aku tidak akan menyatakan apa yang
aku rasakan
dan kamu tidak pula perlu
mengatakan apa yang aku nyatakan
sungguh, sebaik-baik perasaan
adalah yang kita rahasiakan.
mengingatmu
adalah cara tersopan
untuk
mengatakan bahwa aku menginginkan kita yang lampau
yang
mendampa meski dengan jumpa yang seumur imsak
di pelaminan
matamu adalah duka bagi kesehatanku
yang
tempuhnya melemahkan hingga kambuh tidak juga sembuh
kursiku bergerak dari satu rembes ke sisi yang paling sungkan
sekadar menanyakan
apakah kamu sehat?
kursiku bergerak dari satu rembes ke sisi yang paling sungkan
sekadar menanyakan
apakah kamu sehat?
semalam
aku menghabiskan sabun di kamar mandi ibu
membayangkan
tubuhmu yang tak tua-tua itu menindihku dengan kata-kata
semua
lekuk yang kamu tutupi adalah bekas puisiku
yang
semakin hendak menyengsarakan dirinya sendiri dengan kelambu
semakin
aku ingin menyerupai pikiranmu
semakin
hilang semua bentuk asli dari rumus-rumus pasti
pada
jalannya, aku hanya halaman buku yang kamu baca berdasarkan abjad
masuk
sebagai huruf-huruf yang tidak pasti
setiap
pagi aku menanam payudada meski akhirnya orang-orang menamainya payudara
lalu aku memintamu untuk mengikat tali jemuran dari dagingku yang sembah di selaput darahmu
lalu aku memintamu untuk mengikat tali jemuran dari dagingku yang sembah di selaput darahmu
agar semua celana dalam yang kamu kaitkan
untuk matahari
tidak hinggap di sela selangkangan orang lain
yang jahannam
apakah cinta itu selebar teras rumahmu?
pertanyaanku yang kamu sebar menjadi
pertanyaan baru
begitulah seterusnya kita biarkan hidup
berlalu seperti pertanyaan yang berjalan
dari satu arah ke mata yang lain
itulah mulanya
pada akhirnya kita akan menjadi penjaga
rahasia
yang membiarkan kata-kata menanggalkan seragamnya
sendiri
sebelum meninggalkan kita dengan doanya yang
belum mandiri
Makassar – dua ribu tiga belas
0 komentar:
Posting Komentar