on 12.29.2011
Di kota Makassar. Senja di Pantai Losari membuat pemandangan penuh warna. Nampak dari kejauhan kapal-kapal berlalu lalang mencari ikan dan ada juga yang difungsikan sebagai alat transportasi menuju pulau-pulau sekitar selat Makassar. Di sepanjang jalan yang dilalui terlihat muda-mudi menghabiskan waktunya menikmati sunset di tambah dengan gorengan dan sara’ba khas Kota Daeng. Tidak ketinggalan para pengamen menghibur dengan paduan gitar dan jimbe klasik.
Aku lelaki tak mungkin menerimamu bila
 Ternyata kau mendua membuatku terluka
Tinggalkan saja diriku yang tak mungkin menunggu
 Jangan pernah memilih aku bukan pilihan
Reff lagu dari Iwan Fals “aku bukan pilihan” yang meraka nyanyikan memaksa pengunjung untuk ikut menyanyi bersama.
Motor scooter warisan nenek Baso melaju dari batas kota menuju bangunan tua peninggalan Belanda, Benteng Fort Rotterdam. Acara reuni Sekolah Losari Art Gallery (LOGA) Makassar yang ditempatkan di benteng itu mengumpulkan ratusan orang termasuk Baso Andika dan Andi Tenri Olle Zainal insan yang saling mencintai namun kenyataan tak mampu menyatukan mereka berdua. Setelah tamat dari LOGA’ Makassar Baso memilih menjauh dari kehidupan Tenri.
Kamu fikir kamu ini siapa, berani pacaran dengan anak saya. Bentak Ibu Tenri siang itu.
Inilah puncak alasan mengapa Baso pergi selain dari sejuta alasan lain yang dia pendam.
Baso kecewa tapi dia berhasil memperlihatkan gaya to rungka na mangkasara’ jika sedang patah hati. Kisah tragis, ini persoalan siri’. gumam Baso waktu itu. Hari-hari berikutnya dia berusaha bangkit kembali dari keterpurukan. Awalnya berat namun sisanya terlihat sempurna dia jalani. Baso ingin memulai masa baru dalam hidupnya tanpa mendustai perasaanya bahwa sebenarnya dia juga masih menyimpan perasaan itu. Cinta.
Keadaan sudah berubah namun perasaan itu tetap sama. Masa-masa sulit itu kini sudah menjadi bagian kenangan. Setelah 5 tahun terpisah mereka mungkin akan dipertemukan kembali di tempat ini. Segalanya dapat terjadi. Di atas benteng batu itu Baso duduk sendiri memandang jauh ke pantai. Kembali teringat masa-masa saat mereka bersama dulu.
Tidak mudah untuk melupakan kenangan ini seperti mudahnya aku meninggalkanmu waktu itu.
Mungkin kehadiranmu akan mengusir prahara ini tapi bisa juga membuat kebencianku kembali.  
Tiba-tiba Bara datang.
Apa kabar saudara? Lama tak bertemu, tanyanya membuka pembicaraan. Alhamdulillah aku baik-baik saja, jawab Baso dengan nada kering.
Bagai mana kisahmu dengan Tenri?, Tanya Bara langsung menghentak perasaan Baso. Semua menjadi biasa saja. Aku sekarang mencoba memaafkan takdirku sendiri dan mencoba memulai kembali kisahku.  Jawab Baso mencoba tegar. Dia ada di acara ini tapi kenapa kamu tidak menemuinya? Bara memberi tahu tentang kedatangan Tenri di acara ini. Maksud kamu Tenri?. Cukup dengan anggukan kepala Baso langsung melompat dan menuju ke taman.
Lama Baso mencari dalam seluk beluk benteng tapi ia belum menemukan sosok Tenri, sebelum Ulfa datang memberi tahu keberadaan Tenri. Baso, Tenri tadi mencarimu. Tapi aku bilang kamu tidak jadi datang karena sibuk mengurusi pementasanmu yang akan berangkat ke Palopo. Ulfa menjelaskan kepada Baso. Tapi sekarang, Tenri di mana? Tanpa basa-basi Baso langsung bertanya. Sepertinya dia di taman depan. Jawab Ulfa.
Baso segera meninggalkan Ulfa dan menuju ke taman depan, keramaian Nampak jelas. Mata Baso terus melototi setiap wanita yang duduk sendirian namun Baso belum juga menemukan sosok yang ia cari hingga adzan berkumandang, Baso pun berangkat ke Mesjid.
Setelah shalat acara pembukaan baru akan mulai Nampak para anggota panitia sibuk mempersiapkan segala sesuatunya diruangan tempat acara di mulai. Baso sebagai ketua panitia mengkoordinir teman-teman yang lain untuk mempersiapkan gedung acara.
Jam di tangan telah menunjuk pukul 18:45 acara hampir dimulai segala sesuatunya telah siap. 10 menit kemudian gedung telah penuhi hiruk-pikuk manusia. Acara pembukaanpun dimulai, laporan ketua panitia oleh Baso Andhika, selama membacakan laporan dia terus gelisah seakan mencari sesuatu. Mata itu tiba-tiba berhenti mencari ketika pandangan terarah pada sosok gadis yang selama ini ia cari-cari, Tenri. Tak terasa acara pembukaan telah selesai di tutup dengan pembacaan do’a. Tiba-tiba ada kejadian tak terduga. Tenri naik ke mimbar lalu berbicara.
Tolong jangan ada yang meninggalkan ruangan ini. Aku ingin kalian semua jadi saksi malam ini.untuk semua kesetiaan yang aku punya. Tiba-tiba semua orang diam dan kembali ketempatnya. Tenri melanjutkan kata-katanya.
Aku ingin mengungkapkan perasaan ini. Perasaan yang telah lama kubiarkan terpendam sendiri. Aku sadar ini kesalahan takdir yang dengan sendirinya menjadikan kisah kami seperti ini. Tragis. Aku tahu kamu pasti kecewa dan terluka. Tapi apakah aku salah, itu bukan inginku. Isakan tangis mulai terdengar mengiringi keluarnya kata-kata itu. Baso, masih adakah kesempatan kedua untukku?. Semua orang tersentak kaget dan tak percaya. Tatapan mata tertuju pada sosok lelaki kurus duduk di bangku deretan ke tujuh. Heran. Siapa yang tak mengenal Pak Zain di kota ini. Konglomerat papan atas. Sedangkan Baso, ayahnya hanyalah nelayan di pinggir kota ini.
Dengan langkah yang masih tak percaya dengan apa yang baru dia dengar Baso melangkah ke samping Tenri. Dengan sigap dia meraih microphone. Untuk apa yang barusan anda dengar itu hanyalah masa lalu kami. Tidak penting untuk menjadi bahan pikiran anda. Dan untuk pertanyaan tadi, semua orang menatap antusias. Penasaran. Apakah jawaban yang akan keluar dari mulut Baso. Lelaki bodoh mana yang berani menyianyiakan cinta Tenri, cerdas, kaya, baik dan shalehah. Maaf, untuk saat ini biarkan saja aku seperti ini. Bukan berarti aku menolak tapi biarlah aku sendiri dulu. Terima kasih. Tenri, jika engkau meminta penjelasan tentang perasaanku, hingga kini aku masih mencintaimu. Sambil berlari ke taman depan, Tenri menyeka air mata. Kisah ini meraka biarkan mengalir dan berharap suatu saat nanti tali nasib akan mempertemukan mereka kembali.


