on 7.31.2012
Kata siapa Tuhan itu nyata
Dia hanya terbentuk di kepalamu
Sedangkan kedangkalan selangkangan selalu merajai otak manusia
Yang Tuhan itu siapa

Beberapa buku menjelaskannya sebagai Tipuan
Percaya pada kata
Bungkam nurani dan kita akan merasa jagoan seterusnya
Tuhan itu siapa
Sepertinya manusia mengubur otak pada dubur yang tengik

Siapa menuhankan siapa
Kita adalah manusia yang dibentuk oleh pikiran
Bismillah

Makassar 1 Agustus 2012
on 7.29.2012
Di kota tua dan dentuman rindu
Kita elok sebagai pengelok
Sebab tak tertahannya rindu
Dan wajahmu yang mengusirku
Maka di senjalah tempatku abadi
Menepati hatimu tanpa permisi

Jogjakarta 15 Juli 2012
Jika bulan purnama permisi
Semestinya kita berseru lebih dalam lagi
Sebab gumam hanya sampai disini
Setelah itu menunggulah sepi

Jika purnama dan senja menyatu
Maka kita akan berjanji lagi
Bersetubuh di tempat ini lagi
Tanpa cinta dan mata

Aku mengundangmu keselangkanganku
Bukan untuk kau isap atau nikmati
Cukup kau memperkosaku diingatanmu
Sebagai kekasih tanpa laso

Dan sepasang kekasih akan menelanjangi diri
Di atas Tuhan mengamati
Tanpa cinta dan mata

Dan sepasang kekasih akan menelanjangi diri
Di atas Tuhan mengamati
Tanpa tawar dan rasa

Solo 10 Juli 2012
on 7.28.2012
Dibekali sunyi
Aku menatap Tuhan dalam sangkar
Diam diayun angin
Sesekali merunduk sepi
Dan aku beronani lagi
Tentang jika-jika yang aneh
Dan pertanyaan yang tidak butuh tanda tanya apa lagi jawaban

Aku menatap Tuhan dalam sangkar
Dengan segelas bir hitam
Dan sekumpulan doa yang tidak berkalimat
Merapalnya bagai mantra sunyi

Apa perlu neraka dulu untuk tahu
Dan sebelum berakhir mati
Aku berkhayal tentang dosa
Dosa yang bukan lagi ejaan
Lebih dalam lagi
Tuhan dalam sangkar
Aku dalam Tuhan

Jogjakarta 22 Juli 2012


Sekejam apa dunia yang menolak kita menjadi manusia
Keelokan rupa hanya beredar di tempat pelacuran
Dan diantara selangkangan kaum atas yang bernanah merah
Kita menjadi korban laso tak bertuan lagi
Perempuan terjual oleh nafsu
Sekarang atau kini
Di rumah Tuhan hanya berserakan rongsokan yang mulai menua
Mulai menghitung ajal-ajal yang terhela nafas
Masih tentang Indonesia

Di depan istana negara berlambang garuda
Di atas tanah pertiwi yang usang
Di belantara ibu kota yang tidak bertuhan
Kita masih mengasakan harapan

Berdoa dan bersetubuh pada Tuhan yang mana lagi
Kali ini hanya satu pilihan sudah terlanjur atau tepatnya terpaksa
Dosa turunan menanti bayi yang belum tahu makna apa dan mengapa
Sesudah itu perayaan proklamasi menjadi euforia kosong


Masihkan kita bernama Indonesia
Setelah Pancasila hanya terbingkai rapi
Dan terapit di antara dua pengisap ganja negara ini


Masihkah kita bernama Indonesia
Masihkah kita bernama Indonesia 


 Makassar, 28 Juli 2012
on 7.08.2012
Tubuh di basuh air bungung barania
Terlecutlah semangat To Barania
Di medan Laga mengacungkan badik
Menebas setiap kalimat muslihat
Menumpahkan darah benci dari manusia
Meluluh lantakkan bumi Makassar dengan jiwa To Manurung
Ditabulah Tunrung Pakanjara
Berteriaklah To Barania
“Piadaki adaka Sari’battang”

