on 10.28.2012
di hadapan dupa rindu dan kenangan
kau menghampiri lebih dekat
menyapa seperti rintik ke tanah
sangat dekat namun tidak nyata
sebab bayanganku yang terlalu bernafsu untuk menghadirkan kau dalam ingatan

sepasang mata menjadi biru
rindunya tertolak hingga memilih mematikan lampu kamar tidurnya
gelap dan bayang dari bayangan menjadi merah
jangan tidur malam ini
aku mimpimu yang pasti dan kau mungkin akan menolaknya
makanya jangan tidur kataku

dari bilik pemilihan kau mencoba tidak memilih
kau tahu hanya aku calonnya bukan dia
maka kau keluar tanpa harus mencolokkan tanganmu di tinta tanda

jangan bertanya
aku bukanlah mata yang memiliki air dan kau menyebutnya air mata
dan kecupanku hanyalah angin yang menyerempet pipimu
syukur jika kau sempat merasakannya
sisanya kau hanya membayangkan menemukan orang lain selain diriku dalam hidupmu

aku jelaskan sekali lagi bagaimana aku bisa mencintaimu
bukan karena kau tapi karena hatimu yang terlalu baik untuk tidak aku cintai

Makassar, Oktober 2012


Penjelasan mengenai sastra perlawanan:

1. gerakan  adalah gerakan untuk mengajak para pemuda untuk aktif berkarya lewat sastra.

2. gerakan  terbagi dua: a.  b.

3. gerakan  di twitter itu kita akan bersajak atau berpendapat tentang sastra itu sendiri.

4. gerakan  dalam aksi nyatanya kita akan menghimpun karya kawan-kawan dalam bentuk buku.

5. gerakan  bertujuan untuk semakin memasyarakatkan sastra itu sendiri.

6. gerakan  bersifat tidak mengikat. kita lebih banyak aktif di akun masing-masing kok.

7. gerakan  ini juga secara resmi di aktifkan bersamaan dengan sumpah pemuda. Cc: 

8. untuk sementara baru beberapa akun ini yang secara resmi masuk
    a. @kitabkirisastra
    b. @JangkrikSenja 
    c. @sayamasihkiri 
    d. @ikkyeeqq  
    e. @tweetuntukbebas 
    f. @AGNGX

on 10.25.2012

Pengadilan Puisi dan Kredo Puisi
1. Pengadilan Puisi (1974).
Pengadilan Puisi merupakan ”pemberontakan” terhadap dunia perpuisian Indonesia. Pemberontakan tersebut ditujukan kepada kritikus sastra Indonesia, para penyair mapan dan majalah sastra yang ada di Indonesia. Kritikus yang dibidik dalam konteks ini adalah H.B. Jassin dan M.S. Hutagalung, keduanya dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Mereka dianggap tidak mampu lagi mengikuti perkembangan puisi Indonesia mutakhir. Penyair mapan yang dihujat adalah Subagio Sastrowardoyo, Rendra, dan Goenawan Mohamad. Mereka bertiga  dianggap menghambat kewajaran perkembangan puisi Indonesia. Adapun. majalah sastra yang dijadikan terdakwa adalah Horison, yang dianggap tidak lagi menampung aspirasi orang banyak karena telah menjadi majalah keluarga atau majalah klik.
Slamet Sukirnanto sebagai jaksa menuding  kelemahan para terdakwa dan mengajukan tuntutan sebagai berikut.
1) Para kritikus sastra yang tidak mampu lagi mengikuti perkembangan kehidupan puisi mutakhir Indonesia, yakni H.B. Jassin dan M.S. Hutagalung, harus “dipensiunkan’ dari perannya sebagai kritikus.
2) Redaktur/editor majalah sastra Horison, khususnya Sapardi Djoko Damono,  “dicutibesarkan”.
3) Para penyair mapan: Subagio Sastrowardoyo, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Darnono,  Rendra, dan para epigon mereka, dikenai hukuman pembuangan. Para reinkarnasinya dibuang ke pulau paling terpencil.
4) Majalah Horison dan majalah Budaya Jaya harus dicabut surat izin terbit (SIT)nya, dan yang sudah terbit dinyatakan tidak berlaku. Kedua majalah itu dilarang dibaca oleh peminat sastra dan masyarakat umum karena akan mengisruhkan perkembangan sastra yang diharapkan sehat dan wajar.
Majelis hakim dalam sidang pengadilan menolak tuntutan jaksa penuntut. Majelis hakim yang diketuai oleh Sanento Yuliman mengambil keputusan yang intinya para kritikus dan para penyair mapan tetap diberi kesempatan berkarya.
Oleh sebab itu, H. B. Jassin mengemukakan sikapnya terhadap pengadilan puisi itu, yang menolak terhadap apa yang dituduhkan kepadanya. H. B. Jassin menganggap bahwa pengadilan puisi itu hanya suatu permainan kanak-kanak yang lucu. Akan tetapi, pengadilan itu merupakan perangsang untuk menimbulkan kesungguhan dalam mencari kebenaran material.
Hampir sama dengan pendirian H. B. Jassin, M. S. Hutagalung dalam makalahnya yang berjudul Puisi Kita Dewasa Ini:  menyatakan bahwa dengan pandangan Sukirnanto dalam pengadilan puisi itu ia merasa tidak perlu mengubah prinsip-prinsip yang diyakininya. Pendiriannya itu disertai pula dengan sikapnya terhadap pengadi1an puisi. Tuduhan tentang kesalahan kritikus dalam melihat perkembangan sastra  beralasan dan tidak benar. Sudut pandang Sukirnantolah yang brengsek. Dapat dikatakan bahwa pandangan-pandangan Sukimanto adalah pandangan yang tidak sehat.
Sapardi Djoko Damono mengemukakan pendiriannya dalam makalahnya yang berjudulCatatan atas Pengadilan Puisi dan Tuntutan Slamet Sukirnanto sebagai berikut.
Pencacimakian terhadap majalah Horison merupakan tindakan yang aneh karena majalah itu merupakan sumber terpenting bagi puji-pujiannya. Sapardi menganggap bahwa Slamet Sukirnanto merupakan korban kekocakan Darmanto Jatman. Sikap Sapardi itu terlihat juga dalam makalahnya. Sapardi rnenganggap bahwa keputusan pengadilan puisi tidak dapat diterima karena keberadaan majalah Horison tidak ditentukan  oleh Slamet Sukirnanto.