  BERSAMBUNG --> II
on 12.28.2011
Yang aku tumpahkan di akhir adalah tangis tak bertangkai
Menukik segala sukma yang terpendam
Lara dan asa telah ku persembahkan kepada nirwana yang meminta tumbal
Dari senyuman kekasih yang terpenggal
Air mata telah aku bekukan dalam cangkir purnama
Semoga mampu menjadi jawaban dari pertanyaanmu

Makassar, 14 Juli 2010
on 12.23.2011

Bayangmu yang menyapaku sepi malam ini
Datang membawa sajak rindu yang pernah kutulis dalam salinan keterpaksaan
Senyummu menggetarkan sukmaku yang saat bersamaan telah koyak oleh api cemburu
Cemburu yang entah berantah kutujakan pada siapa maknanya
Aku yang masih bersembunyi dari cahaya rembulan ke tujuh hari ini
Menutup jendela dan berbaring rapuh di atas kemungkinan
Namun bayangmu yang menyapaku
Berhasil menghidupkan segenap naluri yang tersisa
Itupun hanya sebatas senyum pahit yang orang enggan melihatnya
Aku tahu aku rindu
Namun luka dari rasa bersalah ini tak mau mampus di terjangan waktu
Merajalela dalam ingatan dan membuatku terpuruk kaku sendiri
Menikmati sepi dengan tarian kunang-kunang yang lebih nikmat
Ketimbang harus menikmati seribu tubuh wanita dalam semalam
Hanya Tuhan yang membuatku kuat menarik nafas kehidupan
Aku bertahan dengan pahatan penyesalan
Kubiarkan bayanganku menjelajah menikmati kuatnya kenangan
Mencuri setiap cahaya rembulan dan menyimpannya untukku
Hingga aku kuat menyapa pemilik cahaya itu
Meskipun tertatih lemah terbungkus asa
Namun aku yakin dia mampu memberikan rahasianya padaku
Aku tak butuh pelangi dengan warnanya yang sering menipuku
Aku tak butuh bintang dengan cahayanya yang sering membodohiku
Aku tak butuh gerhana dengan fenomenanya yang sering menakutiku
Untuk menyatakan maaf kepadamu aku hanya butuh senyuman terakhir yang bisa kuberi
Kepada rembulan
Menjelmalah kau menjadi setiap keinginanku
Simpanlah simponi dari rahasia ini dalam bayanganmu
Kelak ceritakan pada alam raya tentang luka yang kubawa dari penyesalanku bertahun-tahun
Jadilah kau penulis biografi kisah ini
Kisah ini tak pernah usai
Meski nanar dan darah telah menghiasi jejakku
Mataku telah sayu menatap nestapa
Fikiranku dipenuhi penyesalan
Luka di tubuh tak lagi terasa
Sebab kutahu derita yang pernah kutitip padanya tak seberat ini
Malam ini
Aku masih tak beranjak meski kakiku telah mampu ku gerakkan
Lidahku keluh bisu dipertengahan cerita
Aku menunggumu dalam kesunyian meski kutahu kau tak akan datang
Membawa senyum ikhlasmu dan menyeretku keluar dari tempat ini
Tahukah kau saat ini aku membisikkan namamu
Dalam sunyi yang tak kau duga
Penyesalan abadi ini
Menerobos khayalanku dan membuatnya buram berantakan
Diamku cukup keras mengusirnya
Namun rasa bersalah itu masih tetap ada bersemayam
Sampai kapan
Aku tak tahu
Kepada Rembulan
Sampaikan gelisahku ini
Bacakan sajak yang aku pernah tuliskan untuknya
Bisikkan keberadaanku di dalam hatinya
Lalu pergilah kembali menyinari bumi
Jika dia mencintaiku dia pasti akan datang
Rasa bersalah ini
Mengikuti teriakan sunyiku
Mengapa kau tak meninggalkanku di saat aku terpuruk
Sementara kau tahu saat itu aku telah membuat mawar menjadi dua
Mengapa kau tak membenciku di saat aku koyak
Sementara kau tahu saat itu aku telah menitip luka padamu
Sajak ini akan menyampaikan maafku
Akan kukabarkan melalui seribu bait puisi yang kutulis di daun lontar
Meski kutahu umurku tak panjang lagi denganmu
Meski kutahu suatu saat engkau akan pergi
Biarkanlah aku belajar untuk membuatmu bahagia
Di sisa waktu yang masih bisa kukuasai
Inilah kekasihmu..
Maafkan dia yang pernah melukaimu
Mungkin kepergiannya membuat segalanya kembali menjadi indah

