Tindakan
yang mereka lakukan tidak ada apa-apanya dibanding anarkisme Pemerintah yang
dengan kebijakannya memaksa rakyat untuk berhemat dan menginjak rakyat yang
sudah miskin dengan kenaikan harga BBM. Yusuf, demonstran.
Anarkis.
Kurang lebih kata itulah yang tepat saat oknum yang mengatas namakan mahasiswa
melakukan aksi penolakan kenaikan harga BBM di depan pintu satu kampus Unhas.
Aksi yang berlangsung sore hari itu menyebabkan macet disepanjang jalan
perintis kemerdekaan hingga tugu adipura.
Sebuah
aksi massal yang di pelopori oleh lembaga kemahasiswaan yang mengaku pro
terhadap rakyat ternyata keliru dalam memperjuangkan hak rakyat itu sendiri.
Lemparan batu dan beberapa senjata rakitan terlihat difungsikan saat aksi
tersebut. Hebatnya lagi para demonstran membajak sebuah mobil milik PT.
Coca-Cola Company dan menjarah muatannya lalu membakar hangus mobil tersebut.
Tidak sampai disitu, para demonstran yang menutupi wajahnya dengan scraft kemudian kembali menjarah mobil
yang mengangkut tabung gas elpiji 3 Kg lalu membagikan kepada pengendara yang
melintas. Para demonstran kemudian berjalan kearah pom bensin yang terletak
tepat di pintu satu Unhas kemudian membagikan secara gratis bensin yang telas
disubsidi dari uang rakyat sendiri. Parah.
Ada
indikasi bahwa banyak diantara demonstran tersebut yang hadir sebagai
provokator ditengah kerumunan massa. Mereka bukan dari kalangan mahasiswa tapi
ikut mengkeruhkan suasana. Aparat yang diturunkan dibantu satuan pengaman
kampus tidak cukup mampu meredam aksi mahasiswa tersebuat. Aparat yang terus
menembakkan gas air mata dan water cannon
kearah mahasiswa dan mendesak mahasiswa agar masuk kedalam kampus akhirnya
dipukul mundur kembali oleh mahasiswa yang melawan dengan lemparan batu.
Seakan
tak percaya dengan keanarkisan yang terjadi dalam negeri ini. Kondisi tak
menentu akibat kesenjangan yang terjadi memaksa mahasiswa untuk turun kejalan
dan mendesak agar pemerintah batal menaikkan harga BBM yang dianggap terlalu
mahal. Polemik justru terjadi dalam
tubuh pemerintah. Jika BBM tidak dinaikkan maka pemerintah akan merugi tapi
jika BBM naik, apakah rakyat tidak rugi dan semakin sengsara saja. Alhasil
tidak salah jika negara kita semakin terpuruk.
Siapa
yang harus dipersalahkan dalam kasus ini. Tatanan negara ini masih perlu
pembenahan yang berkelanjutan. Presiden sebagai kepala negara harus berani
mengambil resiko. Transparansi pendapatan negara salah satu solusi agar rakyat
bisa percaya dan yakin terhadap pemerintah. Akan semakin keruh jika kita terus
mengaduk di muara. Biarkan rakyat melihat dengan nurani akan kondisi bangsanya.
0 komentar:
Posting Komentar