on 6.29.2012

Penutup senja
Aku ingin berdiri dalam badai
Menemani bayangan yang memaku langit
Dalam diam aku mencoba serius menikmatinya
Cukup sederhana
Aku mencintai senja ini

Senja Juni 2012
on 6.28.2012
Kesaksian seorang pelacur

Berhentilah
Berhenti di kepongahan
Sesaat kau tersadar dan melihat kemungkinan
Terjebak dan tersesat adalah pilihan
Mungkin Tuhan sudah terlalu tua
Hingga kau merasa bebas untuk pongah

Malam Juni 2012

Hanya catatan disepotong malam ini

Setelah kembali dari acara makan malam di Kampoeng Popsa dengan pemain film Jejak-Jejak Kecil yang di sutradarai oleh Arman Dewarti.  Di Gedung Kesenian Sulawesi Selatan Societeit de Harmonie ada diskusi tidak sengaja dengan beberapa anggota dewan kota Makassar dan Badan Pengurus Gedung Keseniaan serta beberapa orang yang sering datang ke gedung peninggalan Belanda ini. 
Sebagai yang paling muda saya hanya banyak mendengar apa yang menjadi topik pembahasan mereka. Mulai dari peluncuran film di bioskop balikota siang tadi, juga menyinggung soal seniman proyek hingga gedung keseniaan yang belum tuntas pembangunannya setelah empat tahun direnovasi. Namun ada sedikit yang membuat saya taqbangka silalonna, diskusi yang tidak dimoderatori oleh sipapun ini memaksa salah satu dari anggota dewan yang datang membahas mengenai cara pelolosan anggaran. Sebenarnya tidak jadi masalah cuman dari pembahasannya, seakan beliau mengajari masyarakat untuk memperbodohi pemerintah dan bagaimana memainkan anggaran di dinas terkait.

*****

Alangkah tidak beresnya negara ini. Ketika legislator di harapkan mampu menjadi pengayom bagi masyarakat justru hadir dan mengajarkan apa yang telah mereka terima dan kerjakan. Tidak perlu heran mangapa negara ini dituding sebagai negara gagal. Karena jika melihat kelakuan legislator kita yang seperti itu maka rasanya memang benar tudingan tersebut. Bukan berarti saya sepakat namun karena saya tidak punya alasan untuk tidak membenarkan. 
Tuhan sebenarnya adil cuman kadang manusilah yang mengadili Tuhan. Bahkan di tempat seperti gedung kesenian ini, praktek pengajaran korupsi juga berlaku. Bukan tidak mungkin kelak para seniman hanya akan sibuk mengurusi proyeknya saja dan melupakan apa sebenarnya tujuan dari berkeseniaan itu. Imbasnya kelak akan terjadi proses regenerasi yang tidak sehat dikalangan para seniman. Semoga saja catatan ini hanyalah ketakutanku saja atau mungkin juga memang itu sudah terjadi dan mungkin saja aku yang memang terlalu paranoid menanggapinya. Entahlah.

on 6.27.2012
Liar
Dikucilkan dan harus terasing dari kehidupan
Sesat
Hidup mengajarkan seperti ini
Keras
Jangan berharap hidupmu sederhana

Seperti aku

Malam Juni 2012

Mengapa harus diam jika kita punya hak untuk menyuarakan apa pendapat kita. Bukankah kita terlahir sebagai manusia yang ditantang untuk dapat hidup dengan perdamaian dan kebenaran. Ya, benar bukan hanya benar bahwa kita hidup tapi benar kita menghidupkan apa yang seharusnya hidup. Perlawanan adalah salah satu bentuk pertahanan diri paling aman dan paling mudah. Mudah karena hanya membutuhkan idealisme dan keberanian yang setiap orang milikinya. Termasuk anda yang sedang membaca pesan ini. Anda harus melawanan kepada apa saja yang harus kita lawan.

Jika kita masih bertanya lagi tentang mengapa harus melawan. Itu karena tidakada yang dapat melindungi diri kita selain diri kita sendiri. Jangan berharap kepada pemerintah dan aparat akan melindungi dirimu. Di negara seperti Indonesia, jika kamu tak bermodalkan uang untuk menelanjangi hukum maka hukum itu yang akan menelanjangimu.
on 6.26.2012

Malcolm X adalah tokoh Islam dari kaum Afrika-Amerika. Ketokohannya dapat disandingkan dengan Dr. Martin Luther King yang berjuang menghapus segala macam diskriminasi lebih-lebih yang menimpa kaum Afrika-Amerika yang sering dikonotasikan dengan kaum negro yang terdiskriminasikan.
"Saya tahu masyarakat seringkali membunuh orang-orang yang berusaha mengubah mereka menjadi lebih baik. Jika saya mati dengan membawa cahaya bagi mereka dengan membawa kebenaran hakiki yang akan menghancurkan kanker rasisme yang menggerogoti tubuh Amerika Serikat (AS) semua itu terserah kepada Allah SWT. Sementara itu kesalahan atau kekhilafan dalam upaya saya itu semata-mata adalah dari saya sendiri". Demikianlah pesan terakhirnya dalam buku "Malcolm X", Sebuah Otobiografi yang ditulis oleh Alex Harley.
Malcolm X lahir pada tanggal 19 Mei 1925 di Omaha, Nebraska dengan nama asli Malcolm Little. ibunya bernama Louise Little dan ayahnya bernama Pendeta Earl, seorang pendeta baptis dan anggota UNIA (Universal Negro Improvement Association) yakni sebuah organisasi yang dirintis oleh Marcos Aurelius Garvey untuk mewadahi perbaikan hidup bagi orang orang negro.
Semakin dekat

Mereka bersyukur dengan keberadaan Tuhan
Bersyukur pada Tuhannya yang ada
Tuhan ada dan mereka bersyukur
Ada Tuhan di matamu yang bersyukur
Di mata Tuhan yang kau syukuri
Letakkan matamu dan bersyukur pada Tuhan


Malam Juni 2012
on 6.24.2012
Kembali kita bermain pada kenangan
Dan senja selalu menjadi penawar rindu gelapku
Sebab sehabis adzan ini aku kembali mengepul malam
Lalu pulang ke kumuhanku sebagai pesakitan yang menodai air mata
Hingga larut jauh kedalam sepi
Lelap dan saat kembali terjaga maka bayangan itu lagi
Ya, bayangan yang telah lama menepi
Cukup jauh menepi namun sisanya nampak sempurna sebagai kenangan

Pada hitam tabirmu
Ada pukat yang akan menggagalkan pelarianku
Sebab terlalu erat kau tambatkan kenangan hingga akar akalku
Merasuk sampai ke sukma yang terdalam
Dan pada akhirnya kembali lagi pada tabirmu

Wahai penikmat kenangan
Seperti sajak yang lalu
Kini kita telah menjadi buih dalam benih angan masa lalu
Jangan mengutuk diri dalam doa
Apa lagi mempertanyakan klausa cintaku
Karena ini bukan suatu pengharapan lagi

Kau tak akan menemukan kisah serupa dalam catatan harianku
Sebab kisah ini yang telah meludahi debuku
Mengasingkanku ketepi sesal
Sehingga aku tidak layak lagi mengenang kenangan ini


Makassar Mei 2011
on 6.23.2012

Kado Hari Jadi ke-39  Study Teater Tambora
Puisi Udhin Palisuri 

menjelma dari masa silam
berpelukan abadi,  bulan dan matahari
mengurai  laut  makna , tersenyum  pengertian
kecantikan hati  bersulam benang cinta
 
separuh nafas telah pergi
mengukir kenangan tahun berlalu
bergelut dengan  permainan  kehidupan
sandiwara  sebabak, berdarah luka, air mata

Study Teater Tambora
sebuah nama, sebaris kata
sekuntum  cinta, setumpuk cita-cita
sebuah kekuatan, ruh dalam  jiwa

menjadi diri sendiri  itu mandiri
menembus zaman menggali tradisi
menguak rahasia cinta, rindu tak bertepi
berkesenian membaca nasib manusia
 
Hari ulang tahun  berselimut cinta
39 tahun usia Study Teater Tambora
melintasi panggung, berteriak kepada dunia
menghamburkan  kata melantun  santun
membentak dengan  marah  penuh amarah
inilah  permainan akting, merenungi kehidupan
peradaban yang indah, kemisikinan kita

musim berganti , sekarang  orang tak punya rasa malu
menabur kesombongan, korupsi menjadi kebudayaan
sastra menulis  demokrasi, teater mengajarkan filsafat
membagi kasta, kelompok  seni  semakin kocak dan kacau
maaf, pertemuan ini  untuk  seniman lokal, amat sederhana   
puisi  untuk rakyat, seniman  menghormati  persahabatan
globalisasi  kotori  wajah lontara’dan  pesan leluhur
kembali kepada  adat  istiadat, persaudaraan sejati
mencintai rakyat,  jangan saling membenci  melukai hati
kita semua bersaudara, …hingga nanti, …  sampai  mati.