1. Kredo Puisi

Kredo Puisi merupakan  sikap dan konsep Sutardji Calzoum Bachri dalam penulisan puisi-puisinya. Kredo ini dimuat pertama kali dalam majalah Horison, Desember 1974, lengkapnya berbunyi:

Kredo Puisi

Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukanlah seperti pipa yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.
Kalau diumpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. Kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam.
Dalam keseharian, kata cenderung dipergunakan untuk menyampaikan pengertian. Dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. Dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian.
Kata-kata haruslah bebas dari penjajahan pengertian, dari beban ide. Kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri.
Dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dan tradisi lapuk yang membelenggu mereka seperti kamus dan penjajahan-.penjajahan seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata-kata tertentu dengan dianggap kotor (obscene) serta penjajahan gramatika.
Bila kata-kata telah dibebaskan, kreativitas pun dimungkinkan. Karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, dan menentukan kemauannya sendiri. Pendadakan yang kreatif bisa timbul, karena kata yang biasanya dianggap berfungsi sebagai penyalur pengertian, tiba-tiba, karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbullah hal-hal yang tidak terduga sebelumnya, yang kreatif.
Dalam (penciptaan) puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. Dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari-nari di atas kertas: mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mondar-mandir berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.
Sebagai penyair saya hanya menjaga, sepanjang tidak mengganggu kebebasannya agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal.
Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah kata. Dan Kata Pertama adalah Mantera. Maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantra.
Jakarta, 30 Maret 1973
on 10.14.2012
seperti permintaanku padamu beberapa tahun silam
aku ingin menjadi ajalmu
hanya dengan cara seperti itu aku dapat menjadi yang terakhir
itu aku bacakan dibait terakhir sajakku malam itu
tepat dimana sesal dan benci mulai mengajarimu untuk berbicara

kau menuduh seperti hujan
rintik dan pelangi akan bururut menghabisinya
aku masih memayungi payung
diteras hujan kutunggu lama
sangat lama

ini becek yang menyerupai kubangan lumpur
saat aku lalui kau menenggelamkan aku sebagai tanah pada lumpurku
dan aku pejamkan mata
benar aku telah menjadi ajal tapi bukan ajalmu
matilah aku sebagai penunggu yang setia

Makassar, Oktober 2012
KAMPUS UNHAS 2012

Mahasiswa sebagai agen perubahan. Ini masih katanya. Oleh beberapa pihak dijadikan alasan untuk melawan. Siapa yang pernah mengatakan mahasiswa sebagai agen perubahan. Bukankah itu kalimat propoganda yang akan memberatkan mahasiswa sendiri. Membebaninya seperti pahlawan yang jika bukan dia maka perubahan tidak ada. Saya selalu memposisikan diriku sebagai masyarakat biasa, bukan pada mahasiswanya. Itu jauh membuat saya dapat melihat beberapa masalah lebih dekat. Sangat dekat.

Di akhir 2012 tiap kampus menjadi tempat perselingkuhan antara rekayasa dan masalah. di UNM Makassar bahkan sampai ada yang meninggal dunia akibat perang darah kaum intelek. Apa mahasiswa masih harus disebut sebagai agen perubahan. Tepatnya sekelompok orang bodoh yang mencontek masa lalu. Menjijikkan. 

Sampai di kampus Unhas sendiri. Beberapa masalah justru dilahirkan bukan karena lahir dengan sendirinya tapi sengaja dilahirkan oleh sekelompok garis atas yang punya kepentingan politik didalamnya. Mungkin juga kepentingan perut. Semua ini akan berdampak pada pandangan umum masyarakat tentang mahasiswa Makassar. Slogan Makassar Tidak Kasar hanya menjadi hipokrisi belaka. Jelas itu tidak akan membawa perubahan sama sekali.

Kampus akhirnya di isi oleh para agen yang mengharapkan perubahan bukan sebagai penggerak perubahan itu sendiri. Negara kita sedang dilanda penyakit ketakutan yang di buat oleh beberapa pandangan orang mengenai diri kita sendiri. Jika anda percaya bahwa jantung negara itu ada di kampus maka seharusnya tiap birokrasi kampus memberikan alasan untuk mahasiswa melawan. Melawan bukan dalam artian harus turun kejalan dan membuat kerusuhan disana. Cukup kau mencerdaskan dirimu mengisinya dengan kegiatan positif maka perubahan akan datang.

Selamat kepada para aktivis yang berhasil mendoktrin kami sebagai agen perubahan.
kepada setiap kekasih yang selalu membenciku
ini kisah tentang awal dan akhir
kisah tentangmu dan tentangku yang saling menentangkan
kekasihku, jika ada malam yang tidak gelap
mungkin disitu sesalku akan aku tanam
persis dimana aku selalu menuduh bulan sebagai penghasutmu membenciku
sebab aku selalu mencari dogma atas hakikat kesalahanku
dimana ada aku dan sesalku yang selalu saling menuding percuma

di taman gantung belakang rumah yang nantinya akan mengikuti ketuaan kita
aku sedang memberinya penggambaran bagaimana semua ini berawal
apakah kau sedang tidak waras saat itu
mengapa kau memilih untuk mencintaiku dari pada membenciku
sedangkan kau tahu aku adalah semu yang nyata di merahmu
on 10.13.2012
kamu menjadi puisi dan aku membacanya sebagai rindu
jarak yang aneh rupanya
jarak yang selalu memaksa diriku untuk takluk
aku kadang menolak tapi kau seperti hidup dikehidupanku
menyimpan penuh kekuatan yang sesungguhnya
nyata