Tanah Makassar telah di tenggelamkan zaman
Aru mengisyaratkan pembangkangan prajurit
Tak ada lagi Pohon Lontarak yang mencakar langit
Telah habis naluri Siri’ na Pacce
Kuda perang tak lagi bertenaga
Telah padam zamrud budaya Makassarku

Hilang sudah kesakralan Maudu Lompoa di Cikoang
Cerita tentang Ranggong Dg Romo tak bertuah lagi
Tanah Ko’mara’ tak terlirik
Pelaut Galesong tak lagi bernyali menggaris samudra bumi nan maha luas
Telah surut vakuola budaya Takalarku

Terasing di kampung sendiri
Suku Kajang di Butta Panrita Lopi tak lagi bertanah
Para pelaut Bira telah mematahkan layar Phinisinya
Terjelma dalam balutan warna-warna naturalis
Telah redup mozaik budaya Bulukumbaku

Losari yang masih tersisa dari lautmu hanya setetes panorama khas Makassar
Anging Mammiri tak lagi sepoi menyapa
Ombak tak kuat lagi sekedar menari di pesisir
Pelabuhan Paotere tak menarik lagi
Juku Ejaya kehilangan sirip untuk menggores lutan
Dermaga telah sepi dari kapal
Somba Opu yang telah patah dinding kemegahannya
Meninggalkan dongeng kepada anak cucu
Di sana pernah tercatat riwayat perjuangan
Kota Makassarmu telah mati

Kepada siapa kelak nanti akan aku ceritakan
Tentang indahnya tarian Pakarena yang diiringi petikan kecapi dan tabuhan ganrang
Nikmatnya Cucuru’ Bayao dalam Bosara
Saat pesta Accerak Kalompoang di Balla’ Lompoa
Kepada siapa kelak nanti akan aku ceritakan
Tentang kepiawaian gadis Bugis menenun lipa’ sa’be
Tiap pesta adat akan selalu aku kenakan
Serta Naskha Teater La Galigo yang hingga kini tak sempat aku pentaskan
Menyimpan sejuta cerita tentang nenek moyang Bugis-Makassar
Falsafah tentang A’bulo sibatang
Pemersatu dalam masyarakat
Sari’ battangku, Kepada siapa kelak nanti akan aku ceritakan


Jum’at 12 Februari 2010



Karya Asia Ramli Prapanca

Sukmaku di tanah Makassar
Negeri Bayang-bayang
Negeri timur matahari terbit
Gunung-gunung perkasa
Lembah-lembah menganga
Pohon-pohon purba
Kuburan-kuburan tua
Di dalam kelambu penuh dupa
Berhadap-hadapanlah dengan Dewata
Dengan Berlapis-lapis pakaian sutera
Musik dan tari saling berlaga

Sukmaku di tanah Makassar
Memburu anoa di rimba belantara
Menangkap kupu-kupu di tebing-tebing terjal
Mengejar derai-derai daunan basah
Memanjat pohon-pohon lontar
Dibawah naungannya bertempat gelanggang sabungan ayam
Dibelakang sekian gumam sinrili siap membunuh kekecewaan
Dengan badik dan tukul besi

Sukmaku di tanah Makassar
Bersayap angin mammiri bersiul membelai kota dengan nilai-nilai
Menunggang kuda jantan dengan lari kencang
Membawa impian ke garis kemenangan
Kerikil-kerikil merah bermukim gemerincing
Pasir putih membentang panjang berkilauan

Sukmaku ditanah Makassar
Bersampan pinisi dengan layar daun lontar
Dengan panji-panji sutera warna-warni
Mengejar debu ombak menjilat lekuk gelombang
Menyelam ke rahang-rahang menyunting kerang
Menyelam ke dasar tasik memetik mutiara

Sukmaku ditanah Makassar
Ke mana pun aku pergi
Dimanapun aku melambai
Gadis-gadis pakarena selalu menyanyi, menari di hatiku
Selamat tinggal puncak Lompobattang
Selamat tinggal hulu Jeneberang
Selamat tinggal Kampung Galesong
Selamat tinggal Pantai Barombong
Selamat tinggal Pulau Kodingareng
Selamat Tinggal Karaeng

Sukmaku di tanah Makassar
Mengejar Buri mengejar juku eja
Mengejar debur ombak menjilat lekuk gelombang

Sukmaku di tanah Makassar
Melengking bersama pui-pui
Merancak bersama parappasa
Mengemuruh bersama pakkanjara