Malang,24 Juni 2012



on 6.22.2012
Untuk kisahku yang satu ini

Masih tentang senja
Dermaga ini lagi
Jauh sudah aku kenangkan
Tempatku menghamburkan jejak keromantisan kisah
Setelah lama memungkiri kemungkinan sesal

Senja ini lagi
Tetap gagal menghadirkanmu kembali
Dalam suntuk aku masih mendogma cinta
Mengutuk batin jauh paling dalam
Biarlah kerapuhanku mengairi sukma yang tak mengharap kemungkinan lagi
Sebab cinta tidak datang sesaat
Namun abadi sebagai kisah

Senja Juni 2012
Menatap Lirih sekali lagi
Sehabis pulang menempurkan diri di ayunan laga
Hitam dan pekat jubah kematian
Semakin kuserahkan ajalku
Liang tak pernah cukup
Dan waktu seakan tak melirik pada kemiskinanku

Biar kumuh surga ini
Tetaplah menganggapnya istana
Tidak dibuat dari penghianatan api dari panasnya dan keterasingan air dari muaranya

Seperti janjiku pada kelam
Kelak kita akan bersua dalam irama ini lagi
Kuharap kau tetap setia pada nanar ini
Ya pada nanar yang kau peruntukkan secara sempurna di siang itu
Sesaat kemudian aku menerima ajal dan kau mengangapku hina


Terowongan Kota Juni 2012
Kembali tentang Tuhan
Terbiasa diam
Lihat dan dengar belum mencukupi pada tatanan
Pada perdebatan warung kopi
Larut hingga aku tahu kemurnian dosa itu sendiri

Alasan pada kekuatan hati
Nurani tak mampu menolak kesaudaraan kita pada Tuhan
Seperti bayangan yang abadi antara manusia dan dirinya

Terima kasih
Tuhan lagi yang ada


Maperwa Sastra Juni 2012
on 6.21.2012
Bunuh
Lama berdiri mematung janji
Memahat mimpi dan akhirnya menyusut juga dalam kantuk

Bunuh
Lama terlihat dalam seri
Kehilangan mata dan arah kau persempit
Liang saja kau buka dan luangkan dia dalam sana
Seperti bayi dan rahimnya
Maka kembalilah dia dalam takdir sebagai penanggung turunan

Pagi Juni 2012
on 6.20.2012

JAUH sebelum menaklukan Sultan Hasanuddin di Selat Buton, Arung Palakka adalah seorang jagoan tanpa tanding yang ditakuti di seantero Batavia. Lelaki gagah berambut panjang dan matanya menyala-nyala ini memiliki nama yang menggetarkan seluruh jagoan dan pendekar di Batavia. Keperkasaan seakan dititahkan untuk selalu bersemayam bersamanya. Pria Bugis dengan badik yang sanggup memburai usus ini sudah malang melintang di Batavia sejak tahun 1660, ketika ia bersama pengikutnya melarikan diri dari cengkeraman Makassar.
Batavia di abad ke-17 adalah arena di mana kekerasan seakan dilegalisir demi pencapaian tujuan. Di masa Gubernur Jenderal Joan Maetsueyker, kekerasan adalah udara yang menjadi napas bagi kelangsungan sistem kolonial. Kekerasan adalah satu-satunya mekanisme untuk menciptakan ketundukan pada bangsa yang harus dihardik dulu agar taat dan siap menjadi sekrup kecil dari pasang naik kolonialisme Eropa. Kekerasan itu seakan meneguhkan apa yang dikatakan filsuf Thomas Hobbes bahwa manusia pada dasarnya jahat dan laksana srigala yang saling memangsa sesamanya. Pada titik inilah Arung Palakka menjadi seorang perkasa bagi sesamanya.
Aku menemukan nama Arung Palakka saat membaca sebuah arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Barusan, aku juga membaca sebuah novel yang berisikan data sejarah tentang Batavia di masa silam dengan sejarah kelam yang membuat bulu kuduk bergidik. Selama beberapa hari ini, sejarah Batavia seakan berpusar terus di benakku. Berbagai referensi itu menyimpan sekelumit kisah tentang pria yang patungnya dipahat dan berdiri gagah di tengah Kota Watampone.
Arung Palakka adalah potret keterasingan dan menyimpan magma semangat yang menggebu-gebu untuk penaklukan. Ia terasing dari bangsanya, bangsa Bugis yang kebebasannya terpasung. Namun, ia bebas sebebas merpati yang melesat dan meninggalkan jejak di Batavia. Ia sang penakluk yang terasing dari bangsanya. Malang melintang di kota sebesar Batavia, keperkasaannya kian membuncah tatkala ia membangun persekutuan yang menakutkan bersama dua tokoh terasing lainnya yaitu pria Belanda bernama Cornelis Janszoon Speelman dan seorang Ambon yang juga perkasa bernama Kapiten Jonker. Ketiganya membangun persekutuan rahasia dan memegang kendali atas VOC pada masanya, termasuk monopoli perdagangan emas dan hasil bumi.
on 6.19.2012
Salah satu identitas yang dimiliki oleh manusia Bugis-Makassar adalah merantau. Melakukan perjalanan dan menetap di tempat lain untuk mencari kehidupan. Selain dikenal sebagai perantau, manusia Bugis-Makassar juga dikenal dengan kehebatannya dalam mengarungi lautan. Tidak salah jika mereka dijuluki pelaut ulung. Ada kebiasaan yang dipegang teguh oleh orang tua ketika melepas anaknya ke perantauan. Para orang tua tidak hanya membekali anak mereka dengan uang tapi ada tallu cappa' mereka sematkan di hati anak mereka. 

"Jika ini gagal, sorongi lasonu (sorong kemaluanmu) dengan kata lain kawini putri raja, ketua adat, atau mereka yang berpengaruh di negeri tersebut" 

Dalam pappasang to riolo (pesan para leluhur) dikatakan: “Nia tallu cappa’ bokonna to lampaiyya, iyamintu: Cappa’ lila, Cappa’ laso, Cappa’ badi’. (Ada tiga ujung yang harus menjadi bekal bagi yang bepergian, yaitu ujung lidah, ujung kemaluan, dan ujung badik). 
Perempuanku. Kau tahu apa makna cinta itu. Bukan soal rasa dan asa. Tapi ada proses pendewasaan yang diajarkan kepada kita. Saat kau tak bisa menerima kenyataan secara dewasa, bukan jawaban inilah aku tapi proses dimana kau akan mengerti bahwa segala sesuatu ini hanyalah sementara. Kini aku mungkin tak bertuhan lagi tapi pembelajaran seperti itu adalah proses dimana kau akan menyadari siapa dirimu dan apa makna kehadiramu bagi orang lain. Bukankah kita pernah bertemu dan membahas tentang banyak hal. Seperti inilah aku. Meskipun kadang aku dipersalahkan tapi biarlah toh aku tetap dapat menilai bagai mana dirimu yang sebenarnya. 


Perempuanku. Kau telah tahu kebekuanku selama ini tapi mengapa kau tetap menjadi pembeku itu. Mencairlah agar aku tidak dapat mengelak ketika kau mengajakku untuk ikut dalam pencairan itu. Layaknya kisah cinta yang lain, kita hanya bermain di perasaan dan tidak pernah mencoba untuk keluar dari sini. Lihatlah ada banyak hal yang sebenarnya dapat kita lakukan termasuk menikmati kesendirian seperti yang sering aku lakukan.

Doa

on 6.18.2012
Dalam sujud aku mengetuk pintu
Sebab dayaku tak kuasa menahan tibamu
Lama aku mengutuk diri dalam serambi suci
Sesaat aku sadar
Sejauh apapun aku liar
Lekat paling dalam adalah namamu


Malam Juni 2012


Malam pulanglah
Sejenak kita bersajak di taman angan
Dan mengisap cerutu lagi sambil menertawakan ajal yang menguntit kita
Sebab kita tahu kelam akan tetap seperti ini

Malam pulanglah
Berikan kesempatan bagi pelacur jalang untuk menjajakkan kemaluannya
Dan hidung belang akan memilih kemaluan yang mana lagi akan ia nikmati malam ini 
Seperti kau yang selalau menikmati kepolosan senja

Malam pulanglah
Jangan berorasi di depan gedung parlemen itu sebab mereka semua adalah tukang orasi
Dan suatu waktu pada kelas besar ia akan mengisi pengetahuan tentang kiat korupsi kelas cerdas
Yang tidak diajarkan Tuhan kepada nabinya
Yang tidak diajarkan nabi kepada ummatnya 

Malam pulanglah
Biarkan presiden sejenak beristirahat dari ketakutannya saban hari
Dan bermimpi agar negara ini akan menjadi surga bagi mereka yang bernama rakyat
Bermimpi agar tidak ada konflik agama, suku dan wilayah lagi
Bermimpi agar tidak ada lagi pencuri dikantor sendiri
Bermimpi agar kasus makar negara ini dapat diselesaikan
Karena presiden keenakan mengurusi pidato yang akan ia bacakan tiap diperayaan kemerdekaan
Dan kita terpaksa menerima semua ini sebagai kutukan turunan


Malam aku tak tahu pada siapa aku akan mengadu
Ketika Tuhan mulai mengeluh dan manusia menjadi lugu
Aku hanya berharap subuh juga tidak menolak hadir
Agar adzan berkumandang dan kita bangun lagi
Menikmati rutinitas palsu kita lagi


Malam Juli 2012


Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukittinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Pada tahun 1956–1957 ia memenangkan beasiswa American Field Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia.

Pendiri majalah sastra Horison (1966) dan Dewan Kesenian Jakarta (1968) ini berobsesi mengantarkan sastra ke sekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi.