aku jadi lupa untuk mengingatkanmu 
tentang sepotong malamku yang selalu menjadi milikmu
tentang rencana kecilku tentang keluarga besar
yah, dikepalaku tersimpan ribuan tanya yang sudah aku susun rapi
aku menjadi semacam wartawan gagal untukmu
tapi bukan maksud untuk mengintrogasi dirimu
aku hanya ingin menebak seberapa sayang kamu
atau mungkin juga aku ingin tahu seberapa tidak sayang kamu padaku

jika esok kita masih dipertemukan
kuharap tidak ada yang berubah sayang
aku ternyata telah mencintaimu dengan sisa kesungguhanku yang masih bisa kurawat
disana, disekitar taman tempat kita biasa saling menuduh
menggambarkan burung tanpa sayap hinggap di jendela kamar
menatap dalam kearah kita dan berkata pinjamkan aku sayapmu

kamu menjadi puisi dan aku membacanya sebagai rindu
kamu menjadi puisi dan aku membacanya sebagai rindu
tulisku dalam puisi ini


Makassar, Oktober 2012
ini aku tuliskan di hadapan gedung yang paling aku benci keberadaannya
penghuninya adalah para penjilat kemaluan paling erotis yang pernah ada
payudaranya menggantung seperti balon udara di langit
kemaluannya berbentuk segi tiga
dan air maninya adalah uang paling haram

kami dibuat seperti pelacur yang setia iya tiduri
iya pakai sesuka hati dan akan menjadikan kami pengangguran paling sukses nantinya
iya dipanggil rektor oleh kami semua
rektor yang akan mencatatkan dirinya sebagai orang paling ditakuti
sekaligus orang yang paling dikutuk di kampus ini

aku suka padanya
sangat suka
iya kadang tampil seperti dewa paling benar
namun kadang juga iya tampil seperti setan paling bejat di muka bumi

iya bernama iblis peter sui
wajahnya kadang sangat nikmat dijadikan bahan untuk onani
tapi sepertinya jauh lebih nikmat untuk dijadikan bahan diskusi perlawanan

iya kadang melantik kami menjadi agen perubahan di tengah masyarakat
tapi kadang juga mengutuk kami seperti boneka kayu berhidung panjang
orang memanggil kami pinotkiwa

aku tak mau sama seperti rektor kami yang paling seksi itu
dia lulusan kedokteran
wajar jika melihat kami seperti pasien yang harus dikeruk uangnya
saya kadang berfikir
lebih baik aku mati ditelanjangi
dari pada harus telanjang dihadapannya
benci aku
marah aku
sesal aku
aku terima saja
sebab senat universitas juga tunduk padanya
mengapa seperti itu
sebab dia adalah ketua senat itu sendiri
sistem dikampus ini anjing
penguasa seperti bermain dalam selimut dan kami dianggap sebagai mainan juga rupanya
mereka menyuruh kami untuk mengonanikan kemaluannya
sedangkan kami sendiri tidak tahu cara onani yang baik dan benar

di kampus ini aku sering membayangkan rektorku keliling tiap fakultas tanpa baju
agar kami tahu siapa dia sebenarnya.

Makassar, Oktober 2012

Sesungguhnya perlawanan paling dekat dan nyata adalah perlawanan yang dimulai dari diri sendiri.

Fakultas Sastra Unhas 2012

Catatan ini untuk birokrasi tercinta. Birokrasi Fakultas Sastra yang tengah mendidik mahasiswanya untuk menjadi penakut. Menjadi mahasiswa satu model, tunduk pada aturan dan tatanan yang baku.

Lembaga mahasiswa di Fakultas Sastra saat ini terancam oleh pihak birokrasi agar diam dan mengikuti segala aturan yang dikeluarkannya. Sudah tentu kawan-kawan dilembaga mahasiswa akan menolak. Apa lagi ini akan memberatkan nasib lembaga mahasiswa kedepannya dan secara umum mahasiswa itu sendiri. Sangat disayangkan tentunya jika kawan-kawan hanya diam. Birokrasi seolah mengajari kami mengonanikan kemaluannya. Sedangkan kami sendiri tidak tahu bagaimana cara onani yang baik dan benar.
Ini semacam pemaksaan kehendak oleh pihak birokrasi agar mereka mendapat ruang gerak yang sangat luas dan layak. Mahasiswa menjadi korban dan 
Terakhir bahwa akan diadakan ekskul bagi mahasiswa oleh pihak birokrasi kembali menjadi ancaman. Sangat tidak masuk akal dan akan membuat benturan keras kepada lembaga mahasiswa itu sendiri. Ini akan membuat mahasiswa fokus untuk mengurusi ekskulnya masing-masing dan akan mengacuhkan lembaga mahasiswa. Sekarang gejala ini sangat dapat terbaca.
Belum lagi memang animo berorganisasi kawan-kawan di Fakultas Sastra bisa dikatakan sangat kurang. Beberapa kegiatan kampus hanya disisi oleh sekelompok orang yang itu-itu saja. Lembaga mahasiswa sekarang sangat butuh kader yang benar-benar mampu melawan dengan sisi kebenaran. Bukan melawan atas dasar euforia saja.
Bahkan tahun ini mahasiswa baru seolah telah menaruh benci kepada organisasi mahasiswa di kampus akibat hasutan birokrasi anjing itu. Sangat di sayangkan. Ada indikasi bahwa birokrasi akan menjadikan mahasiswa agar tunduk, tunduk pada aturan dan tatanan yang dibuat atas dasar seenaknya dan demi kepentingan beberapa pihak saja. Bukankah ini akan merugikan negara kedepannya juga.
Kampus ini memang sedang sakit. Jabatan birokrasi selalu berganti tapi tetap saja diisi oleh oknum yang gagal menanamkan nilai kejujuran pada mahasiswanya. Oleh karena itu jangan pernah diam. Sebarkan nilai perjuangan kawan-kawan.
ini siang cukup terik
dibahu jalan yang panjang kita masih saling menatap bahu
sesekali memurkai kerikil yang mengganggu bayangan kita
diseberang, kamu nampak baik-baik saja
masih menggunakan kata halus untuk memakiku