30.01.2011
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya.
Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan [1].
Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.
Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan [2].
Psikopat memiliki 20 ciri-ciri umum. Namun ciri-ciri ini diharapkan tidak membuat orang-orang mudah mengecap seseorang psikopat karena diagnosis gejala ini membutuhkan pelatihan ketat dan hak menggunakan pedoman penilaian formal, lagipula dibutuhkan wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan lainnya. Mengecap seseorang dengan psikopat dengan sembarangan beresiko buruk, dan setidaknya membuat nama seseorang itu menjadi jelek.
 Lima tahap mendiagnosis psikopat
  1. Mencocokan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu.
  2. Memeriksa kesehatan otak dan tubuh lewat pemindaian menggunakan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian [3] [4].
  3. Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial.
  4. Memperhatikan gejala kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan.
  5. Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.
Gejala-gejala psikopat
  1. Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
  2. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
  3. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
  4. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
  5. Sikap antisosial di usia dewasa.
  6. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
  7. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
  8. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
  9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
  10. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
  11. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
Marilah kekasihku
Kita menutup diri dari terangnya mentari yang sering menyalahkan kita
Kita buat seribu tengkonan di taman belakang rumah kita
Agar kelak kita bisa memilih kemana kita akan menyepi

Marilah kekasihku
Kita belajar merenungi hasil kerja dalam setahun ini
Kita kumpulkan keringat hasil kerja kita dalam tabungan masa depan
Agar kelak kita bisa memberikan jaminan pada hidup kita

Marilah kekasihku
Kita memberi warna pada pelangi malam dalam harmoni kisah kita
Kita jadikan dia misteri bagi sebagian orang
Agar kelak kita akan dikenang

Marilah kekasihku
Kita kembali menghiasi jejak ini
Kita jadikan taman seribu bunga tanpa layu dengan warnanya yang eksotis
Agar kenangan kita semakin indah dinikmati

15.12.2010
Saat itu hari sudah gelap sementara hujan semakin deras saat Baso terpaksa berhenti disebuah rumah bekas kebakaran sekitar dua kilometer dari kostnya. Baso lupa membawa mantel sementara cuaca sangat tidak bersahabat. Setiap pulang kampus Baso sering memperhatikan rumah itu. Dari luar rumah ini tampak mewah meskipun warna catnya tak kentara lagi, gumam Baso. Saat kebakaran rumah itu sebenarnya tidak mengalami kerusakan yang terlalu parah, sisi samping rumah itu masih bisa di kategorikan utuh tapi entah mengapa pemiliknya enggan merenovasi ulang dan membiarkannya tak terurus. Akhirnya Baso memilih memarkir scooter bututnya di sisi kanan rumah itu kemudian masuk untuk berteduh sambil menghangatkan badannya.
Rasa penasaran serta naluri kelelakiannya memaksa dia untuk terus masuk kedalam rumah itu. Kosong tak terjamah sama sekali. Tak ada sisa-sisa kehidupan. Hanya ada satu pintu yang masih utuh namun tertutup rapat. Pasti kamar ini punya kenangan tersendiri bagi pemiliknya, imbuh Baso sambil memaksa membuka pintu kamar itu. Berhasil. Tampaknya kamar cowok, gumam Baso. Dinding kiri kamar itu dihiasi catatan-catatan yang tak kentara lagi. Baso tak mengerti maksudnya. Salah satu catatan yang masih dapat terbaca meski samar-samar. Selama ini aku berusaha untuk setia, jangan paksa aku untuk mencoba tidak setia. sepertinya aku pernah mendengar kata-kata ini. imbuh Baso. Banyak barang-barang yang berserakan di lantai kamar itu namun Baso lebih tertarik untuk mengambil buku ungu yang telah kusam. Baso membukanya. Sakti Gunawan nama pemilik buku itu. Halaman depan tertempel foto seorang wanita namanya Nilam Puspita. Nama yang entah berapa kali dituliskan dalam buku itu, Baso akhirnya memasukkan buku itu kedalam ranselnya.
Sementara diluar hujan menipis hanya suara kendaraan dan gerimis. Baso melangkah keluar meninggalkan rumah itu. Dia menyalakan scooternya dan bergegas kembali menuju ke kostnya. Diatas scooternya Baso terus terbayang dengan wajah wanita di buku kusam itu. Siapa sebenarnya dia. Kenapa pemiliknya membiarkan buku itu tergeletak begitu saja. Belasan pertanyaan muncul dibenaknya. Setelah sampai dikostnya dia memasak air panas dan menyeduh kopi kesukaannya. Belum sempat dia mengganti pakaian handphonenya berbunyi. Sebuah pesan singkat dari Tenri. Besok pagi kita kerumah Amran acara syukuran wisudanya. Setelah itu dia menuju kasurnya dan membalas pesan singkat Tenri. Baso kemudian teringat dengan buku ungu di ranselnya. Dia membuka dan menatap dalam foto itu. Manis untuk ukuran wanita Indonesia, hidungnya menjulang tinggi, senyumannya penuh karekter. Tatapan matanya manja dan menyimpan misteri. siapakah sebenarnya wanita ini. tanya Baso pada dirinya sendiri. Setelah cukup puas menatap foto itu dia kemudian membaca lembaran pertama.
09 Januari 2003
Nilam, mengenalmu sudah cukup membuatku bahagia. Kau selalu mampu menjadi pelipur laraku. Seandainya aku berani mengungkapkan rasa yang telah lama terpendam ini mungkin ceritanya akan berbeda. Seharusnya memang kamu tahu tentang perasaan ini. Itu jika selama ini kau mau mengerti tentang perasaanku. Tapi aku ragu dengan tingkahmu selamu ini. Seakan kau memberi sebuah harapan tapi selalu juga mengacuhkanku.
 Apakah surat yang aku selipkan di bukumu saat menjelang ujian itu tidak cukup jelas. Seandainya kamu tahu siapa yang telah membuat puisi di mading sekolah yang sempat menjadi bahan perbincangan di kelas. Itu aku Nilam. Tapi biarlah seperti ini. Aku cukup bahagia.
17 Januari 2003
Cemburu. Apa itu tadi sengaja kau lakukan untuk membuatku cemburu. Kamu tahu Wandi itu sahabatku. Tapi mengapa dia sengaja kau paksa menemanimu ke kantin. Sungguh itu membuatku terluka.