Taufiq Ismail, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963, sekarang Institut Pertanian Bogor. Selain telah menerima Anugerah Seni Pemerintah RI juga menerima American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57).

Siapa yang tidak kenal Ali Akbar Navis atau yang kerap disapa A.A. Navis? Pasti semua mengenal salah satu sosok terkemuka di kalangan sastrawan Indonesia. Pria kelahiran Kampung Jawa, Padangpanjang, 17 November 1924, ini adalah orang yang asal ceplas-ceplos. Kritik-kritik sosialnya yang pedas mengalir bagaikan air dan jujur apa adanya agar lebih membangkitkan kesadaran setiap pribadi agar hidup lebih bermakna.
“Yang hitam itu hitam dan yang putih adalah putih.” itulah kata yang sering diucapkan olehnya. Tetapi mungkin kata-kata ini sudah jarang kita dengar, karena pencetus kata-kata tersebut telah kembali kepada yang Kuasa pada umur hampir 79 tahun, sekitar pukul 05.00, Sabtu 22 Maret 2003, di Rumah Sakit Yos Sudarso, Padang. Dunia sastra Indonesia kehilangan salah seorang sastrawan besar. Beliau meninggalkan satu orang isteri Aksari Yasin yang dinikahi tahun 1957 dan tujuh orang anak yakni Dini Akbari, Lusi Bebasari, Dedi Andika, Lenggogini, Gemala Ranti, Rinto Amanda, dan Rika Anggraini serta sejumlah 13 cucu. Ia dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tunggul Hitam, Padang.
on 6.17.2012

Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.

Sutardji Calzoum Bachri (lahir di Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941; umur 68 tahun) adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.

Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra. Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 69 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.

Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan Widyaningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Widji Thukul, bernama asli Widji Widodo, lahir di kampung Sorogenen Solo, 26 Agustus 1963 dari keluarga tukang becak. Mulai menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP. Bersama kelompok Teater Jagat, ia pernah ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota. Sempat pula menyambung hidupnya dengan berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel. Pendidikan tertinggi Thukul Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) jurusan tari sampai kelas dua lantaran kesulitan uang. Kendati hidup sulit, ia aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Kalangan, tempat ia dan anak istrinya tinggal.
Lalu muncullah peristiwa kekacauan 27 Juli 1996. Thukul, Budiman Sujatmiko, dan Pius Lustri Lanang menjadi buronan utama pemerintah. Hal ini cukup mengejutkan dan kurang jelas hingga sekarang, karena Thukul sesungguhnya bukan pada 'kaliber' kedua buronan yang lain. Artinya, Budiman dan Pius sudah jadi aktivis taraf nasional, sementara Thukul hanyalah seniman lokal yang potensi ancamannya pada pemerintah tak begitu besar. Sejak itu, Budiman ditahan, diadili, dan dipenjarakan; Pius diculik orangnya Tim Mawar, Kopassus (Kopassus saat itu dipimpin oleh Prabowo Subianto sebagai komandan) ; sedangkan Tukul hilang – konon juga dihilangkan oleh Tim Mawar Kopassus. Secara resmi, Thukul masuk daftar orang hilang pada tahun 2000.

Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya ialah guru dan ibunya ialah pedagang nasi. Ia meneruskan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya dan bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan seringkali ditempatkan di Jakarta di akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku sepanjang karir militernya dan dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948dan 1949. Pada 1950-an ia sanggup tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan saat kembalinya ia menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Ini menciptakan friksi antara dia dan pemerintahan Soekarno.
Hoakiau di Indonesia
Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia, dan pada saat yang sama mulai berhubungan erat dengan para penulis di China. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat menyurat dengan penulis Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia. Ia merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Chinanya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau-pulau di sebeluah timur Indonesia.


PRAJURIT JAGA MALAM 

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

1948
Siasat,
Th III, No. 96


Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapaknya bercerai, dan ayahnya menikah kembali. Setelah perceraian itu, saat habis SMA, Chairil ikut dengan ibunya ke Jakarta. Semasa kecil di Medan, Chairil sangat rapat dengan neneknya. Keakraban ini membangun kesan luar biasa dalam hidup Chairil.



Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:


Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta


Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda ibanya pada nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.


Veni, vidi, vici adalah kalimat yang berasal dari Bahasa Latin. Kalimat ini dipopulerkan oleh Julius Ceasar, jendral dan konsul Romawi pada tahun 47 SM. Julius Caesar menggunakan kalimat ini dalam pesannya kepada Senat Romawi menggambarkan kemenangannya atas Pharnaces II dari Pontus dalam Pertempuran Zare. Kalimat yang berarti Saya datang, saya melihat, saya menang mengandung arti kemenangan mudah dan mutlak.


Ada makna luar biasa yang dapat kita ambil dari kalimat ini. Sebuah pesan moral yang telah berumur ratusan tahun dan diperuntukkan bagi mereka yang senang akan proses kesejatian. Pesan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya langkah yang dapat kita tempu selama dalam proses kesejatian. Proses kesejatian yang saya maksud adalah proses dimana ketika kita dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah secara dewasa. Itulah kemenangan hakiki.
on 6.15.2012

Penghargaan yang besar kepada Dalai Lama juga disulut oleh ide kuno orang Barat bahwa Tibet bagaikan Shangri-La yang terpencil.
"Orang Barat dilarang masuk ke Tibet dari tahun 1792-1903," ujar Hill. "Kebijakan itu menimbulkan satu misteri. Ada satu negara yang benar-benar tertutup untuk orang kulit putih.
Cerita tentang surga yang berada di bumi merupakan mitos paling abadi. Mulai dari epik bangsa Sumeria sampai kepulauan blest dalam literatur bangsa Celtic. Tema ini begitu melegenda dan berulang-ulang diangkat selama berabad-abad.

Maka tidak mengejutkan orang yang sudah modern pun memimpikan surga yang hilang dimana kesengsaraan hilang, manusia hidup dengan harmonis dengan alam dan ketika pengetahuan mengenai planet ini tersimpan secara abadi untuk generasi berikutnya. Dengan kata lain sampai ke Shangri-La.

ilustrasi shambala
Cerita tentang Shangri-La itu sendiri merupakan cerita modern yang diceritakan oleh seorang novelis terkenal dari Inggris, James Hilton dalam novelnya yang berjudul Lost Horizon pada tahun 1933. Di ceritakan dengan latar belakang Perang Dunia Kedua, buku ini memaparkan sebuah komunitas biara yang terdiri dari biksu Tibet (Lama) di lembah Tibet yang hilang yang disebut Shangri-La, memisahkan diri dari dunia dan waktu.
(tentang sahabatku)

Mungkin kita telah lupa
Tentang arah hidup yang pernah kita angankan
Pilihan pada keyakinan
Kau memilih menjadi penerobos sepi dan aku tetap pada sajakku

Ini mungkin  tidak adil
Sepi menjadikanku lelah
Sehingga aku memilih bersajak
Kau memilih menerobos sepi
Sehingga kau menjadi dogma untuk dirimu

Biarlah sajak ini tetap buta
Tidak melihat kemungkinan tapi tetap menjadi tujuan diriku
Biarlah sajak ini tetap bisu
Tidak dapat mengungkapkan asanya tapi tetap menjadi tujun diriku


on 6.14.2012

Pagi ini aku mempertanyakan identitas dari Keluarga Mahasiswa Fakultas Sastra. Apa yang salah dari lembaga mahasiswa ini dan mengapa terlihat seakan ada kemalasan untuk berlembaga dikalangan mahasiswa.

Aku mempertanyakan kondisi dan arah mahasiswa fakultas ini. Setelah ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Sastra terpilih sekarang kita diperhadapkan pada kondisi yang sangat memperihatinkan. Aktifitas mahasiswa seakan tak terlihat atau lebih tepatnya mati. Tidak salah jika banyak dosen yang berkomentar dan mengungkapkan kerinduannya pada kelas diskusi yang terbuka dan nantinya akan melahirkan para pemikir kritis dari kampus. Termasuk penulis sendiri keresahan inilah yang membuat  saya sebagai mahasiswa fakultas ini untuk tertarik ikut menghidupkan kembali nadi-nadi yang terpotong.
on 6.13.2012


Pemerintah diminta memberi perhatian lebih terhadap persoalan di Papua supaya tak terjadi blunder kebijakan. Apalagi Papua sedang menjadi sorotan internasional. "Persoalan Papua tidak hanya masalah lokal tapi sudah menjadi perhatian dunia internasional," kata Diaz Gwijangger, anggota Komisi X DPR asal Papua di gedung DPR, Senin, 7 November 2011.



Diaz menyatakan ada tiga penyebab kenapa persoalan Papua tak pernah selesai. Pertama, terkait sejarah bergabungnya Papua ke Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat 1969. Diaz menilai, masyarakat Papua memandang sejarah Pepera belum selesai hingga kini. "Pemerintah dan rakyat Papua harus segera berdialog menyikapi masalah ini," ucap Diaz.



Wakil Ketua 1 DPR Papua, Yunus Wonda menilai dengan terjadinya sejumlah aksi kriminalitas hingga menewaskan penduduk sipil yang terjadi di Kota Jayapura maupun kabupaten lain perlu menjadi perhatian semua pihak. 

