on 1.14.2012
mengapa kamu memilih menjadi pelacur?
tanyaku pada seorang wanita
di ujung jalan memarkir tubuhnya yang hampir mirip telanjang
membasuh sisa mani diselangkangannya
terpaksa
jawabnya lirih menutup wajahnya
semua demi anak dan sisa kenangan pada mantan suaminya

keras hidup dia lalui sendiri
membungkam malu demi kelanjutan nafas anaknya
bukan salah siapa-siapa
semua bisa menyalahkan
tapi apakah mereka mengerti dan ingin berbagi bahagia


siapapun tak ingin terjebak
namun kadang situasi memaksa untuk melakukannya
kutanya lagi
apakah ini benar
jawabnya singkat dan wajahnya mengusirku
tidak dan tidak akan pernah benar

18.09.2011
on 1.10.2012
Semoga kami tidak lahir dari kaki-kaki penguasa
Yang dibuat dari unsur tatanan yang baku akan penindasan
Menutup jeritan kami dengan halusinasi palsu akan kebenaran
Ketidakadilan menjadi jaminan atas keberlangsungan hidup
Cukup sudah derita yang semestinya tidak menjadi takdir kami.
Bagi penguasa negri ini
Jika rakyat terlantar dan kerontang meminta keadilan yang benar
Para ibu susah mengepul asap di dapur akibat bahan pokok melambung
Dan kami masih mendapati kaum buruh tak mendapatkan upah layak
Haruskah tirani kebangsawananmu kamu ambrukkan dengan darah perjuangan
Selama bendera revolusi belum menjadi putih
Masih ada kejantanan untuk menekukkan lututmu
Dan menjilat hasil lendir di kemaluanmu
Seperti itulah sebagaian rasa dari kami yang hidup dibawah merah putih
Garuda terbang meninggalkan kami
Tinggallah buih dihantam gelombang pertiwi

10.01.12

Rolf de Mare
Rolf de Maré was born in Stockholm in 1888. In 1913 he made friends with post-impressionist painter Nils von Dardel who was not particularly well off, but imaginative and talented, while de Maré was enthusiastic and had money. Together they were a very fruitful duo and in 1920 they created Ballets Suédois at the Théâtre des Champs-Élysées in Paris. In the autumn of 1924 Giorgio de Chirico curated the scenography and costumes for Pirandello's La Giara. In 1933, Rolf de Maré founded Les Archives internationales de la Danse (AID) in Paris — the world's first museum and research institute for dance. The Archive became a famous centre for studies in dance and visitors came from all over the world to see exhibitions or to study in its vast library. The dance center also published its own magazine and books, arranged lecture demonstrations in the building which de Maré had constructed for his dance centre. After the World War the archives had grown too large for a private person to maintain, de Maré closed his business in Paris and donated parts of the collections — some 6,000 books, engravings and other items, all concerned mainly with Western dance — to the French government which placed them at the museum and library of the Paris Opera. However, the museum declined to accept two substantial elements of de Maré's collection: firstly, material from the Ballets Suédois, and secondly, the fruits of his expedition of exploration to Indonesia in 1936 — the first to have been undertaken with the purpose of documenting dance.
Therefore, the collection from the Swedish Ballet in Paris and the non-European collections were brought by de Maré to Stockholm to form the Dance Museum, which he opened in 1953 in the basement of the Royal Swedish Opera in Stockholm. On his death he made the Dance Museum the sole heir to his fortune, and this enabled the museum to make further acquisitions. After dissolving the Ballets Suedois in 1925, de Maré made no attempt to revive its works. The various, concrete collectibles de Maré amassed and that exist today as the bedrock of Stockholm's Dance Museum, illuminate our picture of him as archivist and art collector, all the while they question his role as a connoisseur of a theater based on the art of dancing. Throughout his life, Rolf de Maré was also a distinguished art collector. In the early 1960s, he made an important donation of modernist art to the Moderna Museet. Rolf de Maré died in Barcelona in 1964.
Rolf de Mare (1888 - 1964) was an art collector and leader Suédois Swedish Ballet in Paris 1920-1925. In 1933, Rolf de Mare was founded "Les Archives Internationales de la Danse" (AID) in Paris a world's first museum and research institute for dance. Archives became famous center for studies in dance and visitors come from all over the world to see the exhibition or to study in the extensive library. After the war, de Mare donated his collection of Swedish Ballet in Paris and the fruits of exploration expedition to Indonesia in 1938 - the first has been done with the purpose of documenting dance - to Stockholm to form the Museum of Dance, which he opened in 1953. During his visit to Indonesia Rolf de Mare, also took to the land of southern Sulawesi to mengdokumentasikan Bugis Makassar culture's land. Here is a set of photographs of works of Rolf de Mare who was in grimy from digitalgallery.nypl.org.

