Pintu masuk ke dalam tubuhmu terbentuk dari ribuan
bingkai
tempat tubuhku kau pajang
terpasung
“tersalip dengan
luka di tubuh
kawat duri
melingkari kepala
ia kesakitan,
tapi tak meronta
tubuh berdarah,
merah, dan bergetar”
Kau menjadikan siksaan sebagai arsip candaan
tintamu mata, kau menulis kemarahan dengan bahagia
mencambukku dengan campakan yang berbunga
sedang aku memeluk tubuhmu dengan cara menikmati
kesakitan. sendiri
“Aku adalah
tubuh terpasung yang tak pernah lelah
mencintaimu
dengan tangan terpaku dan kepala berkawat duri”
Aku pelukan yang tak pernah kauizinkan
menyentuh longgar tubuhmu
sementara lenganku dengan setia terpaku
lebih dalam. sangat dalam. melekat di tubuhmu. tiap waktu.
Kau mengutukku tanpa sadar, seperti dongeng dari Ibu yang anaknya menjadi batu
tapi kebencian memang terbuat dari pelukan - jika kepalamu
terus memikirnya, kau sulit melepasnya,
kini aku siapkan sebuah palung raksasa, pukullah hal
buruk dalam tubuhku
semoga kau tidak – atau sedang – menyakiti dirimu sendiri.
Makassar - Februari 2014
1 komentar:
Pas banget...
Posting Komentar