bulan telah cukup redup dipelukanku. aku sangkakala malam yang cukup setia menunggu jatuhnya suara terompet dalam benar. mengunang dengan sayap patahnya cahaya. jatuh tepat pada ranjang yang kakinya telah pohon. aku berbaring semesta dengan segala prahara yang meniduriku mesra. tidak ingat lagi bagitu banyak tentang selimut, bantal ataupun gulingku yang lebih tertidur dari pada lelapku.
tentang penerimaan:
-- dia ada di jari manismu melingkar rapi.
maaf, jika aku terpaksa memisahkan jarimu dengan tanganmu: cemburuku berumur sepekan lebih tua dari dia.
pada akar malam yang menyerap segala daya air ingatanku akal
kita pernah menyamakan pelukan dengan ingat lalu memisahkan dengan hangat. seandainya seangan itu melakukannya lupa, tidak akan ada puisi ini, tidak akan aku bacakan untuk telingamu, tidak akan aku paksa hingga hatimu. membiarkannya begitu saja.
tentang penerimaan
-- di belakang namamu kini ada namanya mendiam mesra.
maaf, aku memaksamu untuk memasukkan namaku sebab jauh sebelumnya kita pernah dengan ikhlas saling meletakkan nama masing-masing dalam hangat.
pada akhirnya. malam yang membawamu pulang dan subuh membuatku harus menerima segala tiba.
aku letakkan ikhlas jauh lebih tinggi dari batas langit yang aku jangkau indra.
0 komentar:
Posting Komentar