleh ambisi mematikan
lantang suaranya menyusun kata
lawan
lawan
lawan
Tuhan bersama kalian
berkali-kali sepatu laras dan gagang senjata dihantamkan di bibirnya yang sudah sumbing oleh luka
aparat berdalih dia adalah provokator massa
namun suara itu maish Tuhan
menggema dilangit, menggantung banyak harap dan desakan sosial
siang ini satu lagi nyawa indonesia melayang
ada
seorang perempuan yang tertawa di bawah bulan sambil mengunci banyak cahaya di
dadanya yang busung
buncit
perutnya menandai usia kehamilan yang tua
katanya
sudah sembilan bulan ia mengandung kata-kata
namun
belum melahirkan sesajak apapun selain umpatan yang menghimpit makna
aku
takut ia telah keguguran oleh waktu yang purna
dan
hanya ada jerit berdarah di selangkangan yang memerahkan kasur serta sarung
miliknya
dalam
riwayat, kata-kata memang mendentum-dentum hingga menggelinding ke dinding
paling tebing dan akhirnya terpikunkan
kata-kata
lahir dengan senggama yang murni
dan
kelahirannya ditandai dengan halaman demi halaman
lalu
dari buku ke buku
namun
ingatlah soal keguguran itu
banyak
kata-kata yang lahir dari keguguran dan menjadi halaman juga
tapi
telah kehilangan kemurnian makna
yang
tersampaikan hanya berita kebohongan dan kata-kata yang mengutuk kebenaran
tidak sanggup lagi menetap di kepala yang tebal ini oleh derita bernegara yang sehatnya sangat mustahil
tidak sanggup lagi menetap di kepala yang tebal ini oleh derita bernegara yang sehatnya sangat mustahil
sehabis membaca
banyak penderitaan yang hidup
dan bayang-bayang paling tayang menggentayangkan ketakutannya
di mata kita yang buta - tidak ada tanggal yang menanggalkan kedamaian
kita hidup di mata pedang
tidak mengenal lagi kata tenang
semua penuh pandang
dan kita diserang kematian yang mendadak
dan berakhir pada ketidaktahuan pada diri sendiri
berabad kita mencari jati diri
nyatanya tidak ada yang mengenal lebih dari sekadar nama
dan negara kita hidup seperti gentayangan di awan yang tidak berpijak dan tidak juga tidak berpajak -
kita tidak mengenal diri sendiri -
maka carilah -
banyak penderitaan yang hidup
dan bayang-bayang paling tayang menggentayangkan ketakutannya
di mata kita yang buta - tidak ada tanggal yang menanggalkan kedamaian
kita hidup di mata pedang
tidak mengenal lagi kata tenang
semua penuh pandang
dan kita diserang kematian yang mendadak
dan berakhir pada ketidaktahuan pada diri sendiri
berabad kita mencari jati diri
nyatanya tidak ada yang mengenal lebih dari sekadar nama
dan negara kita hidup seperti gentayangan di awan yang tidak berpijak dan tidak juga tidak berpajak -
kita tidak mengenal diri sendiri -
maka carilah -
Langganan:
Postingan (Atom)
6.25.2013
perempuan yang menanak luka di hatinya
ada perempuan yang menjaga air mata mahahati di kidungnya
ditekuknya kujur penindih pelukannya yang setia
tubuhnya yang telah berdoa secara lumut tidak sempat mengeja akhiran
dengan segala redah yang tidak kunjung henti
ia menadah rintik tanah yang menabur payung hati tanpa pernah tahu benih apa yang akan tumbuh
disegala tabah
perempuan itu memayungi dirinya dengan segan yang jelas
bahwa terluka seumpama kaset piringan hitam yang akan berputar dan menyanyikan lagu sepenuh warna
disegala sabar
perempuan itu memahat kuku-kuku yang telah ia kumpul dalam gelas kepatahan
bahwa terluka seumpama puisi yang tidak sempat terberi judul lalu menjadi sampul yang tidak terlabeli apapun
perempuan itu sedang menanak luka di hatinya
dan tidak membiarkan seseorangpun yang tahu tanakannya.
ditekuknya kujur penindih pelukannya yang setia
tubuhnya yang telah berdoa secara lumut tidak sempat mengeja akhiran
dengan segala redah yang tidak kunjung henti
ia menadah rintik tanah yang menabur payung hati tanpa pernah tahu benih apa yang akan tumbuh
disegala tabah
perempuan itu memayungi dirinya dengan segan yang jelas
bahwa terluka seumpama kaset piringan hitam yang akan berputar dan menyanyikan lagu sepenuh warna
disegala sabar
perempuan itu memahat kuku-kuku yang telah ia kumpul dalam gelas kepatahan
bahwa terluka seumpama puisi yang tidak sempat terberi judul lalu menjadi sampul yang tidak terlabeli apapun
perempuan itu sedang menanak luka di hatinya
dan tidak membiarkan seseorangpun yang tahu tanakannya.