25 Januari 2003
Aku sadar diriku memang tidak pantas untuk menjadi kekasihmu. Diriku tak ada apa-apanya di bandingkan dengan cowok yang kau ajak ke pesta ulang tahun Nisa kemarin malam. Tapi siapapun dirinya itu bukan masalah karena aku mencintai ikhlasmu bukan karena aku harus menyayangimu.
Cukup seru juga kisah mereka berdua, imbuh Baso setelah membaca beberapa penggalan isi buku tersebut. Saking seriusnya Baso lupa makan malam akhirnya dia bangkit untuk memasak mie rebus.
* * *
Karena kelelahan akhirnya Baso terlambat bangun pagi itu. Sementara dia punya rencana ke acara syukuran Amran bersama Tenri. Saat terbangun dia langsung melihat jam weker di atas meja kecilnya. Jam sudah menunjukkan Pukul 8:28 sementara dia janji bertemu di rumah tenri jam 9 pagi ini. Dengan sedikit kecewa Baso menuju ke kamar mandi. Berjalan sempoyongan sambil membawa alat mandi dan handuk birunya. Sampai didepan kamar mandi umum dia langsung lemas melihat antrian yang cukup mampu membuatnya terlambat untuk menjemput Tenri. Tidak ada pilihan lain Baso berbalik arah dan langsung pakaian kemudian menuju ke masjid untuk cuci muka dan sikat gigi ditambah sedikit memberi ornament wajib di rambutnya. Selesai.
Baso kemudian berangkat ke rumah Tenri untuk menjemputnya. Saat dalam perjalanan Baso kaget karena ada seorang wanita yang tiba-tiba menyebrang jalan. Baso merem mendadak scooternya kemudian berniat memarahi wanita tersebut namun dia sendiri heran. sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tapi di mana. Gumam Baso. Karena sedang terburu-buru dia akhirnya lupa. Setelah sampai di rumah tenri dia masih terbayang wajah wanita itu.

è  Bersambung
mari kawan kita jalan di pematang ini
panggil raga yang sepi diantara tangisan malam
sampai hilang rasa menemui kedamaiaan dan terlelap diantara pelukan kebenaran
tak usah kau meminta imbalan dari perjuangan karena Tuhan telah memberimu nafas dari kasturi syurga
mampu menjinakkan nafsumu untuk membunuh harapan

mari kawan kita membuka jalan baru dari poros melingkar ini
tak usah ukir jejekmu disana
karena alam hanya memberi kita satu kali kesempatan
buanglah sisa dari ketangguhan akal untuk diam
karena saat ini kita harus terus meneriakkan keadilan
kepada siapa yang memerlukan dan harus memerlukan
ajari dia cara untuk meniup lilin dari setiap kado yang dia terima
seperti ketika kita diajarkan untuk meniup lilin harapan itu.