deru suara deretan mobil masih meraung
sesekali keluar makian untuk terik yang kejam
dan kita masih saling menatap bahu

adalah cinta yang berhasil menjaga kita
menjaga dari terik yang selalu dituduh sebagai pengganggu tunggangan
menjaga dari ancaman polusi udara yang kian tidak karuan
menjaga dari ketersesatan hati

aku ingin berhenti disini
dibawah terik menuliskan puisi
menatap kau menghabiskan sisa perjalananmu
dan sesekali berharap aku ini adalah payungmu
payang yang akan mengantarmu hingga musim hujan tiba

Makassar, Oktober 2012
on 10.09.2012

 melupakan adalah, dosa yang tak ingin kulakukan dalam ingatan. 

 Dosa adalah pahala yang tertunda.  

 merindukanmu adalah dosa yang ingin aku ulangi setiap harinya~ 

Dosaku adalah mencintamu apakah benciku akan menjadi pahalamu

Aku mencintaimu dengan tulus, tapi tetap kau memilih dia yang telah melingkarkan cincin itu di jari manismu  

Lalu, menyembunyikan cinta ini juga seperti menanggung dosa.  

Dan kuciumi bibir mungilmu dalam tatap kosongmu. Kaku tak bernyawa...  

 maaf..aku mencintai kekasihmu♡ 

di sisi mana aku bisa mencintaimu tanpa luka dan dosa?

Seperti terpanggang rindu atas dosa di masa lampau. 
on 10.06.2012

tulus menyayangi orang-orang yang ku sayangi.siapapun tanpa terkecuali :)  

 Tiada yang lebih tabah bagi seorang penjelajah untuk tegap berdiri kembali menjejakan petualanganya. 

Aku bisa melewati jarak meski dengan berat rindu 1000ton.  

 kata hidupku, kamulah tempat berlabuh bagi hatiku.

lebih baik tidak menunggu sesuatu yang tak pasti. terlalu lelah jua tak baik untuk hati ini  

aku akan tau dan merasakan apa itu bahagia, mungkin tak sekarang. sedang dalam proses  

Menyakiti orang lain, ku harap tak pernah terjadi :) .  

Merindumu adalah derita terberatku  

ku nikmati setiap detik apa yang ku alami, dengan atau tanpamu, dulu ataupun sekarang  

aku lebih suka menyendiri, walau hati ini tak suka sendiri 

kita dibawah langit yang sama, berpijak si bumi yang sama.apakah hati kita punya rasa yang sama ? 

kita dibawah langit yang sama, berpijak si bumi yang sama.apakah hati kita punya rasa yang sama ?*eh  

 mata ini bisa tak melihatmu, tapi hati ini bisa

ilmu itu tak pernah dan tak akan habis untuk di nikmati 

Bahagia itu abu-abu  

 kau~mimpi terindah yang tlah menjelma nyata


 kita adalah pasangan ter-romantis sepanjang masa

 walau luka sering bertandang ke hatiku,namun bagiku kau ter-istimewa 

 sejauh kaki melangkah,yang kutemui hanya rindu

 dilema pernah mendiami hatiku,namun selalu kembali kepadamu~mencintaimu 

Menyaksikanmu tersenyum adalah bahagiaku 

Kibasan rambutmu....ah....takmampu ku ungkapkan 

Terkadang waktu ini terasa janggal ketika kita saling bungkam,diam tanpa pengadaan  

 Pernah ku merasa hanya ingin dianggap ada. Dianggap penting. Meski hanya sebatas angin. 

 Aku melambaikan tangan bukan mengakui kalah. Aku hanya sekedar merebahkan beban di pundakku & tak ingin menyerah. 

 yakinlah kelak kita akan bertemu kembali meski kita tak bisaa bersatu kembali 

sejak itu, beragam 'tak pernah takut dengan seragam. mereka lalai melihat hukum alam.  

 kau pantas bahagia dengan yang lain, bukan denganku

Hari ini kau berdarah untuk ku, besok hingga mati darah ku tamengi mu  

Aku tak akan mati hingga kau tersenyum kembali. 

Kita bernafas bersama, bergerak bersama, merasa bersama hingga kau lelah, kau Bukan aku.  

Akan rubuh dunia seperti dunia yang kau minta. 

Sepanjang malam serta pengharapan. Lilin kecil yg terang. Lebur sebelum padam.  

: aku lebih suka menyendiri, walau hati tak suka sendiri 

Merindukan hal yang mustahil  | 

Aku mulai merasa, kita saling menyembunyikan juga melawan seauatu yang besar.   