Menurutnya, siapapun tak menginginkan ini terjadi pada diri sendiri, termasuk keluarga. Namun jika memang sudah terjadi, maka yang perlu dilakukan adalah bagaimana pelaku bisa terungkap.
Ini menjadi penting agar orang bisa lebih berhati-hati dan ada bentuk keadilan, khususnya bagi keluarga korban, karena pelaku nyata diberi sanksi. Baginya ini tantangan bagi peran intelijen yang ada di Papua. Peran ini harus dimainkan secara aktif terutama menyikapi kejadian yang terjadi di dalam kota. 
“Apa yang terjadi jelas sudah meresahkan banyak pihak. Peran intelijen perlu kembali dipertajam, jika tak terdeteksi maka ini menunjukkan kelemahan,” kata Yunus.

Menurutnya jika kejadian tersebut terjadi seperti di Puncak Jaya maka bukan lagi aparat di Papua yang bekerja karena telah menjadi persoalan negara. Dari berbagai aksi yang terjadi, Yunus menyarankan agar ada pendekatan-pendekatan khusus yang dilakukan untuk mengetahui siapa pelakunya, bukan dengan cara arogansi dalam pengungkapan pelaku. Sebab satu nyawa orang Papua yang jadi korban, gemanya sampai di tingkat internasional. 

Politisi Demokrat asal Puncak Jaya ini menilai pemerintah dan aparat harus meyakinkan masyarakat di Tanah Papua untuk bisa mencintai negaranya sendiri. Hindari situasi ketakutan dan  tekanan. “Bagi saya, cara-cara kekerasan ini tidak akan menyelesaikan masalah. Kedua pihak baik aparat maupun orang sipil bersenjata harus sama-sama sadar bahwa yang berhak mencabut nyawa hanya Tuhan,” tandasnya. 


Kasus di Libya hampir sama dengan kasus Timor Timur, dengan alasan HAM, Demokrasi dan PBB akhirnya Timor Timur Lepas dari Indonesia. Dibawah tekanan Australia, Amerika dan PBB atas nama HAM dan Demokrasi, akhirnya pemerintah BJ Habibie saat itu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan politik yang bertubi-tubi dari para penjajah Kapitalis yang mengincar Minyak di celah Timor. Begitu juga dengan Libya, dengan alasan HAM, AS dan sekutunya menyerang pemerintahan Khadafi padahal ujung-ujungnya ingin menguasai minyak di Libya.

Menurut pengamat militer ibu Connie Rahakundini Bakrie skenario AS menyerang Libya dan Timur Tengah sudah di rancang dari awal. Karena semua negara tersebut terdapat sumber minyak bumi yang besar. Bahkan Ibu connie menambahi kalau sasaran AS selanjutnya adalah Papua

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCybQACsSLQvCgGaLkfJrUnfKQfv_cH3NxD3hqjjYMfGQfIooO8PJPUSK7EbpRL45dPzI8I3SudlopIaEw3y6VBJUZtfzUbHtbgidXGaPbOu9ZTG-c2PbYeGwFG_UHIVH6u5AKQ6nsLSvH/s1600/connie1.jpg


Pernyataan ibu Connie pada siaran tv one sabtu 26/3 2011 bukannya tanpa dasar. Kabar Papua menjadi target AS berikutnya sudah beredar di kalangan intelejen.

Malam ini Mattulada hidup kembali.


Kegiatan internasional kembali diadakan di Kota Makassar. Bertempat di taman Benteng Rotterdam yang telah di atur sedemikian rupa oleh para panitia untuk menjadi tempat kegiatan yang menarik. Konsep sederhana tapi mewah nampaknya coba dibangun oleh panitia. Obor yang mengelilingi tempat acara menambah kesan natural pada malam ini. Tidak nampak kesan berlebihan tapi sangat berkesan bagi para hadirin.

Rumata’ menghadirkan Makassar International Writers Festival (MIWF) tanggal 13-17 Juni 2012 di Makassar. Rumahta' yang di pelopori oleh sutradara terkenal yang juga putra daerah Bapak Riri Riza bekerja sama dengan pemerintah Kota Makassar dan Bosowa Foundation kembali menggelar kegiatan ini untuk kedua kalinya.

Kegiatan yang dibuka dengan tari Asseqre oleh tim penari Bataragowa dan dibantu oleh mahasiswa asing yang mengikuti pertukaran mahasiswa yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Jadilah opening ceremony acara ini sangat meriah meskipun ditampilkan dengan kesan sederhana tapi tetap membuat hadirin merasa senang berada ditempat ini. Acara yang dibuka pukul 20.30 WITA menghadirkan penulis dari beberapa negara antara lain dari Amerika, Australia, Singapura, Malaysia dan beberapa negara lain serta penulis lokal maupun dalam negeri.

Sambutan pertama dari Ibu Lili YF sebagai salah seorang kreator kegiatan ini membawa kita pada satu arahan bijak mengenai makna kegiatan ini. Dalam sambutannya Ibu Lili mengatakan bahwa ini merupakan proses kebudayaan dan juga merupakan wadah untuk mempertemukan para penulis. Pada kesempatan ini juga kita akan mengenang kembali sosok Mattulada dan mendokumentasikan sosok-sosok pemikir dari tanah kita sendiri. Sebagai penutup, tidak lupa Ibu Lili mengucapkan terima kasih kepada para sponsor yang telah membatu suksesnya acara ini. 

Pada kesempatan yang lain, di atas panggung Riri Riza dengan senyum khasnya mengatakan bahwa saat ini Rumahta' telah menjadi rumah bagi siapa saja. Dalam sambutannya Riri Riza lebih banyak memberikan ucapan terima kasih kepada para tim pekerja yang telah menyukseskan kegiatan ini termasuk rasa bangganya kepada para mahasiswa asing dari program beasiswa pemerintah yang turut berpartisipasi pada kesempatan ini. Luar biasa kata Riri Reza di penutup sambutannya.

Tidak ketinggalan Wali Kota Makassar turut menyumbangkan buah pikirannya tentang kegiatan ini melalui sambutannya. Semangat baru yang coba dibangun untuk kejayaan sastra di tanah Makassar dan Indonesia pada umumnya.

Sebuah video dokumenter tentang Alm. Mattulada diperlihatkan dan berhasil membangun rasa bangga dan kagum kepada mendiang. Sosok sederhana yang terus hidup lewat karyanya hingga saat ini. Beliau tidak meninggalkan apapun selain buah pemikiran dan karyanya yang megabadi.

Denyut sastra di Kota Makassar malam ini sangat terasa .A Tribute to Mattulada menjadi spirit bagi para generasi muda untuk dapat mengikuti jejak Mattulada. sosok bersahaja yang hasil karyanya tetap abadi hingga kini.

Pada penutupan acara malam ini. Terbersit rasa bangga bagi penulis dapat menimbah ilmu di Fakultas Sastra. Fakultas yang sempat dipimpin oleh Alm. Mattulada.
on 6.12.2012
 
Salah
Rupanya aku tak peka
Biarlah gelap menjadi gulita
Jangan salahkan siapa
Aminkan saja doa
Meski kali ini Tuhan cukup tuli

Disini saja
Kita nikmati sesal
Sesaat terhanyut sepi dan mati membisu
Kadang memang kita perlu memadu asmara di kelamin Tuhan

Ruang Angkasa Juni 2012

Keindahan alam selalu menyimpan misteri.

Aku. Mencintai keajaiban dan selalu melihat dari sisi yang berbeda. Kemungkinan selalu aku perhitungkan dan itu yang membuatku kadang sedikit gegabah tapi bagiku tantangan itu jauh lebih menantang. Aku suka bermain dengan imajinasi bahkan kadang mempermainkan hidupku sendiri tapi bukan berarti aku benci serius. Aku senang menjadi aku karena dengan sifatku yang seperti ini membuatku menjadi sedikit lebih senang. 

Gelisah yang setiap saat menjelma menjadi bayangan berhasil menjadikan aku orang yang tidak pernah tenang. Takut. Kadang juga ada tapi setidaknya aku mampu meredam dengan ketenangan yang tidak aku tahu dari mana asalnya. Sejak kecil orang menuduh aku authis, menginjak remaja mereka mengatakan aku psikopat dan sekarang saat proses menuju dewasa mereka kembali menuduhku gila. Aneh tapi nyata kurasa.

Di rintik ini
Aku menunggu
Abadi dalam dekap malam
Angin dan dingin menjadi rupa
Dan biarkanlah cinta menjadi alasan
Sebab aku tak tahu seperti apa jawaban

Nisan lebih dulu menancap
Tidak usah menunggu hujan
Kembalilah menuju belantara angan
Biarlah bayangan yang menunggu rintik ini reda


Di rintik ini
Aku menunggu
Abadi dalam dekap malam

Makassar Juni 2012
on 6.07.2012
Kembali gelisah dikamar ini
Gelisah yang aku pelihara bermusim lamanya
Gelisah yang mengibaratkanku gila
Gelisah yang mengajarkanku liar
Gelisah yang menodai shalatku
Gelisah diranjang dan dinding kamarku
Gelisah yang membatku lapar
Gelisah pada celana dalamku yang berserakan di lantai
Gelisah pada poster Guevara yang mengabadi di dinding kamarku
Gelisah pada lemari coklat tuaku
Gelisah pada lobang kecil di sisi kanan kamarku
Gelisah pada puntung rokokku yang kusembunyikan di bawah ranjangku
Bahkan gelisah pada Tuhanku
Gelisah oh gelisah
Pada siapa aku memadu kasih untuk meredam gelisahku
Pada secawan arak atau bius saja yang kukomatkan tiap senja
Gelisah oh gelisah
Gelisah ini milik siapa
Apakah hanya milikku atau milikmu semua yang menggelisahkan hidupnya

Makassar Juni 2012


on 6.03.2012



A.            Karya Sastra Bentuk Prosa

Karangan prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang bersifat bukan sastra. Yang bersifat sastra merupakan karya sastra yang kreatif imajinatif, sedangkan karya sastra yang bukan astra ialah karya sastra yang nonimajinatif.