Berikut Karya Rolf de Mare tentang Budaya Bugis Makassar di Tahun 1938





on 1.09.2012
aku berani mencintaimu lebih besar dari Tuhan
tapi aku tahu Tuhan akan marah
aku bisa mencintaimu lebih besar dari Orang Tuaku
tapi aku tahu Orang Tuaku akan kecewa
aku mampu mencintaimu lebih besar dari Saudaraku
tapi aku tahu Saudaraku akan menyesal
aku dapat mencintaimu lebih besar dari Sahabatku
tapi aku tahu Sahabatku akan terluka

saat aku menemukan Tuhan dalam dirimu
dan aku dapati kau mulai untuk mencariku
aku tersadar kemampuanku hanya sebatas mencintaimu lebih dari diriku sendiri
kubenamkan pada keyakinanku untuk menjadikan ini sebagai kisah
meski aku tahu keberadaanku hanya untuk ini saja
terlepas dari waktu yang akan menarikmu kembali
aku salamkan pada penghujung kelak yang akan menentukan.
[CR]



18.12.2011
on 1.08.2012
Baru saja kembali dari pelukan misteri
Sempat aku tujukan tanya pada hatimu
Namun kau sendiri belum cukup yakin
Aku dipersalahkan namun banyak yang membenarkan

Menunggu nampaknya akan mengajarimu kesabaran
Alasan utama yang membuatku memaksamu untuk merasakannya
Maaf jika jenuh
Bukankah akan lebih banyak badai yang akan menahan langkah
Rasa sayang itu kehendak hatiBukan harus dipaksakan dan terpaksa
Aku kembali bertanya adakah dirimu kini sudah yakin?
[CR]