Suaramu masi terngiang saat ku pejamkan mata,pun senandungmu yang kau dendangkan sebelum ku terlelap  

10.28.2012

Kau Menyebutnya Air Mata

Diposting oleh Unknown di 04.43 1 komentar
di hadapan dupa rindu dan kenangan
kau menghampiri lebih dekat
menyapa seperti rintik ke tanah
sangat dekat namun tidak nyata
sebab bayanganku yang terlalu bernafsu untuk menghadirkan kau dalam ingatan

sepasang mata menjadi biru
rindunya tertolak hingga memilih mematikan lampu kamar tidurnya
gelap dan bayang dari bayangan menjadi merah
jangan tidur malam ini
aku mimpimu yang pasti dan kau mungkin akan menolaknya
makanya jangan tidur kataku

dari bilik pemilihan kau mencoba tidak memilih
kau tahu hanya aku calonnya bukan dia
maka kau keluar tanpa harus mencolokkan tanganmu di tinta tanda

jangan bertanya
aku bukanlah mata yang memiliki air dan kau menyebutnya air mata
dan kecupanku hanyalah angin yang menyerempet pipimu
syukur jika kau sempat merasakannya
sisanya kau hanya membayangkan menemukan orang lain selain diriku dalam hidupmu

aku jelaskan sekali lagi bagaimana aku bisa mencintaimu
bukan karena kau tapi karena hatimu yang terlalu baik untuk tidak aku cintai

Makassar, Oktober 2012


#SASTRAPERLAWANAN

Diposting oleh Unknown di 03.41 0 komentar
Penjelasan mengenai sastra perlawanan:

1. gerakan  adalah gerakan untuk mengajak para pemuda untuk aktif berkarya lewat sastra.

2. gerakan  terbagi dua: a.  b.

3. gerakan  di twitter itu kita akan bersajak atau berpendapat tentang sastra itu sendiri.

4. gerakan  dalam aksi nyatanya kita akan menghimpun karya kawan-kawan dalam bentuk buku.

5. gerakan  bertujuan untuk semakin memasyarakatkan sastra itu sendiri.

6. gerakan  bersifat tidak mengikat. kita lebih banyak aktif di akun masing-masing kok.

7. gerakan  ini juga secara resmi di aktifkan bersamaan dengan sumpah pemuda. Cc: 

8. untuk sementara baru beberapa akun ini yang secara resmi masuk
    a. @kitabkirisastra
    b. @JangkrikSenja 
    c. @sayamasihkiri 
    d. @ikkyeeqq  
    e. @tweetuntukbebas 
    f. @AGNGX

10.25.2012

PENGADILAN SASTRA

Diposting oleh Unknown di 02.30 0 komentar

Pengadilan Puisi dan Kredo Puisi
1. Pengadilan Puisi (1974).
Pengadilan Puisi merupakan ”pemberontakan” terhadap dunia perpuisian Indonesia. Pemberontakan tersebut ditujukan kepada kritikus sastra Indonesia, para penyair mapan dan majalah sastra yang ada di Indonesia. Kritikus yang dibidik dalam konteks ini adalah H.B. Jassin dan M.S. Hutagalung, keduanya dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Mereka dianggap tidak mampu lagi mengikuti perkembangan puisi Indonesia mutakhir. Penyair mapan yang dihujat adalah Subagio Sastrowardoyo, Rendra, dan Goenawan Mohamad. Mereka bertiga  dianggap menghambat kewajaran perkembangan puisi Indonesia. Adapun. majalah sastra yang dijadikan terdakwa adalah Horison, yang dianggap tidak lagi menampung aspirasi orang banyak karena telah menjadi majalah keluarga atau majalah klik.
Slamet Sukirnanto sebagai jaksa menuding  kelemahan para terdakwa dan mengajukan tuntutan sebagai berikut.
1) Para kritikus sastra yang tidak mampu lagi mengikuti perkembangan kehidupan puisi mutakhir Indonesia, yakni H.B. Jassin dan M.S. Hutagalung, harus “dipensiunkan’ dari perannya sebagai kritikus.
2) Redaktur/editor majalah sastra Horison, khususnya Sapardi Djoko Damono,  “dicutibesarkan”.
3) Para penyair mapan: Subagio Sastrowardoyo, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Darnono,  Rendra, dan para epigon mereka, dikenai hukuman pembuangan. Para reinkarnasinya dibuang ke pulau paling terpencil.
4) Majalah Horison dan majalah Budaya Jaya harus dicabut surat izin terbit (SIT)nya, dan yang sudah terbit dinyatakan tidak berlaku. Kedua majalah itu dilarang dibaca oleh peminat sastra dan masyarakat umum karena akan mengisruhkan perkembangan sastra yang diharapkan sehat dan wajar.
Majelis hakim dalam sidang pengadilan menolak tuntutan jaksa penuntut. Majelis hakim yang diketuai oleh Sanento Yuliman mengambil keputusan yang intinya para kritikus dan para penyair mapan tetap diberi kesempatan berkarya.
Oleh sebab itu, H. B. Jassin mengemukakan sikapnya terhadap pengadilan puisi itu, yang menolak terhadap apa yang dituduhkan kepadanya. H. B. Jassin menganggap bahwa pengadilan puisi itu hanya suatu permainan kanak-kanak yang lucu. Akan tetapi, pengadilan itu merupakan perangsang untuk menimbulkan kesungguhan dalam mencari kebenaran material.
Hampir sama dengan pendirian H. B. Jassin, M. S. Hutagalung dalam makalahnya yang berjudul Puisi Kita Dewasa Ini:  menyatakan bahwa dengan pandangan Sukirnanto dalam pengadilan puisi itu ia merasa tidak perlu mengubah prinsip-prinsip yang diyakininya. Pendiriannya itu disertai pula dengan sikapnya terhadap pengadi1an puisi. Tuduhan tentang kesalahan kritikus dalam melihat perkembangan sastra  beralasan dan tidak benar. Sudut pandang Sukirnantolah yang brengsek. Dapat dikatakan bahwa pandangan-pandangan Sukimanto adalah pandangan yang tidak sehat.
Sapardi Djoko Damono mengemukakan pendiriannya dalam makalahnya yang berjudulCatatan atas Pengadilan Puisi dan Tuntutan Slamet Sukirnanto sebagai berikut.
Pencacimakian terhadap majalah Horison merupakan tindakan yang aneh karena majalah itu merupakan sumber terpenting bagi puji-pujiannya. Sapardi menganggap bahwa Slamet Sukirnanto merupakan korban kekocakan Darmanto Jatman. Sikap Sapardi itu terlihat juga dalam makalahnya. Sapardi rnenganggap bahwa keputusan pengadilan puisi tidak dapat diterima karena keberadaan majalah Horison tidak ditentukan  oleh Slamet Sukirnanto.

