on 11.14.2014


dunia ini adalah arloji raksasa yang jahat
ada sepasang jarum yang bergerak lambat dan yang satu berputar tak berperasaan
seolah tak memiliki waktu untuk menunggu apapun yang tertinggal
acap kali melihat jarum jam itu berputar
aku membayangkan sepinya angka-angka
yang tak pernah benar-benar memiliki
hanya suara detak yang teratur mendentum telinga setiap angka
yang abadi menghuni dirinya sendiri

“jika angka tiga jatuh cinta kepada jarum itu,
dengan cara apa ia akan mengungkapkan perasaannya?”

tak ada angka yang mampu menahan jarum itu untuk bertahan melebihi satu detik
hanyalah ketabahan yang kebetulan bertindak lebih dewasa
melampaui angka yang paling purba

tapi ini telah terjadi ratusan tahun
saat angka-angka itu dipasang sebagai pengingat waktu
dipasung menjadi tumbal dari simbol kecerdasaan manusia

mengapa bukan bentuk kelamin lelaki sebagai jam satu
buah dada perempuan sebagai jam dua
celana dalam sebagai jam tiga – begitu seterusnya
sebab hal paling kejam dari pertemuan adalah
ketika sesuatu saling mencintai namun tak didapat memiliki
on 11.12.2014

kau pernah menjadi setrika arang
dan aku kemaja senja di atas meja
yang selalu kusut tak terurus
kau merelakan tubuhmu memanas untuk merapikan murut di tubuhku
setiap kapan, ketika kau menemukanku
kau selalu punya alasan mengusap tubuhku

tapi aku adalah kemeja senja nakal yang senang bermain-main
melipat tubuhnya sendiri hingga carut dan kusut kembali
hingga kau sadar segala yang kau lakukan sia-sia
lalu memilih berhenti menjadi setrika dan pergi
berubah menjadi apapun yang kini kutakutkan

tapi aku masih kemeja senja yang nakal
yang belajar merapikan dirinya sendiri
meskipun kau selalu curiga, aku pembelajar yang menyedihkan


juga menyebalkan

11.14.2014

Angka-angka yang Mati dalam Arlojimu

Diposting oleh Unknown di 19.50 0 komentar


dunia ini adalah arloji raksasa yang jahat
ada sepasang jarum yang bergerak lambat dan yang satu berputar tak berperasaan
seolah tak memiliki waktu untuk menunggu apapun yang tertinggal
acap kali melihat jarum jam itu berputar
aku membayangkan sepinya angka-angka
yang tak pernah benar-benar memiliki
hanya suara detak yang teratur mendentum telinga setiap angka
yang abadi menghuni dirinya sendiri

“jika angka tiga jatuh cinta kepada jarum itu,
dengan cara apa ia akan mengungkapkan perasaannya?”

tak ada angka yang mampu menahan jarum itu untuk bertahan melebihi satu detik
hanyalah ketabahan yang kebetulan bertindak lebih dewasa
melampaui angka yang paling purba

tapi ini telah terjadi ratusan tahun
saat angka-angka itu dipasang sebagai pengingat waktu
dipasung menjadi tumbal dari simbol kecerdasaan manusia

mengapa bukan bentuk kelamin lelaki sebagai jam satu
buah dada perempuan sebagai jam dua
celana dalam sebagai jam tiga – begitu seterusnya
sebab hal paling kejam dari pertemuan adalah
ketika sesuatu saling mencintai namun tak didapat memiliki

11.12.2014

Di atas Meja Setrika

Diposting oleh Unknown di 04.40 0 komentar

kau pernah menjadi setrika arang
dan aku kemaja senja di atas meja
yang selalu kusut tak terurus
kau merelakan tubuhmu memanas untuk merapikan murut di tubuhku
setiap kapan, ketika kau menemukanku
kau selalu punya alasan mengusap tubuhku

tapi aku adalah kemeja senja nakal yang senang bermain-main
melipat tubuhnya sendiri hingga carut dan kusut kembali
hingga kau sadar segala yang kau lakukan sia-sia
lalu memilih berhenti menjadi setrika dan pergi
berubah menjadi apapun yang kini kutakutkan

tapi aku masih kemeja senja yang nakal
yang belajar merapikan dirinya sendiri
meskipun kau selalu curiga, aku pembelajar yang menyedihkan


juga menyebalkan