6.24.2013
ada doa yang berbaris di geligimu
ada doa yang berbaris di geligimu
menunggu jutaan amin mengatup yakin
lalu sebaris demi sebaris menanggalkan demi kanaknya yang tidak kunjung tumbuh
ada doa yang bersila di bangkumu
menanti puluhan hati untuk bertamu di ruangmu
lalu satu demi satu rela memenggalkan kuping kananya untuk mendengar puisimu yang tidak kunjung akhir
ada doa yang berbaring di sujudmu
menungkul kalah setelah puluhun alasannya adalah muslihat di matamu
lalu satu persatu mengembalikan lembar kacanya yang tidak pernah dusta
inilah cintaku yang tidak pernah genap oleh doa -
rawatlah serahasia mungkin
menunggu jutaan amin mengatup yakin
lalu sebaris demi sebaris menanggalkan demi kanaknya yang tidak kunjung tumbuh
ada doa yang bersila di bangkumu
menanti puluhan hati untuk bertamu di ruangmu
lalu satu demi satu rela memenggalkan kuping kananya untuk mendengar puisimu yang tidak kunjung akhir
ada doa yang berbaring di sujudmu
menungkul kalah setelah puluhun alasannya adalah muslihat di matamu
lalu satu persatu mengembalikan lembar kacanya yang tidak pernah dusta
inilah cintaku yang tidak pernah genap oleh doa -
rawatlah serahasia mungkin
teruntuk pejuang hak
dipeluknya banyak buku
sedang ibunya menanak nasi di tanah yang liatnya menakutkan
dipeluknya banyak buku
sedang ayahnya mengemis doa di surau yang penuh susah
seorang pejuang hak berorasi di teras wakil rakyat
peluru bersangkar di otaknya yang banyak menampung masa depan
aparat berdalih ini salah tembak
tapi darah sudah penuh oleh ambisi mematikan
lantang suaranya menyusun kata
lawan
lawan
lawan
Tuhan bersama kalian
berkali-kali sepatu laras dan gagang senjata dihantamkan di bibirnya yang sudah sumbing oleh luka
aparat berdalih dia adalah provokator massa
namun suara itu maish Tuhan
menggema dilangit, menggantung banyak harap dan desakan sosial
siang ini satu lagi nyawa indonesia melayang
sedang ibunya menanak nasi di tanah yang liatnya menakutkan
dipeluknya banyak buku
sedang ayahnya mengemis doa di surau yang penuh susah
seorang pejuang hak berorasi di teras wakil rakyat
peluru bersangkar di otaknya yang banyak menampung masa depan
aparat berdalih ini salah tembak
tapi darah sudah penuh oleh ambisi mematikan
lantang suaranya menyusun kata
lawan
lawan
lawan
Tuhan bersama kalian
berkali-kali sepatu laras dan gagang senjata dihantamkan di bibirnya yang sudah sumbing oleh luka
aparat berdalih dia adalah provokator massa
namun suara itu maish Tuhan
menggema dilangit, menggantung banyak harap dan desakan sosial
siang ini satu lagi nyawa indonesia melayang
6.20.2013
Perempuan yang Melahirkan Kata-Kata
ada
seorang perempuan yang tertawa di bawah bulan sambil mengunci banyak cahaya di
dadanya yang busung
buncit
perutnya menandai usia kehamilan yang tua
katanya
sudah sembilan bulan ia mengandung kata-kata
namun
belum melahirkan sesajak apapun selain umpatan yang menghimpit makna
aku
takut ia telah keguguran oleh waktu yang purna
dan
hanya ada jerit berdarah di selangkangan yang memerahkan kasur serta sarung
miliknya
dalam
riwayat, kata-kata memang mendentum-dentum hingga menggelinding ke dinding
paling tebing dan akhirnya terpikunkan
kata-kata
lahir dengan senggama yang murni
dan
kelahirannya ditandai dengan halaman demi halaman
lalu
dari buku ke buku
namun
ingatlah soal keguguran itu
banyak
kata-kata yang lahir dari keguguran dan menjadi halaman juga
tapi
telah kehilangan kemurnian makna
yang
tersampaikan hanya berita kebohongan dan kata-kata yang mengutuk kebenaran
tidak sanggup lagi menetap di kepala yang tebal ini oleh derita bernegara yang sehatnya sangat mustahil
tidak sanggup lagi menetap di kepala yang tebal ini oleh derita bernegara yang sehatnya sangat mustahil
6.14.2013
Sehabis Membaca
sehabis membaca
banyak penderitaan yang hidup
dan bayang-bayang paling tayang menggentayangkan ketakutannya
di mata kita yang buta - tidak ada tanggal yang menanggalkan kedamaian
kita hidup di mata pedang
tidak mengenal lagi kata tenang
semua penuh pandang
dan kita diserang kematian yang mendadak
dan berakhir pada ketidaktahuan pada diri sendiri
berabad kita mencari jati diri
nyatanya tidak ada yang mengenal lebih dari sekadar nama
dan negara kita hidup seperti gentayangan di awan yang tidak berpijak dan tidak juga tidak berpajak -
kita tidak mengenal diri sendiri -
maka carilah -
banyak penderitaan yang hidup
dan bayang-bayang paling tayang menggentayangkan ketakutannya
di mata kita yang buta - tidak ada tanggal yang menanggalkan kedamaian
kita hidup di mata pedang
tidak mengenal lagi kata tenang
semua penuh pandang
dan kita diserang kematian yang mendadak
dan berakhir pada ketidaktahuan pada diri sendiri
berabad kita mencari jati diri
nyatanya tidak ada yang mengenal lebih dari sekadar nama
dan negara kita hidup seperti gentayangan di awan yang tidak berpijak dan tidak juga tidak berpajak -
kita tidak mengenal diri sendiri -
maka carilah -
Langganan:
Postingan (Atom)