27.11.2011
Kisah ini adalah RAHASIA terbesar bagi seorang pemuda yang dalam catatan ini dirinya sengaja aku palsukan. Kisahnya yang sempat tercatat dalam buku harian ini penuh dengan alur yang mampu menggugah nalar dan nurani. Perjalanan hidupnya yang begitu kejam serta sikapnya yang pantang menyerah mampu menjadi kiblat bagi para remaja dalam menyikapi kehidupan ini. Buku catatan yang berhasil diselamatkan sebelum pemiliknya sempat membakar sajarah ini menyimpan berbagai macam rasa yang membuat kita tertarik untuk mengenal lebih dalam akan sosoknya. Naming butuh waktu dua bulan untuk meyakinkan pemiliknya agar mau memberikan buku itu kemudian setelah mendapat izin saya rangkum menjadi potongan yang sederhana namun penuh sesak dan emosi. Kehidupan memberinya penjelasan yang menjadikannya seperti ini. Kisahnya menjadi inspirasi bagi saya dan mungkin juga orang lain.
2006
Aku memperkenalkan diriku. Baso Andika. Keadaanlah yang menjadikan aku seperti ini. Belajar dari sekian masalah yang membuatku dewasa, dari sekian curiga yang menjadikan aku penuh tanya. Walau kehidupan tak selalu sama aku tetap berjalan hingga akhirnya tertarik kedalam gelombang MADESU. Sekian lama bermukim di sana namun tak ada orang lain yang berhasil menarikku keluar dari gelombang itu. Ditempat itu aku banyak memahami kehidupan. Melihat orang merekayasa dirinya sendiri. Memalsukan hatinya dan hidup dalam diri orang lain. Hati kecilku mengatakan itu salah namun akalku membenarkan sampai aku merasa inilah sebenarnya hidup. Terjebak dalam fikiran hampa dan tak mampu keluar. Aku sering berteriak memanggil nama agar ada orang tertarik untuk melihatku disini. Namun mereka lebih senang untuk menjilati mimpi-mimpinya. Aku bisa membaca tatapan matanya. penuh HINAAN. Aku merasa sepertinya arus yang aku jalani akan membuatku tertanam kaku. Maka aku memilih tetap berdiam diri untuk waktu yang tak kutentukan.
2007
Kurasa hidup semakin kejam saja. Tak ada pembenaran untuk orang sepertiku. Berulang kali dalam sujudku aku berdo’a agar ada yang bisa memahami jiwa ini meski kutahu hati ini telah luntur dari warna sucinya. Namun mereka hanya datang untuk memperkanalkan diri sendiri dan memberi pujian atas hidupnya. Setelah itu dia kembali pergi untuk menemui orang sepertiku lalu kembali menceritakan kepahlawanannya. PALSU. Aku terpaksa memberikan penilaian untuk orang seperti itu. MUNAFIK. Sementara itu waktu terus berjalan mengganti warnanya. Namun bagiku semua tetap sama. Tawa yang kubawa hanyalah bagian dari BAHAGIA yang semu. Keadaan jiwa semakin tertekan melihat semuanya harus berubah. Tapi kembali nurani berkata SISI YANG MANA HARUS KUUBAH. Aku terjebak dalam lintas waktu yang panjang dengan kondisiku seperti ini.
2008
PSIKOPAT. Orang mengatakan itu padaku. Aku sempat terpojok ketika tahu bahwa psikopat itu bererti ORANG GILA TANPA GANGGUAN MENTAL. Semenjak saat itu aku merasa semakin sendiri. Akhirnya dengan ditemani Ibu, kuputuskan untuk bertemu dengan PSIKOLOG. Aku bersyukur dia mau membantuku dan menjaga rahasia ini. Aku menjawab setiap pertanyaannya dan memberikan penilaian dengan apa yang dia perlihatkan kepadaku. Kemudian terakhir dia menjelaskan kepadaku apa sebenarnya Psikopat itu dan dari hasil konsultasi itu dia memberikan penilaian 53 % total kondisi jiwaku. Itu berarti sebagian besar tingkahku sudah terpengaruhi oleh VIRUS PSIKOPAT. Itu  bukan jawaban yang aku harapkan. Aku berusaha melihat diriku dari sisi masa lalu. Namun aku tidak menemukan apa yang aku cari. Dari setiap kejadian yang telah kulalui aku berusaha tetap menjalani hidupku dan kembali menemukan diriku yang sebenarnya. Hingga suatu hari nasib mempertemukanku dengan seorang wanita. Perkenalanku dengannya sedikit membawa perubahan. Meski ku akui godaan kadang masih lebih dahsyat ketimbang rayuan. Padanya aku masih merahasiakan semua ini. Aku berharap dia mampu menerimaku apa adanya. HARAPKU..
on 1.04.2012
tetap semangat mengikuti arah takdrimu
kemana dia merangkak disitu kamu perlihatkan debu itu
tenangkan saja bathinmu
harapan memang tidak selalu sama.

episode amatir I

03.01.2012
on 1.01.2012
aku tak menaruh tanda tanya
karena aku takut kau tak lagi membutuhkannya.
seperti tak butuhnya dirimu akan diriku.
itu keyakinan dan kau membenarkan.

31.12.2011
deras tipis mendera
dan kau masih memanggil lembayu kesunyian
sudahi menguntit penyesalan
tutup kata di akhir tahun
marilah kita benahi warangka badik ini.