Sukmaku ditanah Makassar
Meski Malino tidak berpohon lagi
Meski Jeneponto tidak berkuda lagi
Meski Losari tidak berair lagi
Meski Somba Opu tidak berpuing lagi
Sukmaku ditanah Makassar
Sukmaku ditanah Makassar
Sungguh Karaeng
Meski kita berpisah beribu gelombang


Kisah menarik


Dari Kota Surabaya ayah berpesan pada anaknya yang tercinta. Di hari ulang tahunnya yang ke 19 banyak hal yang menjadi amanah bagi anak kedua itu. Pesan yang hanya bisa terkirim lewat short massage service sudah menggambarkan betapa harapan sayang ayah agar kelak anak itu bisa menjadi yang terbaik.



Assalamualaikum. Malam ini 19 tahun yang lalu Bapak mendampingi Mimi di sebuah kamar sempit tempat tinggal Bapak sama Mimi, Bapaklah yang pertama membantu persalinan Mimi. Selamat ulang tahun untuk IBNU SINA PALOGAI. Engkau termasuk kebanggaanku dan pelanjutku untuk sebuah kesuksesan dan kebaikan serta kemaslahatan ummat. Tapi jangan engkau banggakan Bapakmu untuk kesenangan sesaat. Kehebatanmu karena prestasimu sendiri. 



Seperti itulah di atas pesan yang di kirim ayah kepada anaknya atau dengan katalan dari Bapak untuk saya. Meskipun pada akhirnya saya harus menerima bahwa antara anak dan ayah tentu tidak dapat disamakan.



on 7.07.2012
Sajak ini sederhana
Sesederhana cara berfikir para manusia

Pada mereka yang melapisi langit dan bumi
Yang berteman dengan kekerasan dan kejahatan
Di negara ini
Kita di tudung sebagai manusia kotor
Manusia yang tidak akan diberikan tempat
Lingkungan mengusir dan memaksa kita terasing

Kita terpaksa seperti ini
Ketika negara menuntut kita untuk menjadi penjahat
Semua serba tidak masuk akal
Serba berbayar
Hampir tidak bisa membedakan pajak dan pajakan

Kami sudah bersyukur karena terlahir sebagai manusia
Bukan robot
Jangan perlakukan kami seperti robot
Seperti para penguasa memperlakukan rakyatnya seperti robot

Kenapa kita tidak berfikir untuk melakukan aksi saja
itu jauh lebih memusingkan
Menduduki semua kantor pemerintah
Jumlah kita jauh lebih banyak dari mereka
Panggil perampok, copet, penjudi, penyamun, pembunuh
Itu cukup adil

Juli 2012

Memahami Sejarah Kaum Kiri

Semua berawal dari kebiasaan anggota parlemen Perancis pasca revolusi saat bersidang. Mereka yang pro pemerintah duduk di sebelah kanan dan yang kontra duduk di sebelah kiri. Kebiasaan ini berlangsung sejak mereka bersumpah di lapangan tenis tanggal 20 Juni 1789, mereka sepakat untuk tidak terpisah sampai Perancis diberikan sebuah konstitusi. Kejadian yang dikenal dengan nama Tennis Court Oath.

Di beberapa negara, istilah kiri dan radikal kiri dikaitkan dengan Komunisme, Maoisme, Otonomisme dan Anarkisme Kolektivis. Digunakan untuk menggambarkan kelompok-kelompok yang menganjurkan Anti-Kapitalis, Politik Identitas atau Eco-Terrorism. Di Perancis, sebuah pembedaan dibuat antara kiri (Partai Sosialis dan Partai Komunis) dan paling kiri (Trotskyis, Maois dan Anarkis).

