Pandanganku terhadap hidup tidak lebih pada kesanku pada mati. Aku hidup dan banyak melihat pertikaian dalam tubuhku. Arah dan takdir mulai tak dapat aku tentukan. Aku hanya berusaha menanamkan keyakinan pada diriku meskipun kadang sulit. Aku sudah hilang tapi aku tetap hafal jalan pulang. Pulang untuk bertemu Tuhan.
Jika bisa memilih takdir maka mati mudalah yang aku pilih. Selama aku hidup maka aku akan tetap menjadi aku. Bukan kau atau dia apalagi mereka. Aku yang bertuhan pada keyakinanku sudah melihat penglihatan tuhan padaku.
Bila tiba waktuya aku hanya percaya pada nafasku. Aku menolak menjadi benalu buat kalian. Aku ingin habiskan waktu hidupku bersama orang-orang yang begitu kenal denganku. Aku ingin bersamanya dan memaafkan aku yang terlalu egois termasuk pada Tuhan.
Aku tahu apa yang terjadi pada diriku. Kusadari betapa kerasnya aku maka aku berusaha lembut pada apapun yang mendekatiku. Aku tidak pernah menanam apapun jadi aku tidak punya alasan untuk menunggu waktu menuai apapun juga. Jika aku salah maka itu aku sadari dan tidak perlu berpura untuk benar.
Semakin aku kejar keberanianku maka semakin dekat ketakutanku maka aku menepi dari keramaian dan memilih menjadi manusia yang biasa saja. Manusia yang tumbuh dari kebenaran. Hidup ini aku dedikasikan pada negara lewat tulisan dan karya nyata. Jika negara memintaku menjadi prajurit untuk membunuh rasa malas pada rakyatnya maka dengan senang hati aku lakukan tugas itu meskipun selama ini aku sudah menjalankannya samar pada diriku.
Aku selalu merasa sudah melalui jalan yang kalian lalui. Itu yang membuatku keras maka jangan salahkan aku yang begitu terkutuk menikmati hidupku. Aku hidup di dua dunia yang berbeda dan banyak membuat kontroversi pada hidupku. Maka dari itu sucikan aku dari pikiranmu sama seperti sucinya kalian di pikiranku.
Kamarku selalu menjadi tempat paling murni dan memurnikan sesuatu. tempatku berfikir untuk hidupku esok pagi lagi, jika masih hidup.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5.08.2012
Ini Aku
Pandanganku terhadap hidup tidak lebih pada kesanku pada mati. Aku hidup dan banyak melihat pertikaian dalam tubuhku. Arah dan takdir mulai tak dapat aku tentukan. Aku hanya berusaha menanamkan keyakinan pada diriku meskipun kadang sulit. Aku sudah hilang tapi aku tetap hafal jalan pulang. Pulang untuk bertemu Tuhan.
Jika bisa memilih takdir maka mati mudalah yang aku pilih. Selama aku hidup maka aku akan tetap menjadi aku. Bukan kau atau dia apalagi mereka. Aku yang bertuhan pada keyakinanku sudah melihat penglihatan tuhan padaku.
Bila tiba waktuya aku hanya percaya pada nafasku. Aku menolak menjadi benalu buat kalian. Aku ingin habiskan waktu hidupku bersama orang-orang yang begitu kenal denganku. Aku ingin bersamanya dan memaafkan aku yang terlalu egois termasuk pada Tuhan.
Aku tahu apa yang terjadi pada diriku. Kusadari betapa kerasnya aku maka aku berusaha lembut pada apapun yang mendekatiku. Aku tidak pernah menanam apapun jadi aku tidak punya alasan untuk menunggu waktu menuai apapun juga. Jika aku salah maka itu aku sadari dan tidak perlu berpura untuk benar.
Semakin aku kejar keberanianku maka semakin dekat ketakutanku maka aku menepi dari keramaian dan memilih menjadi manusia yang biasa saja. Manusia yang tumbuh dari kebenaran. Hidup ini aku dedikasikan pada negara lewat tulisan dan karya nyata. Jika negara memintaku menjadi prajurit untuk membunuh rasa malas pada rakyatnya maka dengan senang hati aku lakukan tugas itu meskipun selama ini aku sudah menjalankannya samar pada diriku.
Aku selalu merasa sudah melalui jalan yang kalian lalui. Itu yang membuatku keras maka jangan salahkan aku yang begitu terkutuk menikmati hidupku. Aku hidup di dua dunia yang berbeda dan banyak membuat kontroversi pada hidupku. Maka dari itu sucikan aku dari pikiranmu sama seperti sucinya kalian di pikiranku.
Kamarku selalu menjadi tempat paling murni dan memurnikan sesuatu. tempatku berfikir untuk hidupku esok pagi lagi, jika masih hidup.
Jika bisa memilih takdir maka mati mudalah yang aku pilih. Selama aku hidup maka aku akan tetap menjadi aku. Bukan kau atau dia apalagi mereka. Aku yang bertuhan pada keyakinanku sudah melihat penglihatan tuhan padaku.
Bila tiba waktuya aku hanya percaya pada nafasku. Aku menolak menjadi benalu buat kalian. Aku ingin habiskan waktu hidupku bersama orang-orang yang begitu kenal denganku. Aku ingin bersamanya dan memaafkan aku yang terlalu egois termasuk pada Tuhan.
Aku tahu apa yang terjadi pada diriku. Kusadari betapa kerasnya aku maka aku berusaha lembut pada apapun yang mendekatiku. Aku tidak pernah menanam apapun jadi aku tidak punya alasan untuk menunggu waktu menuai apapun juga. Jika aku salah maka itu aku sadari dan tidak perlu berpura untuk benar.
Semakin aku kejar keberanianku maka semakin dekat ketakutanku maka aku menepi dari keramaian dan memilih menjadi manusia yang biasa saja. Manusia yang tumbuh dari kebenaran. Hidup ini aku dedikasikan pada negara lewat tulisan dan karya nyata. Jika negara memintaku menjadi prajurit untuk membunuh rasa malas pada rakyatnya maka dengan senang hati aku lakukan tugas itu meskipun selama ini aku sudah menjalankannya samar pada diriku.
Aku selalu merasa sudah melalui jalan yang kalian lalui. Itu yang membuatku keras maka jangan salahkan aku yang begitu terkutuk menikmati hidupku. Aku hidup di dua dunia yang berbeda dan banyak membuat kontroversi pada hidupku. Maka dari itu sucikan aku dari pikiranmu sama seperti sucinya kalian di pikiranku.
Kamarku selalu menjadi tempat paling murni dan memurnikan sesuatu. tempatku berfikir untuk hidupku esok pagi lagi, jika masih hidup.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar