Kasus di Libya hampir sama dengan kasus Timor
Timur, dengan alasan HAM, Demokrasi dan PBB akhirnya Timor Timur Lepas dari
Indonesia. Dibawah tekanan Australia, Amerika dan PBB atas nama HAM dan
Demokrasi, akhirnya pemerintah BJ Habibie saat itu tidak sanggup lagi
menghadapi tekanan politik yang bertubi-tubi dari para penjajah Kapitalis yang
mengincar Minyak di celah Timor. Begitu juga dengan Libya, dengan alasan HAM, AS
dan sekutunya menyerang pemerintahan Khadafi padahal ujung-ujungnya ingin menguasai minyak di
Libya.
Menurut pengamat militer ibu
Connie Rahakundini Bakrie skenario AS menyerang Libya dan Timur Tengah sudah di rancang dari
awal. Karena semua negara tersebut
terdapat sumber minyak bumi yang besar. Bahkan Ibu connie menambahi kalau sasaran
AS selanjutnya adalah Papua.
Pernyataan ibu Connie pada siaran tv one
sabtu 26/3 2011 bukannya tanpa dasar. Kabar Papua menjadi target AS berikutnya
sudah beredar di kalangan intelejen.
Sebuah sumber di lingkungan Departemen Luar Negeri
mengungkap adanya usaha intensif dari beberapa anggota kongres dari Partai
Demokrat Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke
arah kemerdekaan Papua secara bertahap.
Karena dengan tampilnya Presiden Barrack Obama di
tahta kepresidenan Gedung Putih, praktis politik luar negeri Amerika amat
diwarnai oleh haluan Partai Demokrat yang memang sangat mengedepankan soal
hak-hak asasi manusia. Karena itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi
Demokrat yang punya agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya
memang akan diberi angin.
Beberapa fakta lapangan
mendukung informasi sumber kami di Departemen Luar Negeri tersebut. Betapa
tidak. Dalam dua bulan terakhir ini, US House of Representatives, telah
mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan FOREIGN RELATION
AUTHORIZATION ACT (FRAA) yang secara spesifik memuat referensi khusus mengenai
Papua.
Kalau RUU ini lolos, berarti ada beberapa elemen
strategis di Washington yang memang berencana mendukung sebuah opsi untuk
memerdekakan Papua secara bertahap. Dan ini berarti, sarana dan perangkat
yang akan dimainkan Amerika dalam menggolkan opsi ini adalah, melalui operasi
intelijen yang bersifat tertutup dan memanfaatkan jaringan bawah tanah yang
sudah dibina CIA maupun intelijen Departemen Luar Negeri Amerika.
Karena itu, Departemen Luar
Negeri RI haruslah siap dari sekarang untuk mengantisipasi skenario baru
Amerika dalam menciptakan aksi destabilisasi di Papua. Berarti, Departemen Luar
Negeri harus mulai menyadari bahwa Amerika tidak akan lagi sekadar menyerukan
berbagai elemen di TNI maupun kepolisian untuk menghentikan adanya
pelanggaran-pelanggaran HAM oleh aparat keamanan.
Campur tangan Amerika dengan skenarionya
berusaha agar Papua lepas dari NKRI. Amerika tentu punya alasan agar Papua
lepas dari Indonesia, Papua adalah mutiara hitam dari timur, sebuah tanah yang
kaya raya, dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya serta kandungan emas
di bukit Freeport yang melimpah membuat para Kapitalis penajajah serakah ngiler
dibuatnya.
Padahal kalau kita
tahu pembagian royalty Freeport Indonesia hanya mendapat 1 %,
sedangkan asing mendapat 99%.
Tidak salah jika Dedi Mizwar pernah membuat film Alangkah Lucunya Negeri Ini. Aneh bin ajaib jika pencangkul lebih banyak mendapatkan untung dari pada sang pemilik tanah.
Alasan utama yang menjadi
isu pemisahan Papua dari NKRI adalah Kemiskinan, pemerintah Indonesia yang
tidak mampu mengentaskan kemiskinan di Papua menyebabkan isu-isu sparatis
berkembang.
Kemiskinan Papua adalah salah satu akibat dari
sistem Kapitalisme yang diterpakan di Indonesia, emas Papua yang seharusnya mampu
memakmurkan rakyat Papua justru dirampok oleh Freeport dan perusahaan asing
milik Kapitalis Penjajah.
Isu-isu HAM dan Demokrasilah
yang sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat agar Papua bisa lepas dari NKRI,
dengan isu ini diharpakan akan terjadi referendum bagi tanah Papua. Yang
selanjutnya mengantarkan Papua ke arah pemisahan diri dari NKRI.
Karena itu Saya himbau kepada warga indonesia lupakanlah masalah perbedaan suku,
agama, ras. Mari kita bersatu. waspadai
bersama gerakan ormas yang menjurus pada anarkis. waspadai ormas yang berdalih
ingin memperjuangkan Papua.
Ketakutan penulis hanya terletak pada ketidakpedulian pemerintah kepada Papua. Jangan sampai NKRI diperkosa sejadi-jadinya dan membuat negara ini tinggallah pulau tidak berpenghuni karena semua penduduk pulaunya telah menjadi korban kapitalisme raksasa untuk menghancurkan keutuhan NKRI.
NKRI HARGA MATI
0 komentar:
Posting Komentar