The US Department of Homeland Security mendefinisikan ekstremisme sayap kiri sebagai kelompok yang ingin “membawa tentang perubahan melalui revolusi kekerasan daripada melalui proses politik yang mapan.” Di Amerika Serikat sendiri pada abad 19 ketika banyak kaum yang mengikuti paham liberal sosial juga progresif, di mana anggota serikat buruh yang bergerak dipengaruhi karya-karya Thomas Paine yang mengenalkan konsep asset-based egalitarianism, yaitu kesetaraan sosial dimungkinkan oleh redistribusi sumber daya, biasanya dalam bentuk dari modal hibah diberikan pada usia mayoritas.
on 7.06.2012

Seperti kisah dalam kamarmu
Kau selalu menutupinya dengan dugaan dan prahara
Cat tembok abu-abu dan kolormu yang kau pajang di jendela cukup menandai kebengalan kita
Lalu kau menuduh lagi dengan ludah
Tipis saja sesaat sebelum kita mulai memahami keterkaitan senja dan malam

Aku pulang dan menyimpan banyak rona dalam wajahmu
Kembali mengisinya dengan aroma persetubuhan
Kita teralalu banyak mengunci diri dengan angan yang terlalu gempita
Dan ternyata kitalah yang pendosa
Yang selalu menodai kemurnian senja dan keperawanan malam

Makassar Juli 2012
on 7.02.2012
Sekirianya aku meminta tempat dikirimu
Bahu dan langkahmu akan menopong kesetiaanku
Persis yang kau janjikan
Sejenak kita membenarkan
Lalu kembali dalam kenangan masing tubuh

Sepulang senja kita harus bertemu kembali
Dalam ingatan kita beradu fantasi
Tentang rumah idaman
Tentang mainan kayu dibelakang  rumah
Atau tentang masa depan kita

Masih banyak yang harus kita terima
Sebelum berlalu aku ingin mengecup keningmu
Pejamkan mata dan rasakan kesederhanaan kecupanku
Terima kasih telah memberi ruang dikirimu

Awal Juli 2012

7.31.2012

Sesederhana Kepalamu

Diposting oleh Unknown di 10.46 0 komentar
Kata siapa Tuhan itu nyata
Dia hanya terbentuk di kepalamu
Sedangkan kedangkalan selangkangan selalu merajai otak manusia
Yang Tuhan itu siapa

Beberapa buku menjelaskannya sebagai Tipuan
Percaya pada kata
Bungkam nurani dan kita akan merasa jagoan seterusnya
Tuhan itu siapa
Sepertinya manusia mengubur otak pada dubur yang tengik

Siapa menuhankan siapa
Kita adalah manusia yang dibentuk oleh pikiran
Bismillah

Makassar 1 Agustus 2012

7.29.2012

Di Kota Tua

Diposting oleh Unknown di 05.20 0 komentar
Di kota tua dan dentuman rindu
Kita elok sebagai pengelok
Sebab tak tertahannya rindu
Dan wajahmu yang mengusirku
Maka di senjalah tempatku abadi
Menepati hatimu tanpa permisi

Jogjakarta 15 Juli 2012

Antara Mojokerto dan Surabaya

Diposting oleh Unknown di 05.13 0 komentar
Jika bulan purnama permisi
Semestinya kita berseru lebih dalam lagi
Sebab gumam hanya sampai disini
Setelah itu menunggulah sepi

Jika purnama dan senja menyatu
Maka kita akan berjanji lagi
Bersetubuh di tempat ini lagi
Tanpa cinta dan mata

Aku mengundangmu keselangkanganku
Bukan untuk kau isap atau nikmati
Cukup kau memperkosaku diingatanmu
Sebagai kekasih tanpa laso

Dan sepasang kekasih akan menelanjangi diri
Di atas Tuhan mengamati
Tanpa cinta dan mata

Dan sepasang kekasih akan menelanjangi diri
Di atas Tuhan mengamati
Tanpa tawar dan rasa

Solo 10 Juli 2012

7.28.2012

Tuhan Dalam Sangkar

Diposting oleh Unknown di 23.32 0 komentar
Dibekali sunyi
Aku menatap Tuhan dalam sangkar
Diam diayun angin
Sesekali merunduk sepi
Dan aku beronani lagi
Tentang jika-jika yang aneh
Dan pertanyaan yang tidak butuh tanda tanya apa lagi jawaban

Aku menatap Tuhan dalam sangkar
Dengan segelas bir hitam
Dan sekumpulan doa yang tidak berkalimat
Merapalnya bagai mantra sunyi

Apa perlu neraka dulu untuk tahu
Dan sebelum berakhir mati
Aku berkhayal tentang dosa
Dosa yang bukan lagi ejaan
Lebih dalam lagi
Tuhan dalam sangkar
Aku dalam Tuhan