6.29.2012

Penutup Senja

Diposting oleh Unknown di 04.06 1 komentar

Penutup senja
Aku ingin berdiri dalam badai
Menemani bayangan yang memaku langit
Dalam diam aku mencoba serius menikmatinya
Cukup sederhana
Aku mencintai senja ini

Senja Juni 2012

6.28.2012

Berhenti di Kepongahan

Diposting oleh Unknown di 12.51 0 komentar
Kesaksian seorang pelacur

Berhentilah
Berhenti di kepongahan
Sesaat kau tersadar dan melihat kemungkinan
Terjebak dan tersesat adalah pilihan
Mungkin Tuhan sudah terlalu tua
Hingga kau merasa bebas untuk pongah

Malam Juni 2012

Ketika Legislator Mengajarkan Kiat Korupsi Tingkat Cerdas

Diposting oleh Unknown di 12.16 0 komentar

Hanya catatan disepotong malam ini

Setelah kembali dari acara makan malam di Kampoeng Popsa dengan pemain film Jejak-Jejak Kecil yang di sutradarai oleh Arman Dewarti.  Di Gedung Kesenian Sulawesi Selatan Societeit de Harmonie ada diskusi tidak sengaja dengan beberapa anggota dewan kota Makassar dan Badan Pengurus Gedung Keseniaan serta beberapa orang yang sering datang ke gedung peninggalan Belanda ini. 
Sebagai yang paling muda saya hanya banyak mendengar apa yang menjadi topik pembahasan mereka. Mulai dari peluncuran film di bioskop balikota siang tadi, juga menyinggung soal seniman proyek hingga gedung keseniaan yang belum tuntas pembangunannya setelah empat tahun direnovasi. Namun ada sedikit yang membuat saya taqbangka silalonna, diskusi yang tidak dimoderatori oleh sipapun ini memaksa salah satu dari anggota dewan yang datang membahas mengenai cara pelolosan anggaran. Sebenarnya tidak jadi masalah cuman dari pembahasannya, seakan beliau mengajari masyarakat untuk memperbodohi pemerintah dan bagaimana memainkan anggaran di dinas terkait.

*****

Alangkah tidak beresnya negara ini. Ketika legislator di harapkan mampu menjadi pengayom bagi masyarakat justru hadir dan mengajarkan apa yang telah mereka terima dan kerjakan. Tidak perlu heran mangapa negara ini dituding sebagai negara gagal. Karena jika melihat kelakuan legislator kita yang seperti itu maka rasanya memang benar tudingan tersebut. Bukan berarti saya sepakat namun karena saya tidak punya alasan untuk tidak membenarkan. 
Tuhan sebenarnya adil cuman kadang manusilah yang mengadili Tuhan. Bahkan di tempat seperti gedung kesenian ini, praktek pengajaran korupsi juga berlaku. Bukan tidak mungkin kelak para seniman hanya akan sibuk mengurusi proyeknya saja dan melupakan apa sebenarnya tujuan dari berkeseniaan itu. Imbasnya kelak akan terjadi proses regenerasi yang tidak sehat dikalangan para seniman. Semoga saja catatan ini hanyalah ketakutanku saja atau mungkin juga memang itu sudah terjadi dan mungkin saja aku yang memang terlalu paranoid menanggapinya. Entahlah.

6.27.2012

Seperti Aku

Diposting oleh Unknown di 09.50 0 komentar
Liar
Dikucilkan dan harus terasing dari kehidupan
Sesat
Hidup mengajarkan seperti ini
Keras
Jangan berharap hidupmu sederhana

Seperti aku

Malam Juni 2012

Rakyat: Mengamuklah Demi Terbitnya Cahaya

Diposting oleh Unknown di 09.36 2 komentar

Mengapa harus diam jika kita punya hak untuk menyuarakan apa pendapat kita. Bukankah kita terlahir sebagai manusia yang ditantang untuk dapat hidup dengan perdamaian dan kebenaran. Ya, benar bukan hanya benar bahwa kita hidup tapi benar kita menghidupkan apa yang seharusnya hidup. Perlawanan adalah salah satu bentuk pertahanan diri paling aman dan paling mudah. Mudah karena hanya membutuhkan idealisme dan keberanian yang setiap orang milikinya. Termasuk anda yang sedang membaca pesan ini. Anda harus melawanan kepada apa saja yang harus kita lawan.

Jika kita masih bertanya lagi tentang mengapa harus melawan. Itu karena tidakada yang dapat melindungi diri kita selain diri kita sendiri. Jangan berharap kepada pemerintah dan aparat akan melindungi dirimu. Di negara seperti Indonesia, jika kamu tak bermodalkan uang untuk menelanjangi hukum maka hukum itu yang akan menelanjangimu.

6.26.2012

Malcolm X: Dari Mafia Jalanan Menuju Imam Masjid

Diposting oleh Unknown di 17.51 0 komentar

Malcolm X adalah tokoh Islam dari kaum Afrika-Amerika. Ketokohannya dapat disandingkan dengan Dr. Martin Luther King yang berjuang menghapus segala macam diskriminasi lebih-lebih yang menimpa kaum Afrika-Amerika yang sering dikonotasikan dengan kaum negro yang terdiskriminasikan.
"Saya tahu masyarakat seringkali membunuh orang-orang yang berusaha mengubah mereka menjadi lebih baik. Jika saya mati dengan membawa cahaya bagi mereka dengan membawa kebenaran hakiki yang akan menghancurkan kanker rasisme yang menggerogoti tubuh Amerika Serikat (AS) semua itu terserah kepada Allah SWT. Sementara itu kesalahan atau kekhilafan dalam upaya saya itu semata-mata adalah dari saya sendiri". Demikianlah pesan terakhirnya dalam buku "Malcolm X", Sebuah Otobiografi yang ditulis oleh Alex Harley.
Malcolm X lahir pada tanggal 19 Mei 1925 di Omaha, Nebraska dengan nama asli Malcolm Little. ibunya bernama Louise Little dan ayahnya bernama Pendeta Earl, seorang pendeta baptis dan anggota UNIA (Universal Negro Improvement Association) yakni sebuah organisasi yang dirintis oleh Marcos Aurelius Garvey untuk mewadahi perbaikan hidup bagi orang orang negro.

Di Mata Tuhan yang Kau Syukuri

Diposting oleh Unknown di 09.53 0 komentar
Semakin dekat

Mereka bersyukur dengan keberadaan Tuhan
Bersyukur pada Tuhannya yang ada
Tuhan ada dan mereka bersyukur
Ada Tuhan di matamu yang bersyukur
Di mata Tuhan yang kau syukuri
Letakkan matamu dan bersyukur pada Tuhan


Malam Juni 2012

6.24.2012

Kenangan Hingga Akar Akalku

Diposting oleh Unknown di 09.10 0 komentar
Kembali kita bermain pada kenangan
Dan senja selalu menjadi penawar rindu gelapku
Sebab sehabis adzan ini aku kembali mengepul malam
Lalu pulang ke kumuhanku sebagai pesakitan yang menodai air mata
Hingga larut jauh kedalam sepi
Lelap dan saat kembali terjaga maka bayangan itu lagi
Ya, bayangan yang telah lama menepi
Cukup jauh menepi namun sisanya nampak sempurna sebagai kenangan

Pada hitam tabirmu
Ada pukat yang akan menggagalkan pelarianku
Sebab terlalu erat kau tambatkan kenangan hingga akar akalku
Merasuk sampai ke sukma yang terdalam
Dan pada akhirnya kembali lagi pada tabirmu

Wahai penikmat kenangan
Seperti sajak yang lalu
Kini kita telah menjadi buih dalam benih angan masa lalu
Jangan mengutuk diri dalam doa
Apa lagi mempertanyakan klausa cintaku
Karena ini bukan suatu pengharapan lagi

Kau tak akan menemukan kisah serupa dalam catatan harianku
Sebab kisah ini yang telah meludahi debuku
Mengasingkanku ketepi sesal
Sehingga aku tidak layak lagi mengenang kenangan ini


Makassar Mei 2011

6.23.2012

MENGUKIR KENANGAN TAHUN BERLALU

Diposting oleh Unknown di 21.26 0 komentar

Kado Hari Jadi ke-39  Study Teater Tambora
Puisi Udhin Palisuri 

menjelma dari masa silam
berpelukan abadi,  bulan dan matahari
mengurai  laut  makna , tersenyum  pengertian
kecantikan hati  bersulam benang cinta
 
separuh nafas telah pergi
mengukir kenangan tahun berlalu
bergelut dengan  permainan  kehidupan
sandiwara  sebabak, berdarah luka, air mata

Study Teater Tambora
sebuah nama, sebaris kata
sekuntum  cinta, setumpuk cita-cita
sebuah kekuatan, ruh dalam  jiwa

menjadi diri sendiri  itu mandiri
menembus zaman menggali tradisi
menguak rahasia cinta, rindu tak bertepi
berkesenian membaca nasib manusia
 
Hari ulang tahun  berselimut cinta
39 tahun usia Study Teater Tambora
melintasi panggung, berteriak kepada dunia
menghamburkan  kata melantun  santun
membentak dengan  marah  penuh amarah
inilah  permainan akting, merenungi kehidupan
peradaban yang indah, kemisikinan kita

musim berganti , sekarang  orang tak punya rasa malu
menabur kesombongan, korupsi menjadi kebudayaan
sastra menulis  demokrasi, teater mengajarkan filsafat
membagi kasta, kelompok  seni  semakin kocak dan kacau
maaf, pertemuan ini  untuk  seniman lokal, amat sederhana   
puisi  untuk rakyat, seniman  menghormati  persahabatan
globalisasi  kotori  wajah lontara’dan  pesan leluhur
kembali kepada  adat  istiadat, persaudaraan sejati
mencintai rakyat,  jangan saling membenci  melukai hati
kita semua bersaudara, …hingga nanti, …  sampai  mati.