1. Kredo Puisi

Kredo Puisi merupakan  sikap dan konsep Sutardji Calzoum Bachri dalam penulisan puisi-puisinya. Kredo ini dimuat pertama kali dalam majalah Horison, Desember 1974, lengkapnya berbunyi:

Kredo Puisi

Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukanlah seperti pipa yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.
Kalau diumpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. Kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam.
Dalam keseharian, kata cenderung dipergunakan untuk menyampaikan pengertian. Dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. Dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian.
Kata-kata haruslah bebas dari penjajahan pengertian, dari beban ide. Kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri.
Dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dan tradisi lapuk yang membelenggu mereka seperti kamus dan penjajahan-.penjajahan seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata-kata tertentu dengan dianggap kotor (obscene) serta penjajahan gramatika.
Bila kata-kata telah dibebaskan, kreativitas pun dimungkinkan. Karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, dan menentukan kemauannya sendiri. Pendadakan yang kreatif bisa timbul, karena kata yang biasanya dianggap berfungsi sebagai penyalur pengertian, tiba-tiba, karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbullah hal-hal yang tidak terduga sebelumnya, yang kreatif.
Dalam (penciptaan) puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. Dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari-nari di atas kertas: mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mondar-mandir berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri dirinya dengan bebas, saling bertentangan sendiri satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.
Sebagai penyair saya hanya menjaga, sepanjang tidak mengganggu kebebasannya agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal.
Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah kata. Dan Kata Pertama adalah Mantera. Maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantra.
Jakarta, 30 Maret 1973

10.14.2012

Aku Ingin Menjadi Ajalmu

Diposting oleh Unknown di 23.47 0 komentar
seperti permintaanku padamu beberapa tahun silam
aku ingin menjadi ajalmu
hanya dengan cara seperti itu aku dapat menjadi yang terakhir
itu aku bacakan dibait terakhir sajakku malam itu
tepat dimana sesal dan benci mulai mengajarimu untuk berbicara

kau menuduh seperti hujan
rintik dan pelangi akan bururut menghabisinya
aku masih memayungi payung
diteras hujan kutunggu lama
sangat lama

ini becek yang menyerupai kubangan lumpur
saat aku lalui kau menenggelamkan aku sebagai tanah pada lumpurku
dan aku pejamkan mata
benar aku telah menjadi ajal tapi bukan ajalmu
matilah aku sebagai penunggu yang setia

Makassar, Oktober 2012

SASTRA PERLAWANAN II

Diposting oleh Unknown di 23.15 0 komentar
KAMPUS UNHAS 2012

Mahasiswa sebagai agen perubahan. Ini masih katanya. Oleh beberapa pihak dijadikan alasan untuk melawan. Siapa yang pernah mengatakan mahasiswa sebagai agen perubahan. Bukankah itu kalimat propoganda yang akan memberatkan mahasiswa sendiri. Membebaninya seperti pahlawan yang jika bukan dia maka perubahan tidak ada. Saya selalu memposisikan diriku sebagai masyarakat biasa, bukan pada mahasiswanya. Itu jauh membuat saya dapat melihat beberapa masalah lebih dekat. Sangat dekat.

Di akhir 2012 tiap kampus menjadi tempat perselingkuhan antara rekayasa dan masalah. di UNM Makassar bahkan sampai ada yang meninggal dunia akibat perang darah kaum intelek. Apa mahasiswa masih harus disebut sebagai agen perubahan. Tepatnya sekelompok orang bodoh yang mencontek masa lalu. Menjijikkan. 

Sampai di kampus Unhas sendiri. Beberapa masalah justru dilahirkan bukan karena lahir dengan sendirinya tapi sengaja dilahirkan oleh sekelompok garis atas yang punya kepentingan politik didalamnya. Mungkin juga kepentingan perut. Semua ini akan berdampak pada pandangan umum masyarakat tentang mahasiswa Makassar. Slogan Makassar Tidak Kasar hanya menjadi hipokrisi belaka. Jelas itu tidak akan membawa perubahan sama sekali.

Kampus akhirnya di isi oleh para agen yang mengharapkan perubahan bukan sebagai penggerak perubahan itu sendiri. Negara kita sedang dilanda penyakit ketakutan yang di buat oleh beberapa pandangan orang mengenai diri kita sendiri. Jika anda percaya bahwa jantung negara itu ada di kampus maka seharusnya tiap birokrasi kampus memberikan alasan untuk mahasiswa melawan. Melawan bukan dalam artian harus turun kejalan dan membuat kerusuhan disana. Cukup kau mencerdaskan dirimu mengisinya dengan kegiatan positif maka perubahan akan datang.

Selamat kepada para aktivis yang berhasil mendoktrin kami sebagai agen perubahan.

Tentang Awal dan Akhir

Diposting oleh Unknown di 07.29 0 komentar
kepada setiap kekasih yang selalu membenciku
ini kisah tentang awal dan akhir
kisah tentangmu dan tentangku yang saling menentangkan
kekasihku, jika ada malam yang tidak gelap
mungkin disitu sesalku akan aku tanam
persis dimana aku selalu menuduh bulan sebagai penghasutmu membenciku
sebab aku selalu mencari dogma atas hakikat kesalahanku
dimana ada aku dan sesalku yang selalu saling menuding percuma

di taman gantung belakang rumah yang nantinya akan mengikuti ketuaan kita
aku sedang memberinya penggambaran bagaimana semua ini berawal
apakah kau sedang tidak waras saat itu
mengapa kau memilih untuk mencintaiku dari pada membenciku
sedangkan kau tahu aku adalah semu yang nyata di merahmu