Jogjakarta 22 Juli 2012

Negara Korban Laso tak Bertuan Lagi

Diposting oleh Unknown di 05.51 2 komentar

Sekejam apa dunia yang menolak kita menjadi manusia
Keelokan rupa hanya beredar di tempat pelacuran
Dan diantara selangkangan kaum atas yang bernanah merah
Kita menjadi korban laso tak bertuan lagi
Perempuan terjual oleh nafsu
Sekarang atau kini
Di rumah Tuhan hanya berserakan rongsokan yang mulai menua
Mulai menghitung ajal-ajal yang terhela nafas
Masih tentang Indonesia

Di depan istana negara berlambang garuda
Di atas tanah pertiwi yang usang
Di belantara ibu kota yang tidak bertuhan
Kita masih mengasakan harapan

Berdoa dan bersetubuh pada Tuhan yang mana lagi
Kali ini hanya satu pilihan sudah terlanjur atau tepatnya terpaksa
Dosa turunan menanti bayi yang belum tahu makna apa dan mengapa
Sesudah itu perayaan proklamasi menjadi euforia kosong


Masihkan kita bernama Indonesia
Setelah Pancasila hanya terbingkai rapi
Dan terapit di antara dua pengisap ganja negara ini


Masihkah kita bernama Indonesia
Masihkah kita bernama Indonesia 


 Makassar, 28 Juli 2012

7.08.2012

Badik Tak Berwarangka

Diposting oleh Unknown di 10.51 0 komentar
Tubuh di basuh air bungung barania
Terlecutlah semangat To Barania
Di medan Laga mengacungkan badik
Menebas setiap kalimat muslihat
Menumpahkan darah benci dari manusia
Meluluh lantakkan bumi Makassar dengan jiwa To Manurung
Ditabulah Tunrung Pakanjara
Berteriaklah To Barania
“Piadaki adaka Sari’battang”

Tanah Makassar telah di tenggelamkan zaman
Aru mengisyaratkan pembangkangan prajurit
Tak ada lagi Pohon Lontarak yang mencakar langit
Telah habis naluri Siri’ na Pacce
Kuda perang tak lagi bertenaga
Telah padam zamrud budaya Makassarku

Hilang sudah kesakralan Maudu Lompoa di Cikoang
Cerita tentang Ranggong Dg Romo tak bertuah lagi
Tanah Ko’mara’ tak terlirik
Pelaut Galesong tak lagi bernyali menggaris samudra bumi nan maha luas
Telah surut vakuola budaya Takalarku

Terasing di kampung sendiri
Suku Kajang di Butta Panrita Lopi tak lagi bertanah
Para pelaut Bira telah mematahkan layar Phinisinya
Terjelma dalam balutan warna-warna naturalis
Telah redup mozaik budaya Bulukumbaku

Losari yang masih tersisa dari lautmu hanya setetes panorama khas Makassar
Anging Mammiri tak lagi sepoi menyapa
Ombak tak kuat lagi sekedar menari di pesisir
Pelabuhan Paotere tak menarik lagi
Juku Ejaya kehilangan sirip untuk menggores lutan
Dermaga telah sepi dari kapal
Somba Opu yang telah patah dinding kemegahannya
Meninggalkan dongeng kepada anak cucu
Di sana pernah tercatat riwayat perjuangan
Kota Makassarmu telah mati

Kepada siapa kelak nanti akan aku ceritakan
Tentang indahnya tarian Pakarena yang diiringi petikan kecapi dan tabuhan ganrang
Nikmatnya Cucuru’ Bayao dalam Bosara
Saat pesta Accerak Kalompoang di Balla’ Lompoa
Kepada siapa kelak nanti akan aku ceritakan
Tentang kepiawaian gadis Bugis menenun lipa’ sa’be
Tiap pesta adat akan selalu aku kenakan
Serta Naskha Teater La Galigo yang hingga kini tak sempat aku pentaskan
Menyimpan sejuta cerita tentang nenek moyang Bugis-Makassar
Falsafah tentang A’bulo sibatang
Pemersatu dalam masyarakat
Sari’ battangku, Kepada siapa kelak nanti akan aku ceritakan