Makassar 21 Nov 2011

12.29.2011

Antara Asmara dan Amarah I

Diposting oleh Unknown di 07.01 0 komentar
Di kota Makassar. Senja di Pantai Losari membuat pemandangan penuh warna. Nampak dari kejauhan kapal-kapal berlalu lalang mencari ikan dan ada juga yang difungsikan sebagai alat transportasi menuju pulau-pulau sekitar selat Makassar. Di sepanjang jalan yang dilalui terlihat muda-mudi menghabiskan waktunya menikmati sunset di tambah dengan gorengan dan sara’ba khas Kota Daeng. Tidak ketinggalan para pengamen menghibur dengan paduan gitar dan jimbe klasik.
Aku lelaki tak mungkin menerimamu bila
 Ternyata kau mendua membuatku terluka
Tinggalkan saja diriku yang tak mungkin menunggu
 Jangan pernah memilih aku bukan pilihan
Reff lagu dari Iwan Fals “aku bukan pilihan” yang meraka nyanyikan memaksa pengunjung untuk ikut menyanyi bersama.
Motor scooter warisan nenek Baso melaju dari batas kota menuju bangunan tua peninggalan Belanda, Benteng Fort Rotterdam. Acara reuni Sekolah Losari Art Gallery (LOGA) Makassar yang ditempatkan di benteng itu mengumpulkan ratusan orang termasuk Baso Andika dan Andi Tenri Olle Zainal insan yang saling mencintai namun kenyataan tak mampu menyatukan mereka berdua. Setelah tamat dari LOGA’ Makassar Baso memilih menjauh dari kehidupan Tenri.
Kamu fikir kamu ini siapa, berani pacaran dengan anak saya. Bentak Ibu Tenri siang itu.
Inilah puncak alasan mengapa Baso pergi selain dari sejuta alasan lain yang dia pendam.
Baso kecewa tapi dia berhasil memperlihatkan gaya to rungka na mangkasara’ jika sedang patah hati. Kisah tragis, ini persoalan siri’. gumam Baso waktu itu. Hari-hari berikutnya dia berusaha bangkit kembali dari keterpurukan. Awalnya berat namun sisanya terlihat sempurna dia jalani. Baso ingin memulai masa baru dalam hidupnya tanpa mendustai perasaanya bahwa sebenarnya dia juga masih menyimpan perasaan itu. Cinta.
Keadaan sudah berubah namun perasaan itu tetap sama. Masa-masa sulit itu kini sudah menjadi bagian kenangan. Setelah 5 tahun terpisah mereka mungkin akan dipertemukan kembali di tempat ini. Segalanya dapat terjadi. Di atas benteng batu itu Baso duduk sendiri memandang jauh ke pantai. Kembali teringat masa-masa saat mereka bersama dulu.
Tidak mudah untuk melupakan kenangan ini seperti mudahnya aku meninggalkanmu waktu itu.
Mungkin kehadiranmu akan mengusir prahara ini tapi bisa juga membuat kebencianku kembali.  
Tiba-tiba Bara datang.
Apa kabar saudara? Lama tak bertemu, tanyanya membuka pembicaraan. Alhamdulillah aku baik-baik saja, jawab Baso dengan nada kering.
Bagai mana kisahmu dengan Tenri?, Tanya Bara langsung menghentak perasaan Baso. Semua menjadi biasa saja. Aku sekarang mencoba memaafkan takdirku sendiri dan mencoba memulai kembali kisahku.  Jawab Baso mencoba tegar. Dia ada di acara ini tapi kenapa kamu tidak menemuinya? Bara memberi tahu tentang kedatangan Tenri di acara ini. Maksud kamu Tenri?. Cukup dengan anggukan kepala Baso langsung melompat dan menuju ke taman.
Lama Baso mencari dalam seluk beluk benteng tapi ia belum menemukan sosok Tenri, sebelum Ulfa datang memberi tahu keberadaan Tenri. Baso, Tenri tadi mencarimu. Tapi aku bilang kamu tidak jadi datang karena sibuk mengurusi pementasanmu yang akan berangkat ke Palopo. Ulfa menjelaskan kepada Baso. Tapi sekarang, Tenri di mana? Tanpa basa-basi Baso langsung bertanya. Sepertinya dia di taman depan. Jawab Ulfa.
Baso segera meninggalkan Ulfa dan menuju ke taman depan, keramaian Nampak jelas. Mata Baso terus melototi setiap wanita yang duduk sendirian namun Baso belum juga menemukan sosok yang ia cari hingga adzan berkumandang, Baso pun berangkat ke Mesjid.
Setelah shalat acara pembukaan baru akan mulai Nampak para anggota panitia sibuk mempersiapkan segala sesuatunya diruangan tempat acara di mulai. Baso sebagai ketua panitia mengkoordinir teman-teman yang lain untuk mempersiapkan gedung acara.
Jam di tangan telah menunjuk pukul 18:45 acara hampir dimulai segala sesuatunya telah siap. 10 menit kemudian gedung telah penuhi hiruk-pikuk manusia. Acara pembukaanpun dimulai, laporan ketua panitia oleh Baso Andhika, selama membacakan laporan dia terus gelisah seakan mencari sesuatu. Mata itu tiba-tiba berhenti mencari ketika pandangan terarah pada sosok gadis yang selama ini ia cari-cari, Tenri. Tak terasa acara pembukaan telah selesai di tutup dengan pembacaan do’a. Tiba-tiba ada kejadian tak terduga. Tenri naik ke mimbar lalu berbicara.
Tolong jangan ada yang meninggalkan ruangan ini. Aku ingin kalian semua jadi saksi malam ini.untuk semua kesetiaan yang aku punya. Tiba-tiba semua orang diam dan kembali ketempatnya. Tenri melanjutkan kata-katanya.
Aku ingin mengungkapkan perasaan ini. Perasaan yang telah lama kubiarkan terpendam sendiri. Aku sadar ini kesalahan takdir yang dengan sendirinya menjadikan kisah kami seperti ini. Tragis. Aku tahu kamu pasti kecewa dan terluka. Tapi apakah aku salah, itu bukan inginku. Isakan tangis mulai terdengar mengiringi keluarnya kata-kata itu. Baso, masih adakah kesempatan kedua untukku?. Semua orang tersentak kaget dan tak percaya. Tatapan mata tertuju pada sosok lelaki kurus duduk di bangku deretan ke tujuh. Heran. Siapa yang tak mengenal Pak Zain di kota ini. Konglomerat papan atas. Sedangkan Baso, ayahnya hanyalah nelayan di pinggir kota ini.
Dengan langkah yang masih tak percaya dengan apa yang baru dia dengar Baso melangkah ke samping Tenri. Dengan sigap dia meraih microphone. Untuk apa yang barusan anda dengar itu hanyalah masa lalu kami. Tidak penting untuk menjadi bahan pikiran anda. Dan untuk pertanyaan tadi, semua orang menatap antusias. Penasaran. Apakah jawaban yang akan keluar dari mulut Baso. Lelaki bodoh mana yang berani menyianyiakan cinta Tenri, cerdas, kaya, baik dan shalehah. Maaf, untuk saat ini biarkan saja aku seperti ini. Bukan berarti aku menolak tapi biarlah aku sendiri dulu. Terima kasih. Tenri, jika engkau meminta penjelasan tentang perasaanku, hingga kini aku masih mencintaimu. Sambil berlari ke taman depan, Tenri menyeka air mata. Kisah ini meraka biarkan mengalir dan berharap suatu saat nanti tali nasib akan mempertemukan mereka kembali.