episode sepi I

31.12.2011

1.14.2012

Mengapa Kamu Memilih Menjadi Pelacur

Diposting oleh Unknown di 21.01 0 komentar
mengapa kamu memilih menjadi pelacur?
tanyaku pada seorang wanita
di ujung jalan memarkir tubuhnya yang hampir mirip telanjang
membasuh sisa mani diselangkangannya
terpaksa
jawabnya lirih menutup wajahnya
semua demi anak dan sisa kenangan pada mantan suaminya

keras hidup dia lalui sendiri
membungkam malu demi kelanjutan nafas anaknya
bukan salah siapa-siapa
semua bisa menyalahkan
tapi apakah mereka mengerti dan ingin berbagi bahagia


siapapun tak ingin terjebak
namun kadang situasi memaksa untuk melakukannya
kutanya lagi
apakah ini benar
jawabnya singkat dan wajahnya mengusirku
tidak dan tidak akan pernah benar

18.09.2011

1.10.2012

Hidup di Bawah Merah Putih

Diposting oleh Unknown di 05.31 0 komentar
Semoga kami tidak lahir dari kaki-kaki penguasa
Yang dibuat dari unsur tatanan yang baku akan penindasan
Menutup jeritan kami dengan halusinasi palsu akan kebenaran
Ketidakadilan menjadi jaminan atas keberlangsungan hidup
Cukup sudah derita yang semestinya tidak menjadi takdir kami.
Bagi penguasa negri ini
Jika rakyat terlantar dan kerontang meminta keadilan yang benar
Para ibu susah mengepul asap di dapur akibat bahan pokok melambung
Dan kami masih mendapati kaum buruh tak mendapatkan upah layak
Haruskah tirani kebangsawananmu kamu ambrukkan dengan darah perjuangan
Selama bendera revolusi belum menjadi putih
Masih ada kejantanan untuk menekukkan lututmu
Dan menjilat hasil lendir di kemaluanmu
Seperti itulah sebagaian rasa dari kami yang hidup dibawah merah putih
Garuda terbang meninggalkan kami
Tinggallah buih dihantam gelombang pertiwi

10.01.12

Budaya Bugis Makassar di tahun 1938

Diposting oleh Unknown di 00.05 0 komentar

Rolf de Mare
Rolf de Maré was born in Stockholm in 1888. In 1913 he made friends with post-impressionist painter Nils von Dardel who was not particularly well off, but imaginative and talented, while de Maré was enthusiastic and had money. Together they were a very fruitful duo and in 1920 they created Ballets Suédois at the Théâtre des Champs-Élysées in Paris. In the autumn of 1924 Giorgio de Chirico curated the scenography and costumes for Pirandello's La Giara. In 1933, Rolf de Maré founded Les Archives internationales de la Danse (AID) in Paris — the world's first museum and research institute for dance. The Archive became a famous centre for studies in dance and visitors came from all over the world to see exhibitions or to study in its vast library. The dance center also published its own magazine and books, arranged lecture demonstrations in the building which de Maré had constructed for his dance centre. After the World War the archives had grown too large for a private person to maintain, de Maré closed his business in Paris and donated parts of the collections — some 6,000 books, engravings and other items, all concerned mainly with Western dance — to the French government which placed them at the museum and library of the Paris Opera. However, the museum declined to accept two substantial elements of de Maré's collection: firstly, material from the Ballets Suédois, and secondly, the fruits of his expedition of exploration to Indonesia in 1936 — the first to have been undertaken with the purpose of documenting dance.
Therefore, the collection from the Swedish Ballet in Paris and the non-European collections were brought by de Maré to Stockholm to form the Dance Museum, which he opened in 1953 in the basement of the Royal Swedish Opera in Stockholm. On his death he made the Dance Museum the sole heir to his fortune, and this enabled the museum to make further acquisitions. After dissolving the Ballets Suedois in 1925, de Maré made no attempt to revive its works. The various, concrete collectibles de Maré amassed and that exist today as the bedrock of Stockholm's Dance Museum, illuminate our picture of him as archivist and art collector, all the while they question his role as a connoisseur of a theater based on the art of dancing. Throughout his life, Rolf de Maré was also a distinguished art collector. In the early 1960s, he made an important donation of modernist art to the Moderna Museet. Rolf de Maré died in Barcelona in 1964.
Rolf de Mare (1888 - 1964) was an art collector and leader Suédois Swedish Ballet in Paris 1920-1925. In 1933, Rolf de Mare was founded "Les Archives Internationales de la Danse" (AID) in Paris a world's first museum and research institute for dance. Archives became famous center for studies in dance and visitors come from all over the world to see the exhibition or to study in the extensive library. After the war, de Mare donated his collection of Swedish Ballet in Paris and the fruits of exploration expedition to Indonesia in 1938 - the first has been done with the purpose of documenting dance - to Stockholm to form the Museum of Dance, which he opened in 1953. During his visit to Indonesia Rolf de Mare, also took to the land of southern Sulawesi to mengdokumentasikan Bugis Makassar culture's land. Here is a set of photographs of works of Rolf de Mare who was in grimy from digitalgallery.nypl.org.