Jum’at 12 Februari 2010


SUKMAKU DI TANAH MAKASSAR

Diposting oleh Unknown di 10.37 0 komentar

Karya Asia Ramli Prapanca

Sukmaku di tanah Makassar
Negeri Bayang-bayang
Negeri timur matahari terbit
Gunung-gunung perkasa
Lembah-lembah menganga
Pohon-pohon purba
Kuburan-kuburan tua
Di dalam kelambu penuh dupa
Berhadap-hadapanlah dengan Dewata
Dengan Berlapis-lapis pakaian sutera
Musik dan tari saling berlaga

Sukmaku di tanah Makassar
Memburu anoa di rimba belantara
Menangkap kupu-kupu di tebing-tebing terjal
Mengejar derai-derai daunan basah
Memanjat pohon-pohon lontar
Dibawah naungannya bertempat gelanggang sabungan ayam
Dibelakang sekian gumam sinrili siap membunuh kekecewaan
Dengan badik dan tukul besi

Sukmaku di tanah Makassar
Bersayap angin mammiri bersiul membelai kota dengan nilai-nilai
Menunggang kuda jantan dengan lari kencang
Membawa impian ke garis kemenangan
Kerikil-kerikil merah bermukim gemerincing
Pasir putih membentang panjang berkilauan

Sukmaku ditanah Makassar
Bersampan pinisi dengan layar daun lontar
Dengan panji-panji sutera warna-warni
Mengejar debu ombak menjilat lekuk gelombang
Menyelam ke rahang-rahang menyunting kerang
Menyelam ke dasar tasik memetik mutiara

Sukmaku ditanah Makassar
Ke mana pun aku pergi
Dimanapun aku melambai
Gadis-gadis pakarena selalu menyanyi, menari di hatiku
Selamat tinggal puncak Lompobattang
Selamat tinggal hulu Jeneberang
Selamat tinggal Kampung Galesong
Selamat tinggal Pantai Barombong
Selamat tinggal Pulau Kodingareng
Selamat Tinggal Karaeng

Sukmaku di tanah Makassar
Mengejar Buri mengejar juku eja
Mengejar debur ombak menjilat lekuk gelombang

Sukmaku di tanah Makassar
Melengking bersama pui-pui
Merancak bersama parappasa
Mengemuruh bersama pakkanjara

Sukmaku ditanah Makassar
Meski Malino tidak berpohon lagi
Meski Jeneponto tidak berkuda lagi
Meski Losari tidak berair lagi
Meski Somba Opu tidak berpuing lagi
Sukmaku ditanah Makassar
Sukmaku ditanah Makassar
Sungguh Karaeng
Meski kita berpisah beribu gelombang

Petuah Ayah di Kenduri 19 Tahun

Diposting oleh Unknown di 03.02 0 komentar

Kisah menarik


Dari Kota Surabaya ayah berpesan pada anaknya yang tercinta. Di hari ulang tahunnya yang ke 19 banyak hal yang menjadi amanah bagi anak kedua itu. Pesan yang hanya bisa terkirim lewat short massage service sudah menggambarkan betapa harapan sayang ayah agar kelak anak itu bisa menjadi yang terbaik.



Assalamualaikum. Malam ini 19 tahun yang lalu Bapak mendampingi Mimi di sebuah kamar sempit tempat tinggal Bapak sama Mimi, Bapaklah yang pertama membantu persalinan Mimi. Selamat ulang tahun untuk IBNU SINA PALOGAI. Engkau termasuk kebanggaanku dan pelanjutku untuk sebuah kesuksesan dan kebaikan serta kemaslahatan ummat. Tapi jangan engkau banggakan Bapakmu untuk kesenangan sesaat. Kehebatanmu karena prestasimu sendiri. 



Seperti itulah di atas pesan yang di kirim ayah kepada anaknya atau dengan katalan dari Bapak untuk saya. Meskipun pada akhirnya saya harus menerima bahwa antara anak dan ayah tentu tidak dapat disamakan.