  BERSAMBUNG --> II

12.28.2011

Riwayat Air Mata

Diposting oleh Unknown di 07.54 1 komentar
Yang aku tumpahkan di akhir adalah tangis tak bertangkai
Menukik segala sukma yang terpendam
Lara dan asa telah ku persembahkan kepada nirwana yang meminta tumbal
Dari senyuman kekasih yang terpenggal
Air mata telah aku bekukan dalam cangkir purnama
Semoga mampu menjadi jawaban dari pertanyaanmu

Makassar, 14 Juli 2010

12.23.2011

Balada Cinta

Diposting oleh Unknown di 21.56 2 komentar

Bayangmu yang menyapaku sepi malam ini
Datang membawa sajak rindu yang pernah kutulis dalam salinan keterpaksaan
Senyummu menggetarkan sukmaku yang saat bersamaan telah koyak oleh api cemburu
Cemburu yang entah berantah kutujakan pada siapa maknanya
Aku yang masih bersembunyi dari cahaya rembulan ke tujuh hari ini
Menutup jendela dan berbaring rapuh di atas kemungkinan
Namun bayangmu yang menyapaku
Berhasil menghidupkan segenap naluri yang tersisa
Itupun hanya sebatas senyum pahit yang orang enggan melihatnya
Aku tahu aku rindu
Namun luka dari rasa bersalah ini tak mau mampus di terjangan waktu
Merajalela dalam ingatan dan membuatku terpuruk kaku sendiri
Menikmati sepi dengan tarian kunang-kunang yang lebih nikmat
Ketimbang harus menikmati seribu tubuh wanita dalam semalam
Hanya Tuhan yang membuatku kuat menarik nafas kehidupan
Aku bertahan dengan pahatan penyesalan
Kubiarkan bayanganku menjelajah menikmati kuatnya kenangan
Mencuri setiap cahaya rembulan dan menyimpannya untukku
Hingga aku kuat menyapa pemilik cahaya itu
Meskipun tertatih lemah terbungkus asa
Namun aku yakin dia mampu memberikan rahasianya padaku
Aku tak butuh pelangi dengan warnanya yang sering menipuku
Aku tak butuh bintang dengan cahayanya yang sering membodohiku
Aku tak butuh gerhana dengan fenomenanya yang sering menakutiku
Untuk menyatakan maaf kepadamu aku hanya butuh senyuman terakhir yang bisa kuberi
Kepada rembulan
Menjelmalah kau menjadi setiap keinginanku
Simpanlah simponi dari rahasia ini dalam bayanganmu
Kelak ceritakan pada alam raya tentang luka yang kubawa dari penyesalanku bertahun-tahun
Jadilah kau penulis biografi kisah ini
Kisah ini tak pernah usai
Meski nanar dan darah telah menghiasi jejakku
Mataku telah sayu menatap nestapa
Fikiranku dipenuhi penyesalan
Luka di tubuh tak lagi terasa
Sebab kutahu derita yang pernah kutitip padanya tak seberat ini
Malam ini
Aku masih tak beranjak meski kakiku telah mampu ku gerakkan
Lidahku keluh bisu dipertengahan cerita
Aku menunggumu dalam kesunyian meski kutahu kau tak akan datang
Membawa senyum ikhlasmu dan menyeretku keluar dari tempat ini
Tahukah kau saat ini aku membisikkan namamu
Dalam sunyi yang tak kau duga
Penyesalan abadi ini
Menerobos khayalanku dan membuatnya buram berantakan
Diamku cukup keras mengusirnya
Namun rasa bersalah itu masih tetap ada bersemayam
Sampai kapan
Aku tak tahu
Kepada Rembulan
Sampaikan gelisahku ini
Bacakan sajak yang aku pernah tuliskan untuknya
Bisikkan keberadaanku di dalam hatinya
Lalu pergilah kembali menyinari bumi
Jika dia mencintaiku dia pasti akan datang
Rasa bersalah ini
Mengikuti teriakan sunyiku
Mengapa kau tak meninggalkanku di saat aku terpuruk
Sementara kau tahu saat itu aku telah membuat mawar menjadi dua
Mengapa kau tak membenciku di saat aku koyak
Sementara kau tahu saat itu aku telah menitip luka padamu
Sajak ini akan menyampaikan maafku
Akan kukabarkan melalui seribu bait puisi yang kutulis di daun lontar
Meski kutahu umurku tak panjang lagi denganmu
Meski kutahu suatu saat engkau akan pergi
Biarkanlah aku belajar untuk membuatmu bahagia
Di sisa waktu yang masih bisa kukuasai
Inilah kekasihmu..
Maafkan dia yang pernah melukaimu
Mungkin kepergiannya membuat segalanya kembali menjadi indah