Malang,24 Juni 2012



6.22.2012

Masih Tentang Senja

Diposting oleh Unknown di 17.31 0 komentar
Untuk kisahku yang satu ini

Masih tentang senja
Dermaga ini lagi
Jauh sudah aku kenangkan
Tempatku menghamburkan jejak keromantisan kisah
Setelah lama memungkiri kemungkinan sesal

Senja ini lagi
Tetap gagal menghadirkanmu kembali
Dalam suntuk aku masih mendogma cinta
Mengutuk batin jauh paling dalam
Biarlah kerapuhanku mengairi sukma yang tak mengharap kemungkinan lagi
Sebab cinta tidak datang sesaat
Namun abadi sebagai kisah

Senja Juni 2012

Biar Kumuh Surga Ini

Diposting oleh Unknown di 08.19 0 komentar
Menatap Lirih sekali lagi
Sehabis pulang menempurkan diri di ayunan laga
Hitam dan pekat jubah kematian
Semakin kuserahkan ajalku
Liang tak pernah cukup
Dan waktu seakan tak melirik pada kemiskinanku

Biar kumuh surga ini
Tetaplah menganggapnya istana
Tidak dibuat dari penghianatan api dari panasnya dan keterasingan air dari muaranya

Seperti janjiku pada kelam
Kelak kita akan bersua dalam irama ini lagi
Kuharap kau tetap setia pada nanar ini
Ya pada nanar yang kau peruntukkan secara sempurna di siang itu
Sesaat kemudian aku menerima ajal dan kau mengangapku hina


Terowongan Kota Juni 2012

Kesaudaraan Kita Pada Tuhan

Diposting oleh Unknown di 01.21 0 komentar
Kembali tentang Tuhan
Terbiasa diam
Lihat dan dengar belum mencukupi pada tatanan
Pada perdebatan warung kopi
Larut hingga aku tahu kemurnian dosa itu sendiri

Alasan pada kekuatan hati
Nurani tak mampu menolak kesaudaraan kita pada Tuhan
Seperti bayangan yang abadi antara manusia dan dirinya

Terima kasih
Tuhan lagi yang ada


Maperwa Sastra Juni 2012

6.21.2012

Bunuh

Diposting oleh Unknown di 17.47 0 komentar
Bunuh
Lama berdiri mematung janji
Memahat mimpi dan akhirnya menyusut juga dalam kantuk

Bunuh
Lama terlihat dalam seri
Kehilangan mata dan arah kau persempit
Liang saja kau buka dan luangkan dia dalam sana
Seperti bayi dan rahimnya
Maka kembalilah dia dalam takdir sebagai penanggung turunan

Pagi Juni 2012

6.20.2012

Sebagian Kisah Arung Palakka di Tanah Batavia

Diposting oleh Unknown di 22.22 4 komentar

JAUH sebelum menaklukan Sultan Hasanuddin di Selat Buton, Arung Palakka adalah seorang jagoan tanpa tanding yang ditakuti di seantero Batavia. Lelaki gagah berambut panjang dan matanya menyala-nyala ini memiliki nama yang menggetarkan seluruh jagoan dan pendekar di Batavia. Keperkasaan seakan dititahkan untuk selalu bersemayam bersamanya. Pria Bugis dengan badik yang sanggup memburai usus ini sudah malang melintang di Batavia sejak tahun 1660, ketika ia bersama pengikutnya melarikan diri dari cengkeraman Makassar.
Batavia di abad ke-17 adalah arena di mana kekerasan seakan dilegalisir demi pencapaian tujuan. Di masa Gubernur Jenderal Joan Maetsueyker, kekerasan adalah udara yang menjadi napas bagi kelangsungan sistem kolonial. Kekerasan adalah satu-satunya mekanisme untuk menciptakan ketundukan pada bangsa yang harus dihardik dulu agar taat dan siap menjadi sekrup kecil dari pasang naik kolonialisme Eropa. Kekerasan itu seakan meneguhkan apa yang dikatakan filsuf Thomas Hobbes bahwa manusia pada dasarnya jahat dan laksana srigala yang saling memangsa sesamanya. Pada titik inilah Arung Palakka menjadi seorang perkasa bagi sesamanya.
Aku menemukan nama Arung Palakka saat membaca sebuah arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Barusan, aku juga membaca sebuah novel yang berisikan data sejarah tentang Batavia di masa silam dengan sejarah kelam yang membuat bulu kuduk bergidik. Selama beberapa hari ini, sejarah Batavia seakan berpusar terus di benakku. Berbagai referensi itu menyimpan sekelumit kisah tentang pria yang patungnya dipahat dan berdiri gagah di tengah Kota Watampone.
Arung Palakka adalah potret keterasingan dan menyimpan magma semangat yang menggebu-gebu untuk penaklukan. Ia terasing dari bangsanya, bangsa Bugis yang kebebasannya terpasung. Namun, ia bebas sebebas merpati yang melesat dan meninggalkan jejak di Batavia. Ia sang penakluk yang terasing dari bangsanya. Malang melintang di kota sebesar Batavia, keperkasaannya kian membuncah tatkala ia membangun persekutuan yang menakutkan bersama dua tokoh terasing lainnya yaitu pria Belanda bernama Cornelis Janszoon Speelman dan seorang Ambon yang juga perkasa bernama Kapiten Jonker. Ketiganya membangun persekutuan rahasia dan memegang kendali atas VOC pada masanya, termasuk monopoli perdagangan emas dan hasil bumi.

6.19.2012

Tallu Cappa': Falsafah Adat Bugis-Makassar

Diposting oleh Unknown di 09.53 0 komentar
Salah satu identitas yang dimiliki oleh manusia Bugis-Makassar adalah merantau. Melakukan perjalanan dan menetap di tempat lain untuk mencari kehidupan. Selain dikenal sebagai perantau, manusia Bugis-Makassar juga dikenal dengan kehebatannya dalam mengarungi lautan. Tidak salah jika mereka dijuluki pelaut ulung. Ada kebiasaan yang dipegang teguh oleh orang tua ketika melepas anaknya ke perantauan. Para orang tua tidak hanya membekali anak mereka dengan uang tapi ada tallu cappa' mereka sematkan di hati anak mereka. 

"Jika ini gagal, sorongi lasonu (sorong kemaluanmu) dengan kata lain kawini putri raja, ketua adat, atau mereka yang berpengaruh di negeri tersebut" 

Dalam pappasang to riolo (pesan para leluhur) dikatakan: “Nia tallu cappa’ bokonna to lampaiyya, iyamintu: Cappa’ lila, Cappa’ laso, Cappa’ badi’. (Ada tiga ujung yang harus menjadi bekal bagi yang bepergian, yaitu ujung lidah, ujung kemaluan, dan ujung badik). 

Untuk Perempuanku

Diposting oleh Unknown di 08.39 0 komentar
Perempuanku. Kau tahu apa makna cinta itu. Bukan soal rasa dan asa. Tapi ada proses pendewasaan yang diajarkan kepada kita. Saat kau tak bisa menerima kenyataan secara dewasa, bukan jawaban inilah aku tapi proses dimana kau akan mengerti bahwa segala sesuatu ini hanyalah sementara. Kini aku mungkin tak bertuhan lagi tapi pembelajaran seperti itu adalah proses dimana kau akan menyadari siapa dirimu dan apa makna kehadiramu bagi orang lain. Bukankah kita pernah bertemu dan membahas tentang banyak hal. Seperti inilah aku. Meskipun kadang aku dipersalahkan tapi biarlah toh aku tetap dapat menilai bagai mana dirimu yang sebenarnya. 


Perempuanku. Kau telah tahu kebekuanku selama ini tapi mengapa kau tetap menjadi pembeku itu. Mencairlah agar aku tidak dapat mengelak ketika kau mengajakku untuk ikut dalam pencairan itu. Layaknya kisah cinta yang lain, kita hanya bermain di perasaan dan tidak pernah mencoba untuk keluar dari sini. Lihatlah ada banyak hal yang sebenarnya dapat kita lakukan termasuk menikmati kesendirian seperti yang sering aku lakukan.