Berikut Karya Rolf de Mare tentang Budaya Bugis Makassar di Tahun 1938





1.09.2012

Waktu yang Akan Menarikmu Kembali

Diposting oleh Unknown di 23.33 0 komentar
aku berani mencintaimu lebih besar dari Tuhan
tapi aku tahu Tuhan akan marah
aku bisa mencintaimu lebih besar dari Orang Tuaku
tapi aku tahu Orang Tuaku akan kecewa
aku mampu mencintaimu lebih besar dari Saudaraku
tapi aku tahu Saudaraku akan menyesal
aku dapat mencintaimu lebih besar dari Sahabatku
tapi aku tahu Sahabatku akan terluka

saat aku menemukan Tuhan dalam dirimu
dan aku dapati kau mulai untuk mencariku
aku tersadar kemampuanku hanya sebatas mencintaimu lebih dari diriku sendiri
kubenamkan pada keyakinanku untuk menjadikan ini sebagai kisah
meski aku tahu keberadaanku hanya untuk ini saja
terlepas dari waktu yang akan menarikmu kembali
aku salamkan pada penghujung kelak yang akan menentukan.
[CR]



18.12.2011

1.08.2012

Adakah Dirimu Kini Sudah Yakin

Diposting oleh Unknown di 05.57 0 komentar
Baru saja kembali dari pelukan misteri
Sempat aku tujukan tanya pada hatimu
Namun kau sendiri belum cukup yakin
Aku dipersalahkan namun banyak yang membenarkan

Menunggu nampaknya akan mengajarimu kesabaran
Alasan utama yang membuatku memaksamu untuk merasakannya
Maaf jika jenuh
Bukankah akan lebih banyak badai yang akan menahan langkah
Rasa sayang itu kehendak hatiBukan harus dipaksakan dan terpaksa
Aku kembali bertanya adakah dirimu kini sudah yakin?
[CR]