30.01.2011

PSIKOPAT

Diposting oleh Unknown di 20.54 0 komentar
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya.
Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan [1].
Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.
Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan [2].
Psikopat memiliki 20 ciri-ciri umum. Namun ciri-ciri ini diharapkan tidak membuat orang-orang mudah mengecap seseorang psikopat karena diagnosis gejala ini membutuhkan pelatihan ketat dan hak menggunakan pedoman penilaian formal, lagipula dibutuhkan wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan lainnya. Mengecap seseorang dengan psikopat dengan sembarangan beresiko buruk, dan setidaknya membuat nama seseorang itu menjadi jelek.
 Lima tahap mendiagnosis psikopat
  1. Mencocokan kepribadian pasien dengan 20 kriteria yang ditetapkan Prof. Hare. Pencocokkan ini dilakukan dengan cara mewawancara keluarga dan orang-orang terdekat pasien, pengaduan korban, atau pengamatan prilaku pasien dari waktu ke waktu.
  2. Memeriksa kesehatan otak dan tubuh lewat pemindaian menggunakan elektroensefalogram, MRI, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap. Hal ini dilakukan karena menurut penelitian gambar hasil PET (positron emission tomography) perbandingan orang normal, pembunuh spontan, dan pembunuh terencana berdarah dingin menunjukkan perbedaan aktivitas otak di bagian prefrontal cortex yang rendah. Bagian otak lobus frontal dipercaya sebagai bagian yang membentuk kepribadian [3] [4].
  3. Wawancara menggunakan metode DSM IV (The American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder versi IV) yang dianggap berhasil untuk menentukan kepribadian antisosial.
  4. Memperhatikan gejala kepribadian pasien. Biasanya sejak usia pasien 15 tahun mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan kejiwaan.
  5. Melakukan psikotes. Psikopat biasanya memiliki IQ yang tinggi.
Gejala-gejala psikopat
  1. Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
  2. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
  3. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
  4. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
  5. Sikap antisosial di usia dewasa.
  6. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
  7. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
  8. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
  9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
  10. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
  11. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.

Marilah Kekasihku

Diposting oleh Unknown di 20.51 0 komentar
Marilah kekasihku
Kita menutup diri dari terangnya mentari yang sering menyalahkan kita
Kita buat seribu tengkonan di taman belakang rumah kita
Agar kelak kita bisa memilih kemana kita akan menyepi

Marilah kekasihku
Kita belajar merenungi hasil kerja dalam setahun ini
Kita kumpulkan keringat hasil kerja kita dalam tabungan masa depan
Agar kelak kita bisa memberikan jaminan pada hidup kita

Marilah kekasihku
Kita memberi warna pada pelangi malam dalam harmoni kisah kita
Kita jadikan dia misteri bagi sebagian orang
Agar kelak kita akan dikenang

Marilah kekasihku
Kita kembali menghiasi jejak ini
Kita jadikan taman seribu bunga tanpa layu dengan warnanya yang eksotis
Agar kenangan kita semakin indah dinikmati