6.18.2012

Doa

Diposting oleh Unknown di 10.43 0 komentar
Dalam sujud aku mengetuk pintu
Sebab dayaku tak kuasa menahan tibamu
Lama aku mengutuk diri dalam serambi suci
Sesaat aku sadar
Sejauh apapun aku liar
Lekat paling dalam adalah namamu


Malam Juni 2012

Kataku: Malam Pulanglah

Diposting oleh Unknown di 10.09 0 komentar


Malam pulanglah
Sejenak kita bersajak di taman angan
Dan mengisap cerutu lagi sambil menertawakan ajal yang menguntit kita
Sebab kita tahu kelam akan tetap seperti ini

Malam pulanglah
Berikan kesempatan bagi pelacur jalang untuk menjajakkan kemaluannya
Dan hidung belang akan memilih kemaluan yang mana lagi akan ia nikmati malam ini 
Seperti kau yang selalau menikmati kepolosan senja

Malam pulanglah
Jangan berorasi di depan gedung parlemen itu sebab mereka semua adalah tukang orasi
Dan suatu waktu pada kelas besar ia akan mengisi pengetahuan tentang kiat korupsi kelas cerdas
Yang tidak diajarkan Tuhan kepada nabinya
Yang tidak diajarkan nabi kepada ummatnya 

Malam pulanglah
Biarkan presiden sejenak beristirahat dari ketakutannya saban hari
Dan bermimpi agar negara ini akan menjadi surga bagi mereka yang bernama rakyat
Bermimpi agar tidak ada konflik agama, suku dan wilayah lagi
Bermimpi agar tidak ada lagi pencuri dikantor sendiri
Bermimpi agar kasus makar negara ini dapat diselesaikan
Karena presiden keenakan mengurusi pidato yang akan ia bacakan tiap diperayaan kemerdekaan
Dan kita terpaksa menerima semua ini sebagai kutukan turunan


Malam aku tak tahu pada siapa aku akan mengadu
Ketika Tuhan mulai mengeluh dan manusia menjadi lugu
Aku hanya berharap subuh juga tidak menolak hadir
Agar adzan berkumandang dan kita bangun lagi
Menikmati rutinitas palsu kita lagi


Malam Juli 2012

Biografi Taufik Ismail

Diposting oleh Unknown di 09.03 0 komentar

Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukittinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Pada tahun 1956–1957 ia memenangkan beasiswa American Field Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia.

Pendiri majalah sastra Horison (1966) dan Dewan Kesenian Jakarta (1968) ini berobsesi mengantarkan sastra ke sekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi.

Taufiq Ismail, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963, sekarang Institut Pertanian Bogor. Selain telah menerima Anugerah Seni Pemerintah RI juga menerima American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57).

Biografi Ali Akbar Navis

Diposting oleh Unknown di 08.34 0 komentar

Siapa yang tidak kenal Ali Akbar Navis atau yang kerap disapa A.A. Navis? Pasti semua mengenal salah satu sosok terkemuka di kalangan sastrawan Indonesia. Pria kelahiran Kampung Jawa, Padangpanjang, 17 November 1924, ini adalah orang yang asal ceplas-ceplos. Kritik-kritik sosialnya yang pedas mengalir bagaikan air dan jujur apa adanya agar lebih membangkitkan kesadaran setiap pribadi agar hidup lebih bermakna.
“Yang hitam itu hitam dan yang putih adalah putih.” itulah kata yang sering diucapkan olehnya. Tetapi mungkin kata-kata ini sudah jarang kita dengar, karena pencetus kata-kata tersebut telah kembali kepada yang Kuasa pada umur hampir 79 tahun, sekitar pukul 05.00, Sabtu 22 Maret 2003, di Rumah Sakit Yos Sudarso, Padang. Dunia sastra Indonesia kehilangan salah seorang sastrawan besar. Beliau meninggalkan satu orang isteri Aksari Yasin yang dinikahi tahun 1957 dan tujuh orang anak yakni Dini Akbari, Lusi Bebasari, Dedi Andika, Lenggogini, Gemala Ranti, Rinto Amanda, dan Rika Anggraini serta sejumlah 13 cucu. Ia dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tunggul Hitam, Padang.

6.17.2012

Biografi WS Rendra

Diposting oleh Unknown di 20.57 0 komentar

Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.

Sutardji Calzoum Bachri

Diposting oleh Unknown di 20.17 0 komentar

Sutardji Calzoum Bachri (lahir di Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941; umur 68 tahun) adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.

Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra. Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.

Biografi Sapardi Djoko Damono

Diposting oleh Unknown di 20.13 0 komentar

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 69 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.

Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan Widyaningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Biografi Widji Thukul

Diposting oleh Unknown di 20.06 0 komentar

Widji Thukul, bernama asli Widji Widodo, lahir di kampung Sorogenen Solo, 26 Agustus 1963 dari keluarga tukang becak. Mulai menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP. Bersama kelompok Teater Jagat, ia pernah ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota. Sempat pula menyambung hidupnya dengan berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel. Pendidikan tertinggi Thukul Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) jurusan tari sampai kelas dua lantaran kesulitan uang. Kendati hidup sulit, ia aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Kalangan, tempat ia dan anak istrinya tinggal.
Lalu muncullah peristiwa kekacauan 27 Juli 1996. Thukul, Budiman Sujatmiko, dan Pius Lustri Lanang menjadi buronan utama pemerintah. Hal ini cukup mengejutkan dan kurang jelas hingga sekarang, karena Thukul sesungguhnya bukan pada 'kaliber' kedua buronan yang lain. Artinya, Budiman dan Pius sudah jadi aktivis taraf nasional, sementara Thukul hanyalah seniman lokal yang potensi ancamannya pada pemerintah tak begitu besar. Sejak itu, Budiman ditahan, diadili, dan dipenjarakan; Pius diculik orangnya Tim Mawar, Kopassus (Kopassus saat itu dipimpin oleh Prabowo Subianto sebagai komandan) ; sedangkan Tukul hilang – konon juga dihilangkan oleh Tim Mawar Kopassus. Secara resmi, Thukul masuk daftar orang hilang pada tahun 2000.

Biografi Pramoedya Ananta Toer

Diposting oleh Unknown di 19.56 1 komentar

Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya ialah guru dan ibunya ialah pedagang nasi. Ia meneruskan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya dan bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan seringkali ditempatkan di Jakarta di akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen dan buku sepanjang karir militernya dan dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948dan 1949. Pada 1950-an ia sanggup tinggal di Belanda sebagai bagian program pertukaran budaya, dan saat kembalinya ia menjadi anggota Lekra, organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Ini menciptakan friksi antara dia dan pemerintahan Soekarno.
Hoakiau di Indonesia
Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia, dan pada saat yang sama mulai berhubungan erat dengan para penulis di China. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat menyurat dengan penulis Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia. Ia merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Chinanya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau-pulau di sebeluah timur Indonesia.

Kumpulan Puisi Chairil Anwar

Diposting oleh Unknown di 19.44 0 komentar


PRAJURIT JAGA MALAM 

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

1948
Siasat,
Th III, No. 96

Biografi Chairil Anwar Sang Binatang Jalang

Diposting oleh Unknown di 19.23 0 komentar


Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapaknya bercerai, dan ayahnya menikah kembali. Setelah perceraian itu, saat habis SMA, Chairil ikut dengan ibunya ke Jakarta. Semasa kecil di Medan, Chairil sangat rapat dengan neneknya. Keakraban ini membangun kesan luar biasa dalam hidup Chairil.



Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:


Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta


Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda ibanya pada nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.

Veni Vidi Vici

Diposting oleh Unknown di 10.54 0 komentar


Veni, vidi, vici adalah kalimat yang berasal dari Bahasa Latin. Kalimat ini dipopulerkan oleh Julius Ceasar, jendral dan konsul Romawi pada tahun 47 SM. Julius Caesar menggunakan kalimat ini dalam pesannya kepada Senat Romawi menggambarkan kemenangannya atas Pharnaces II dari Pontus dalam Pertempuran Zare. Kalimat yang berarti Saya datang, saya melihat, saya menang mengandung arti kemenangan mudah dan mutlak.


Ada makna luar biasa yang dapat kita ambil dari kalimat ini. Sebuah pesan moral yang telah berumur ratusan tahun dan diperuntukkan bagi mereka yang senang akan proses kesejatian. Pesan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya langkah yang dapat kita tempu selama dalam proses kesejatian. Proses kesejatian yang saya maksud adalah proses dimana ketika kita dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah secara dewasa. Itulah kemenangan hakiki.

6.15.2012

Menyingkap Tabir Rahasia di Tibet

Diposting oleh Unknown di 11.11 0 komentar

Penghargaan yang besar kepada Dalai Lama juga disulut oleh ide kuno orang Barat bahwa Tibet bagaikan Shangri-La yang terpencil.
"Orang Barat dilarang masuk ke Tibet dari tahun 1792-1903," ujar Hill. "Kebijakan itu menimbulkan satu misteri. Ada satu negara yang benar-benar tertutup untuk orang kulit putih.

Apakah benar Kerajaan Surga Dunia Ada?