10.13.2012

Kamu Menjadi Puisi dan Aku Membacanya Sebagai Rindu

Diposting oleh Unknown di 14.13 0 komentar
kamu menjadi puisi dan aku membacanya sebagai rindu
jarak yang aneh rupanya
jarak yang selalu memaksa diriku untuk takluk
aku kadang menolak tapi kau seperti hidup dikehidupanku
menyimpan penuh kekuatan yang sesungguhnya
nyata

aku jadi lupa untuk mengingatkanmu 
tentang sepotong malamku yang selalu menjadi milikmu
tentang rencana kecilku tentang keluarga besar
yah, dikepalaku tersimpan ribuan tanya yang sudah aku susun rapi
aku menjadi semacam wartawan gagal untukmu
tapi bukan maksud untuk mengintrogasi dirimu
aku hanya ingin menebak seberapa sayang kamu
atau mungkin juga aku ingin tahu seberapa tidak sayang kamu padaku

jika esok kita masih dipertemukan
kuharap tidak ada yang berubah sayang
aku ternyata telah mencintaimu dengan sisa kesungguhanku yang masih bisa kurawat
disana, disekitar taman tempat kita biasa saling menuduh
menggambarkan burung tanpa sayap hinggap di jendela kamar
menatap dalam kearah kita dan berkata pinjamkan aku sayapmu

kamu menjadi puisi dan aku membacanya sebagai rindu
kamu menjadi puisi dan aku membacanya sebagai rindu
tulisku dalam puisi ini


Makassar, Oktober 2012

Kepada Rektorku yang Tercinta

Diposting oleh Unknown di 08.56 0 komentar
ini aku tuliskan di hadapan gedung yang paling aku benci keberadaannya
penghuninya adalah para penjilat kemaluan paling erotis yang pernah ada
payudaranya menggantung seperti balon udara di langit
kemaluannya berbentuk segi tiga
dan air maninya adalah uang paling haram

kami dibuat seperti pelacur yang setia iya tiduri
iya pakai sesuka hati dan akan menjadikan kami pengangguran paling sukses nantinya
iya dipanggil rektor oleh kami semua
rektor yang akan mencatatkan dirinya sebagai orang paling ditakuti
sekaligus orang yang paling dikutuk di kampus ini

aku suka padanya
sangat suka
iya kadang tampil seperti dewa paling benar
namun kadang juga iya tampil seperti setan paling bejat di muka bumi

iya bernama iblis peter sui
wajahnya kadang sangat nikmat dijadikan bahan untuk onani
tapi sepertinya jauh lebih nikmat untuk dijadikan bahan diskusi perlawanan

iya kadang melantik kami menjadi agen perubahan di tengah masyarakat
tapi kadang juga mengutuk kami seperti boneka kayu berhidung panjang
orang memanggil kami pinotkiwa

aku tak mau sama seperti rektor kami yang paling seksi itu
dia lulusan kedokteran
wajar jika melihat kami seperti pasien yang harus dikeruk uangnya
saya kadang berfikir
lebih baik aku mati ditelanjangi
dari pada harus telanjang dihadapannya
benci aku
marah aku
sesal aku
aku terima saja
sebab senat universitas juga tunduk padanya
mengapa seperti itu
sebab dia adalah ketua senat itu sendiri
sistem dikampus ini anjing
penguasa seperti bermain dalam selimut dan kami dianggap sebagai mainan juga rupanya
mereka menyuruh kami untuk mengonanikan kemaluannya
sedangkan kami sendiri tidak tahu cara onani yang baik dan benar

di kampus ini aku sering membayangkan rektorku keliling tiap fakultas tanpa baju
agar kami tahu siapa dia sebenarnya.

Makassar, Oktober 2012

SASTRA PERLAWANAN I

Diposting oleh Unknown di 02.38 0 komentar

Sesungguhnya perlawanan paling dekat dan nyata adalah perlawanan yang dimulai dari diri sendiri.

Fakultas Sastra Unhas 2012

Catatan ini untuk birokrasi tercinta. Birokrasi Fakultas Sastra yang tengah mendidik mahasiswanya untuk menjadi penakut. Menjadi mahasiswa satu model, tunduk pada aturan dan tatanan yang baku.

Lembaga mahasiswa di Fakultas Sastra saat ini terancam oleh pihak birokrasi agar diam dan mengikuti segala aturan yang dikeluarkannya. Sudah tentu kawan-kawan dilembaga mahasiswa akan menolak. Apa lagi ini akan memberatkan nasib lembaga mahasiswa kedepannya dan secara umum mahasiswa itu sendiri. Sangat disayangkan tentunya jika kawan-kawan hanya diam. Birokrasi seolah mengajari kami mengonanikan kemaluannya. Sedangkan kami sendiri tidak tahu bagaimana cara onani yang baik dan benar.
Ini semacam pemaksaan kehendak oleh pihak birokrasi agar mereka mendapat ruang gerak yang sangat luas dan layak. Mahasiswa menjadi korban dan 
Terakhir bahwa akan diadakan ekskul bagi mahasiswa oleh pihak birokrasi kembali menjadi ancaman. Sangat tidak masuk akal dan akan membuat benturan keras kepada lembaga mahasiswa itu sendiri. Ini akan membuat mahasiswa fokus untuk mengurusi ekskulnya masing-masing dan akan mengacuhkan lembaga mahasiswa. Sekarang gejala ini sangat dapat terbaca.
Belum lagi memang animo berorganisasi kawan-kawan di Fakultas Sastra bisa dikatakan sangat kurang. Beberapa kegiatan kampus hanya disisi oleh sekelompok orang yang itu-itu saja. Lembaga mahasiswa sekarang sangat butuh kader yang benar-benar mampu melawan dengan sisi kebenaran. Bukan melawan atas dasar euforia saja.
Bahkan tahun ini mahasiswa baru seolah telah menaruh benci kepada organisasi mahasiswa di kampus akibat hasutan birokrasi anjing itu. Sangat di sayangkan. Ada indikasi bahwa birokrasi akan menjadikan mahasiswa agar tunduk, tunduk pada aturan dan tatanan yang dibuat atas dasar seenaknya dan demi kepentingan beberapa pihak saja. Bukankah ini akan merugikan negara kedepannya juga.
Kampus ini memang sedang sakit. Jabatan birokrasi selalu berganti tapi tetap saja diisi oleh oknum yang gagal menanamkan nilai kejujuran pada mahasiswanya. Oleh karena itu jangan pernah diam. Sebarkan nilai perjuangan kawan-kawan.

