Aku menulis puisi ini saat kau sedang marah – aku hampir
tidak mengenalmu
usahaku memadamkan api selalu gagal
kau tahu mengapa?
karena api hanya padam, ketika ia sudah tidak
dibutuhkan
begitulah elak api, saat dituduh tak setia
Kemarin, di sebuah cafe yang tidak sunyi, aku membaca ramai
puisi untukmu
ada lilin, menyala, sendiri, di mejamu
semakin dekat puisiku, semakin redup cahayanya
ia mungkin tahu, bahwa setiap kejujuran membutuhkan
ketidakjujuran
entah, siapa yang mahir berbohong
“kita mungkin gagal memahami cinta
jika hanya mengandalkannya – kembalilah ke baris
ketiga”
Bahkan, cupid yang bodoh itu selalu gagal memaknai
cinta
kata seorang lelaki yang baru saja sadar, ia tidak
dicintai kekasihnya
“saya tidak bisa menlanjutkan puisi ini
winter lady milik leonard cohen ternyata lebih jujur
mengatakan dirinya
aku kalah, aku salah“
aku memang selalu menjadi baris kedua dalam puisi ini
0 komentar:
Posting Komentar