Hanya
catatan disepotong malam ini
Setelah kembali dari
acara makan malam di Kampoeng Popsa dengan pemain film Jejak-Jejak
Kecil yang di sutradarai oleh Arman Dewarti. Di Gedung
Kesenian Sulawesi Selatan Societeit de Harmonie ada diskusi tidak sengaja
dengan beberapa anggota dewan kota Makassar dan Badan Pengurus Gedung Keseniaan
serta beberapa orang yang sering datang ke gedung peninggalan Belanda
ini.
Sebagai yang paling
muda saya hanya banyak mendengar apa yang menjadi topik pembahasan mereka.
Mulai dari peluncuran film di bioskop balikota siang tadi, juga menyinggung
soal seniman proyek hingga gedung keseniaan yang belum tuntas pembangunannya
setelah empat tahun direnovasi. Namun ada sedikit yang membuat saya taqbangka
silalonna, diskusi yang tidak dimoderatori oleh sipapun ini memaksa salah
satu dari anggota dewan yang datang membahas mengenai cara pelolosan anggaran.
Sebenarnya tidak jadi masalah cuman dari pembahasannya, seakan beliau mengajari
masyarakat untuk memperbodohi pemerintah dan bagaimana memainkan anggaran di
dinas terkait.
*****
Alangkah tidak beresnya
negara ini. Ketika legislator di harapkan mampu menjadi pengayom bagi
masyarakat justru hadir dan mengajarkan apa yang telah mereka terima dan
kerjakan. Tidak perlu heran mangapa negara ini dituding sebagai negara gagal.
Karena jika melihat kelakuan legislator kita yang seperti itu maka rasanya
memang benar tudingan tersebut. Bukan berarti saya sepakat namun karena saya
tidak punya alasan untuk tidak membenarkan.
Tuhan sebenarnya adil
cuman kadang manusilah yang mengadili Tuhan. Bahkan di tempat seperti gedung
kesenian ini, praktek pengajaran korupsi juga berlaku. Bukan tidak mungkin
kelak para seniman hanya akan sibuk mengurusi proyeknya saja dan melupakan apa
sebenarnya tujuan dari berkeseniaan itu. Imbasnya kelak akan terjadi proses
regenerasi yang tidak sehat dikalangan para seniman. Semoga saja catatan ini hanyalah
ketakutanku saja atau mungkin juga memang itu sudah terjadi dan mungkin saja
aku yang memang terlalu paranoid menanggapinya. Entahlah.
0 komentar:
Posting Komentar