7.07.2012

Pada Mereka yang Melapisi Langit dan Bumi

Diposting oleh Unknown di 20.32 0 komentar
Sajak ini sederhana
Sesederhana cara berfikir para manusia

Pada mereka yang melapisi langit dan bumi
Yang berteman dengan kekerasan dan kejahatan
Di negara ini
Kita di tudung sebagai manusia kotor
Manusia yang tidak akan diberikan tempat
Lingkungan mengusir dan memaksa kita terasing

Kita terpaksa seperti ini
Ketika negara menuntut kita untuk menjadi penjahat
Semua serba tidak masuk akal
Serba berbayar
Hampir tidak bisa membedakan pajak dan pajakan

Kami sudah bersyukur karena terlahir sebagai manusia
Bukan robot
Jangan perlakukan kami seperti robot
Seperti para penguasa memperlakukan rakyatnya seperti robot

Kenapa kita tidak berfikir untuk melakukan aksi saja
itu jauh lebih memusingkan
Menduduki semua kantor pemerintah
Jumlah kita jauh lebih banyak dari mereka
Panggil perampok, copet, penjudi, penyamun, pembunuh
Itu cukup adil

Juli 2012

Pesan Moral Tentang Kaum Kiri

Diposting oleh Unknown di 07.59 0 komentar

Memahami Sejarah Kaum Kiri

Semua berawal dari kebiasaan anggota parlemen Perancis pasca revolusi saat bersidang. Mereka yang pro pemerintah duduk di sebelah kanan dan yang kontra duduk di sebelah kiri. Kebiasaan ini berlangsung sejak mereka bersumpah di lapangan tenis tanggal 20 Juni 1789, mereka sepakat untuk tidak terpisah sampai Perancis diberikan sebuah konstitusi. Kejadian yang dikenal dengan nama Tennis Court Oath.

Di beberapa negara, istilah kiri dan radikal kiri dikaitkan dengan Komunisme, Maoisme, Otonomisme dan Anarkisme Kolektivis. Digunakan untuk menggambarkan kelompok-kelompok yang menganjurkan Anti-Kapitalis, Politik Identitas atau Eco-Terrorism. Di Perancis, sebuah pembedaan dibuat antara kiri (Partai Sosialis dan Partai Komunis) dan paling kiri (Trotskyis, Maois dan Anarkis).

The US Department of Homeland Security mendefinisikan ekstremisme sayap kiri sebagai kelompok yang ingin “membawa tentang perubahan melalui revolusi kekerasan daripada melalui proses politik yang mapan.” Di Amerika Serikat sendiri pada abad 19 ketika banyak kaum yang mengikuti paham liberal sosial juga progresif, di mana anggota serikat buruh yang bergerak dipengaruhi karya-karya Thomas Paine yang mengenalkan konsep asset-based egalitarianism, yaitu kesetaraan sosial dimungkinkan oleh redistribusi sumber daya, biasanya dalam bentuk dari modal hibah diberikan pada usia mayoritas.

7.06.2012

Kau Menuduh Lagi dengan Ludah

Diposting oleh Unknown di 05.31 1 komentar

Seperti kisah dalam kamarmu
Kau selalu menutupinya dengan dugaan dan prahara
Cat tembok abu-abu dan kolormu yang kau pajang di jendela cukup menandai kebengalan kita
Lalu kau menuduh lagi dengan ludah
Tipis saja sesaat sebelum kita mulai memahami keterkaitan senja dan malam

Aku pulang dan menyimpan banyak rona dalam wajahmu
Kembali mengisinya dengan aroma persetubuhan
Kita teralalu banyak mengunci diri dengan angan yang terlalu gempita
Dan ternyata kitalah yang pendosa
Yang selalu menodai kemurnian senja dan keperawanan malam

Makassar Juli 2012

7.02.2012

Penopang Kesetiaan

Diposting oleh Unknown di 00.17 0 komentar
Sekirianya aku meminta tempat dikirimu
Bahu dan langkahmu akan menopong kesetiaanku
Persis yang kau janjikan
Sejenak kita membenarkan
Lalu kembali dalam kenangan masing tubuh

Sepulang senja kita harus bertemu kembali
Dalam ingatan kita beradu fantasi
Tentang rumah idaman
Tentang mainan kayu dibelakang  rumah
Atau tentang masa depan kita

Masih banyak yang harus kita terima
Sebelum berlalu aku ingin mengecup keningmu
Pejamkan mata dan rasakan kesederhanaan kecupanku
Terima kasih telah memberi ruang dikirimu

Awal Juli 2012