Aku Payung dan Kau Terik

Diposting oleh Unknown di 01.09 0 komentar
ini siang cukup terik
dibahu jalan yang panjang kita masih saling menatap bahu
sesekali memurkai kerikil yang mengganggu bayangan kita
diseberang, kamu nampak baik-baik saja
masih menggunakan kata halus untuk memakiku

deru suara deretan mobil masih meraung
sesekali keluar makian untuk terik yang kejam
dan kita masih saling menatap bahu

adalah cinta yang berhasil menjaga kita
menjaga dari terik yang selalu dituduh sebagai pengganggu tunggangan
menjaga dari ancaman polusi udara yang kian tidak karuan
menjaga dari ketersesatan hati

aku ingin berhenti disini
dibawah terik menuliskan puisi
menatap kau menghabiskan sisa perjalananmu
dan sesekali berharap aku ini adalah payungmu
payang yang akan mengantarmu hingga musim hujan tiba

Makassar, Oktober 2012

10.09.2012

#sajakdosa

Diposting oleh Unknown di 06.40 0 komentar

 melupakan adalah, dosa yang tak ingin kulakukan dalam ingatan. 

 Dosa adalah pahala yang tertunda.  

 merindukanmu adalah dosa yang ingin aku ulangi setiap harinya~ 

Dosaku adalah mencintamu apakah benciku akan menjadi pahalamu

Aku mencintaimu dengan tulus, tapi tetap kau memilih dia yang telah melingkarkan cincin itu di jari manismu  

Lalu, menyembunyikan cinta ini juga seperti menanggung dosa.  

Dan kuciumi bibir mungilmu dalam tatap kosongmu. Kaku tak bernyawa...  

 maaf..aku mencintai kekasihmu♡ 

di sisi mana aku bisa mencintaimu tanpa luka dan dosa?

Seperti terpanggang rindu atas dosa di masa lampau. 

10.06.2012

#katakuhidupku

Diposting oleh Unknown di 04.10 0 komentar

tulus menyayangi orang-orang yang ku sayangi.siapapun tanpa terkecuali :)  

 Tiada yang lebih tabah bagi seorang penjelajah untuk tegap berdiri kembali menjejakan petualanganya. 

Aku bisa melewati jarak meski dengan berat rindu 1000ton.  

 kata hidupku, kamulah tempat berlabuh bagi hatiku.

lebih baik tidak menunggu sesuatu yang tak pasti. terlalu lelah jua tak baik untuk hati ini  

aku akan tau dan merasakan apa itu bahagia, mungkin tak sekarang. sedang dalam proses  

Menyakiti orang lain, ku harap tak pernah terjadi :) .  

Merindumu adalah derita terberatku  

ku nikmati setiap detik apa yang ku alami, dengan atau tanpamu, dulu ataupun sekarang  

aku lebih suka menyendiri, walau hati ini tak suka sendiri 

kita dibawah langit yang sama, berpijak si bumi yang sama.apakah hati kita punya rasa yang sama ? 

kita dibawah langit yang sama, berpijak si bumi yang sama.apakah hati kita punya rasa yang sama ?*eh  

 mata ini bisa tak melihatmu, tapi hati ini bisa

ilmu itu tak pernah dan tak akan habis untuk di nikmati 

Bahagia itu abu-abu  

 kau~mimpi terindah yang tlah menjelma nyata


 kita adalah pasangan ter-romantis sepanjang masa

 walau luka sering bertandang ke hatiku,namun bagiku kau ter-istimewa 

 sejauh kaki melangkah,yang kutemui hanya rindu

 dilema pernah mendiami hatiku,namun selalu kembali kepadamu~mencintaimu 

Menyaksikanmu tersenyum adalah bahagiaku 

Kibasan rambutmu....ah....takmampu ku ungkapkan 

Terkadang waktu ini terasa janggal ketika kita saling bungkam,diam tanpa pengadaan  

 Pernah ku merasa hanya ingin dianggap ada. Dianggap penting. Meski hanya sebatas angin. 

 Aku melambaikan tangan bukan mengakui kalah. Aku hanya sekedar merebahkan beban di pundakku & tak ingin menyerah. 

 yakinlah kelak kita akan bertemu kembali meski kita tak bisaa bersatu kembali 

sejak itu, beragam 'tak pernah takut dengan seragam. mereka lalai melihat hukum alam.  

 kau pantas bahagia dengan yang lain, bukan denganku

Hari ini kau berdarah untuk ku, besok hingga mati darah ku tamengi mu  

Aku tak akan mati hingga kau tersenyum kembali. 

Kita bernafas bersama, bergerak bersama, merasa bersama hingga kau lelah, kau Bukan aku.  

Akan rubuh dunia seperti dunia yang kau minta. 

Sepanjang malam serta pengharapan. Lilin kecil yg terang. Lebur sebelum padam.  

: aku lebih suka menyendiri, walau hati tak suka sendiri 

Merindukan hal yang mustahil  | 

Aku mulai merasa, kita saling menyembunyikan juga melawan seauatu yang besar.   


Suaramu masi terngiang saat ku pejamkan mata,pun senandungmu yang kau dendangkan sebelum ku terlelap