27.11.2011

Sepuncak Rahasia

Diposting oleh Unknown di 05.19 0 komentar
Kisah ini adalah RAHASIA terbesar bagi seorang pemuda yang dalam catatan ini dirinya sengaja aku palsukan. Kisahnya yang sempat tercatat dalam buku harian ini penuh dengan alur yang mampu menggugah nalar dan nurani. Perjalanan hidupnya yang begitu kejam serta sikapnya yang pantang menyerah mampu menjadi kiblat bagi para remaja dalam menyikapi kehidupan ini. Buku catatan yang berhasil diselamatkan sebelum pemiliknya sempat membakar sajarah ini menyimpan berbagai macam rasa yang membuat kita tertarik untuk mengenal lebih dalam akan sosoknya. Naming butuh waktu dua bulan untuk meyakinkan pemiliknya agar mau memberikan buku itu kemudian setelah mendapat izin saya rangkum menjadi potongan yang sederhana namun penuh sesak dan emosi. Kehidupan memberinya penjelasan yang menjadikannya seperti ini. Kisahnya menjadi inspirasi bagi saya dan mungkin juga orang lain.
2006
Aku memperkenalkan diriku. Baso Andika. Keadaanlah yang menjadikan aku seperti ini. Belajar dari sekian masalah yang membuatku dewasa, dari sekian curiga yang menjadikan aku penuh tanya. Walau kehidupan tak selalu sama aku tetap berjalan hingga akhirnya tertarik kedalam gelombang MADESU. Sekian lama bermukim di sana namun tak ada orang lain yang berhasil menarikku keluar dari gelombang itu. Ditempat itu aku banyak memahami kehidupan. Melihat orang merekayasa dirinya sendiri. Memalsukan hatinya dan hidup dalam diri orang lain. Hati kecilku mengatakan itu salah namun akalku membenarkan sampai aku merasa inilah sebenarnya hidup. Terjebak dalam fikiran hampa dan tak mampu keluar. Aku sering berteriak memanggil nama agar ada orang tertarik untuk melihatku disini. Namun mereka lebih senang untuk menjilati mimpi-mimpinya. Aku bisa membaca tatapan matanya. penuh HINAAN. Aku merasa sepertinya arus yang aku jalani akan membuatku tertanam kaku. Maka aku memilih tetap berdiam diri untuk waktu yang tak kutentukan.
2007
Kurasa hidup semakin kejam saja. Tak ada pembenaran untuk orang sepertiku. Berulang kali dalam sujudku aku berdo’a agar ada yang bisa memahami jiwa ini meski kutahu hati ini telah luntur dari warna sucinya. Namun mereka hanya datang untuk memperkanalkan diri sendiri dan memberi pujian atas hidupnya. Setelah itu dia kembali pergi untuk menemui orang sepertiku lalu kembali menceritakan kepahlawanannya. PALSU. Aku terpaksa memberikan penilaian untuk orang seperti itu. MUNAFIK. Sementara itu waktu terus berjalan mengganti warnanya. Namun bagiku semua tetap sama. Tawa yang kubawa hanyalah bagian dari BAHAGIA yang semu. Keadaan jiwa semakin tertekan melihat semuanya harus berubah. Tapi kembali nurani berkata SISI YANG MANA HARUS KUUBAH. Aku terjebak dalam lintas waktu yang panjang dengan kondisiku seperti ini.
2008
PSIKOPAT. Orang mengatakan itu padaku. Aku sempat terpojok ketika tahu bahwa psikopat itu bererti ORANG GILA TANPA GANGGUAN MENTAL. Semenjak saat itu aku merasa semakin sendiri. Akhirnya dengan ditemani Ibu, kuputuskan untuk bertemu dengan PSIKOLOG. Aku bersyukur dia mau membantuku dan menjaga rahasia ini. Aku menjawab setiap pertanyaannya dan memberikan penilaian dengan apa yang dia perlihatkan kepadaku. Kemudian terakhir dia menjelaskan kepadaku apa sebenarnya Psikopat itu dan dari hasil konsultasi itu dia memberikan penilaian 53 % total kondisi jiwaku. Itu berarti sebagian besar tingkahku sudah terpengaruhi oleh VIRUS PSIKOPAT. Itu  bukan jawaban yang aku harapkan. Aku berusaha melihat diriku dari sisi masa lalu. Namun aku tidak menemukan apa yang aku cari. Dari setiap kejadian yang telah kulalui aku berusaha tetap menjalani hidupku dan kembali menemukan diriku yang sebenarnya. Hingga suatu hari nasib mempertemukanku dengan seorang wanita. Perkenalanku dengannya sedikit membawa perubahan. Meski ku akui godaan kadang masih lebih dahsyat ketimbang rayuan. Padanya aku masih merahasiakan semua ini. Aku berharap dia mampu menerimaku apa adanya. HARAPKU..

1.04.2012

Sajak Tipis

Diposting oleh Unknown di 00.20 0 komentar
tetap semangat mengikuti arah takdrimu
kemana dia merangkak disitu kamu perlihatkan debu itu
tenangkan saja bathinmu
harapan memang tidak selalu sama.

episode amatir I

03.01.2012

1.01.2012

sajak debu II

Diposting oleh Unknown di 03.22 0 komentar
aku tak menaruh tanda tanya
karena aku takut kau tak lagi membutuhkannya.
seperti tak butuhnya dirimu akan diriku.
itu keyakinan dan kau membenarkan.

31.12.2011

Sajak Debu I

Diposting oleh Unknown di 03.15 0 komentar
deras tipis mendera
dan kau masih memanggil lembayu kesunyian
sudahi menguntit penyesalan
tutup kata di akhir tahun
marilah kita benahi warangka badik ini.

episode sepi I

31.12.2011