15.12.2010

Rahasia Buku Catatan Ungu

Diposting oleh Unknown di 19.55 0 komentar
Saat itu hari sudah gelap sementara hujan semakin deras saat Baso terpaksa berhenti disebuah rumah bekas kebakaran sekitar dua kilometer dari kostnya. Baso lupa membawa mantel sementara cuaca sangat tidak bersahabat. Setiap pulang kampus Baso sering memperhatikan rumah itu. Dari luar rumah ini tampak mewah meskipun warna catnya tak kentara lagi, gumam Baso. Saat kebakaran rumah itu sebenarnya tidak mengalami kerusakan yang terlalu parah, sisi samping rumah itu masih bisa di kategorikan utuh tapi entah mengapa pemiliknya enggan merenovasi ulang dan membiarkannya tak terurus. Akhirnya Baso memilih memarkir scooter bututnya di sisi kanan rumah itu kemudian masuk untuk berteduh sambil menghangatkan badannya.
Rasa penasaran serta naluri kelelakiannya memaksa dia untuk terus masuk kedalam rumah itu. Kosong tak terjamah sama sekali. Tak ada sisa-sisa kehidupan. Hanya ada satu pintu yang masih utuh namun tertutup rapat. Pasti kamar ini punya kenangan tersendiri bagi pemiliknya, imbuh Baso sambil memaksa membuka pintu kamar itu. Berhasil. Tampaknya kamar cowok, gumam Baso. Dinding kiri kamar itu dihiasi catatan-catatan yang tak kentara lagi. Baso tak mengerti maksudnya. Salah satu catatan yang masih dapat terbaca meski samar-samar. Selama ini aku berusaha untuk setia, jangan paksa aku untuk mencoba tidak setia. sepertinya aku pernah mendengar kata-kata ini. imbuh Baso. Banyak barang-barang yang berserakan di lantai kamar itu namun Baso lebih tertarik untuk mengambil buku ungu yang telah kusam. Baso membukanya. Sakti Gunawan nama pemilik buku itu. Halaman depan tertempel foto seorang wanita namanya Nilam Puspita. Nama yang entah berapa kali dituliskan dalam buku itu, Baso akhirnya memasukkan buku itu kedalam ranselnya.
Sementara diluar hujan menipis hanya suara kendaraan dan gerimis. Baso melangkah keluar meninggalkan rumah itu. Dia menyalakan scooternya dan bergegas kembali menuju ke kostnya. Diatas scooternya Baso terus terbayang dengan wajah wanita di buku kusam itu. Siapa sebenarnya dia. Kenapa pemiliknya membiarkan buku itu tergeletak begitu saja. Belasan pertanyaan muncul dibenaknya. Setelah sampai dikostnya dia memasak air panas dan menyeduh kopi kesukaannya. Belum sempat dia mengganti pakaian handphonenya berbunyi. Sebuah pesan singkat dari Tenri. Besok pagi kita kerumah Amran acara syukuran wisudanya. Setelah itu dia menuju kasurnya dan membalas pesan singkat Tenri. Baso kemudian teringat dengan buku ungu di ranselnya. Dia membuka dan menatap dalam foto itu. Manis untuk ukuran wanita Indonesia, hidungnya menjulang tinggi, senyumannya penuh karekter. Tatapan matanya manja dan menyimpan misteri. siapakah sebenarnya wanita ini. tanya Baso pada dirinya sendiri. Setelah cukup puas menatap foto itu dia kemudian membaca lembaran pertama.
09 Januari 2003
Nilam, mengenalmu sudah cukup membuatku bahagia. Kau selalu mampu menjadi pelipur laraku. Seandainya aku berani mengungkapkan rasa yang telah lama terpendam ini mungkin ceritanya akan berbeda. Seharusnya memang kamu tahu tentang perasaan ini. Itu jika selama ini kau mau mengerti tentang perasaanku. Tapi aku ragu dengan tingkahmu selamu ini. Seakan kau memberi sebuah harapan tapi selalu juga mengacuhkanku.
 Apakah surat yang aku selipkan di bukumu saat menjelang ujian itu tidak cukup jelas. Seandainya kamu tahu siapa yang telah membuat puisi di mading sekolah yang sempat menjadi bahan perbincangan di kelas. Itu aku Nilam. Tapi biarlah seperti ini. Aku cukup bahagia.
17 Januari 2003
Cemburu. Apa itu tadi sengaja kau lakukan untuk membuatku cemburu. Kamu tahu Wandi itu sahabatku. Tapi mengapa dia sengaja kau paksa menemanimu ke kantin. Sungguh itu membuatku terluka.


25 Januari 2003
Aku sadar diriku memang tidak pantas untuk menjadi kekasihmu. Diriku tak ada apa-apanya di bandingkan dengan cowok yang kau ajak ke pesta ulang tahun Nisa kemarin malam. Tapi siapapun dirinya itu bukan masalah karena aku mencintai ikhlasmu bukan karena aku harus menyayangimu.
Cukup seru juga kisah mereka berdua, imbuh Baso setelah membaca beberapa penggalan isi buku tersebut. Saking seriusnya Baso lupa makan malam akhirnya dia bangkit untuk memasak mie rebus.
* * *
Karena kelelahan akhirnya Baso terlambat bangun pagi itu. Sementara dia punya rencana ke acara syukuran Amran bersama Tenri. Saat terbangun dia langsung melihat jam weker di atas meja kecilnya. Jam sudah menunjukkan Pukul 8:28 sementara dia janji bertemu di rumah tenri jam 9 pagi ini. Dengan sedikit kecewa Baso menuju ke kamar mandi. Berjalan sempoyongan sambil membawa alat mandi dan handuk birunya. Sampai didepan kamar mandi umum dia langsung lemas melihat antrian yang cukup mampu membuatnya terlambat untuk menjemput Tenri. Tidak ada pilihan lain Baso berbalik arah dan langsung pakaian kemudian menuju ke masjid untuk cuci muka dan sikat gigi ditambah sedikit memberi ornament wajib di rambutnya. Selesai.
Baso kemudian berangkat ke rumah Tenri untuk menjemputnya. Saat dalam perjalanan Baso kaget karena ada seorang wanita yang tiba-tiba menyebrang jalan. Baso merem mendadak scooternya kemudian berniat memarahi wanita tersebut namun dia sendiri heran. sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tapi di mana. Gumam Baso. Karena sedang terburu-buru dia akhirnya lupa. Setelah sampai di rumah tenri dia masih terbayang wajah wanita itu.

è  Bersambung

Zenit

Diposting oleh Unknown di 19.51 0 komentar
mari kawan kita jalan di pematang ini
panggil raga yang sepi diantara tangisan malam
sampai hilang rasa menemui kedamaiaan dan terlelap diantara pelukan kebenaran
tak usah kau meminta imbalan dari perjuangan karena Tuhan telah memberimu nafas dari kasturi syurga
mampu menjinakkan nafsumu untuk membunuh harapan

mari kawan kita membuka jalan baru dari poros melingkar ini
tak usah ukir jejekmu disana
karena alam hanya memberi kita satu kali kesempatan
buanglah sisa dari ketangguhan akal untuk diam
karena saat ini kita harus terus meneriakkan keadilan
kepada siapa yang memerlukan dan harus memerlukan
ajari dia cara untuk meniup lilin dari setiap kado yang dia terima
seperti ketika kita diajarkan untuk meniup lilin harapan itu.


Makassar 21 Nov 2011