Seperti kisah dalam kamarmu
Kau selalu menutupinya dengan dugaan dan prahara
Cat tembok abu-abu dan kolormu yang kau pajang di jendela cukup menandai kebengalan kita
Lalu kau menuduh lagi dengan ludah
Tipis saja sesaat sebelum kita mulai memahami keterkaitan senja dan malam
Lalu kau menuduh lagi dengan ludah
Tipis saja sesaat sebelum kita mulai memahami keterkaitan senja dan malam
Aku pulang dan menyimpan banyak rona dalam wajahmu
Kembali mengisinya dengan aroma persetubuhan
Kita teralalu banyak mengunci diri dengan angan yang terlalu gempita
Dan ternyata kitalah yang pendosa
Yang selalu menodai kemurnian senja dan keperawanan malam
Makassar Juli 2012
1 komentar:
mantap kanda blognya
Posting Komentar