Diposting oleh Unknown di 10.55 0 komentar
Cerita tentang surga yang berada di bumi merupakan mitos paling abadi. Mulai dari epik bangsa Sumeria sampai kepulauan blest dalam literatur bangsa Celtic. Tema ini begitu melegenda dan berulang-ulang diangkat selama berabad-abad.

Maka tidak mengejutkan orang yang sudah modern pun memimpikan surga yang hilang dimana kesengsaraan hilang, manusia hidup dengan harmonis dengan alam dan ketika pengetahuan mengenai planet ini tersimpan secara abadi untuk generasi berikutnya. Dengan kata lain sampai ke Shangri-La.

ilustrasi shambala
Cerita tentang Shangri-La itu sendiri merupakan cerita modern yang diceritakan oleh seorang novelis terkenal dari Inggris, James Hilton dalam novelnya yang berjudul Lost Horizon pada tahun 1933. Di ceritakan dengan latar belakang Perang Dunia Kedua, buku ini memaparkan sebuah komunitas biara yang terdiri dari biksu Tibet (Lama) di lembah Tibet yang hilang yang disebut Shangri-La, memisahkan diri dari dunia dan waktu.

Aku Tetap pada Sajakku

Diposting oleh Unknown di 05.01 0 komentar
(tentang sahabatku)

Mungkin kita telah lupa
Tentang arah hidup yang pernah kita angankan
Pilihan pada keyakinan
Kau memilih menjadi penerobos sepi dan aku tetap pada sajakku

Ini mungkin  tidak adil
Sepi menjadikanku lelah
Sehingga aku memilih bersajak
Kau memilih menerobos sepi
Sehingga kau menjadi dogma untuk dirimu

Biarlah sajak ini tetap buta
Tidak melihat kemungkinan tapi tetap menjadi tujuan diriku
Biarlah sajak ini tetap bisu
Tidak dapat mengungkapkan asanya tapi tetap menjadi tujun diriku

Diposting oleh Unknown di 03.02 0 komentar

6.14.2012

Identitas Angkatan Muda Keluarga Mahasiswa Fakultas Sastra UH

Diposting oleh Unknown di 19.48 0 komentar

Pagi ini aku mempertanyakan identitas dari Keluarga Mahasiswa Fakultas Sastra. Apa yang salah dari lembaga mahasiswa ini dan mengapa terlihat seakan ada kemalasan untuk berlembaga dikalangan mahasiswa.

Aku mempertanyakan kondisi dan arah mahasiswa fakultas ini. Setelah ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Sastra terpilih sekarang kita diperhadapkan pada kondisi yang sangat memperihatinkan. Aktifitas mahasiswa seakan tak terlihat atau lebih tepatnya mati. Tidak salah jika banyak dosen yang berkomentar dan mengungkapkan kerinduannya pada kelas diskusi yang terbuka dan nantinya akan melahirkan para pemikir kritis dari kampus. Termasuk penulis sendiri keresahan inilah yang membuat  saya sebagai mahasiswa fakultas ini untuk tertarik ikut menghidupkan kembali nadi-nadi yang terpotong.

6.13.2012

Tiga Penyebab Utama Kasus Papua Tidak Pernah Selesai

Diposting oleh Unknown di 22.45 1 komentar


Pemerintah diminta memberi perhatian lebih terhadap persoalan di Papua supaya tak terjadi blunder kebijakan. Apalagi Papua sedang menjadi sorotan internasional. "Persoalan Papua tidak hanya masalah lokal tapi sudah menjadi perhatian dunia internasional," kata Diaz Gwijangger, anggota Komisi X DPR asal Papua di gedung DPR, Senin, 7 November 2011.



Diaz menyatakan ada tiga penyebab kenapa persoalan Papua tak pernah selesai. Pertama, terkait sejarah bergabungnya Papua ke Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat 1969. Diaz menilai, masyarakat Papua memandang sejarah Pepera belum selesai hingga kini. "Pemerintah dan rakyat Papua harus segera berdialog menyikapi masalah ini," ucap Diaz.

Kekerasan Tidak Akan selesaikan Masalah di Papua

Diposting oleh Unknown di 22.26 0 komentar



Wakil Ketua 1 DPR Papua, Yunus Wonda menilai dengan terjadinya sejumlah aksi kriminalitas hingga menewaskan penduduk sipil yang terjadi di Kota Jayapura maupun kabupaten lain perlu menjadi perhatian semua pihak. 

Menurutnya, siapapun tak menginginkan ini terjadi pada diri sendiri, termasuk keluarga. Namun jika memang sudah terjadi, maka yang perlu dilakukan adalah bagaimana pelaku bisa terungkap.
Ini menjadi penting agar orang bisa lebih berhati-hati dan ada bentuk keadilan, khususnya bagi keluarga korban, karena pelaku nyata diberi sanksi. Baginya ini tantangan bagi peran intelijen yang ada di Papua. Peran ini harus dimainkan secara aktif terutama menyikapi kejadian yang terjadi di dalam kota. 
“Apa yang terjadi jelas sudah meresahkan banyak pihak. Peran intelijen perlu kembali dipertajam, jika tak terdeteksi maka ini menunjukkan kelemahan,” kata Yunus.

Menurutnya jika kejadian tersebut terjadi seperti di Puncak Jaya maka bukan lagi aparat di Papua yang bekerja karena telah menjadi persoalan negara. Dari berbagai aksi yang terjadi, Yunus menyarankan agar ada pendekatan-pendekatan khusus yang dilakukan untuk mengetahui siapa pelakunya, bukan dengan cara arogansi dalam pengungkapan pelaku. Sebab satu nyawa orang Papua yang jadi korban, gemanya sampai di tingkat internasional. 

Politisi Demokrat asal Puncak Jaya ini menilai pemerintah dan aparat harus meyakinkan masyarakat di Tanah Papua untuk bisa mencintai negaranya sendiri. Hindari situasi ketakutan dan  tekanan. “Bagi saya, cara-cara kekerasan ini tidak akan menyelesaikan masalah. Kedua pihak baik aparat maupun orang sipil bersenjata harus sama-sama sadar bahwa yang berhak mencabut nyawa hanya Tuhan,” tandasnya. 

AS: Libya Dulu Baru Papua

Diposting oleh Unknown di 22.15 0 komentar

Kasus di Libya hampir sama dengan kasus Timor Timur, dengan alasan HAM, Demokrasi dan PBB akhirnya Timor Timur Lepas dari Indonesia. Dibawah tekanan Australia, Amerika dan PBB atas nama HAM dan Demokrasi, akhirnya pemerintah BJ Habibie saat itu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan politik yang bertubi-tubi dari para penjajah Kapitalis yang mengincar Minyak di celah Timor. Begitu juga dengan Libya, dengan alasan HAM, AS dan sekutunya menyerang pemerintahan Khadafi padahal ujung-ujungnya ingin menguasai minyak di Libya.

Menurut pengamat militer ibu Connie Rahakundini Bakrie skenario AS menyerang Libya dan Timur Tengah sudah di rancang dari awal. Karena semua negara tersebut terdapat sumber minyak bumi yang besar. Bahkan Ibu connie menambahi kalau sasaran AS selanjutnya adalah Papua

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCybQACsSLQvCgGaLkfJrUnfKQfv_cH3NxD3hqjjYMfGQfIooO8PJPUSK7EbpRL45dPzI8I3SudlopIaEw3y6VBJUZtfzUbHtbgidXGaPbOu9ZTG-c2PbYeGwFG_UHIVH6u5AKQ6nsLSvH/s1600/connie1.jpg


Pernyataan ibu Connie pada siaran tv one sabtu 26/3 2011 bukannya tanpa dasar. Kabar Papua menjadi target AS berikutnya sudah beredar di kalangan intelejen.

Makassar Internasional Writers Festival 2012

Diposting oleh Unknown di 21.19 0 komentar
Malam ini Mattulada hidup kembali.


Kegiatan internasional kembali diadakan di Kota Makassar. Bertempat di taman Benteng Rotterdam yang telah di atur sedemikian rupa oleh para panitia untuk menjadi tempat kegiatan yang menarik. Konsep sederhana tapi mewah nampaknya coba dibangun oleh panitia. Obor yang mengelilingi tempat acara menambah kesan natural pada malam ini. Tidak nampak kesan berlebihan tapi sangat berkesan bagi para hadirin.

Rumata’ menghadirkan Makassar International Writers Festival (MIWF) tanggal 13-17 Juni 2012 di Makassar. Rumahta' yang di pelopori oleh sutradara terkenal yang juga putra daerah Bapak Riri Riza bekerja sama dengan pemerintah Kota Makassar dan Bosowa Foundation kembali menggelar kegiatan ini untuk kedua kalinya.

Kegiatan yang dibuka dengan tari Asseqre oleh tim penari Bataragowa dan dibantu oleh mahasiswa asing yang mengikuti pertukaran mahasiswa yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Jadilah opening ceremony acara ini sangat meriah meskipun ditampilkan dengan kesan sederhana tapi tetap membuat hadirin merasa senang berada ditempat ini. Acara yang dibuka pukul 20.30 WITA menghadirkan penulis dari beberapa negara antara lain dari Amerika, Australia, Singapura, Malaysia dan beberapa negara lain serta penulis lokal maupun dalam negeri.

Sambutan pertama dari Ibu Lili YF sebagai salah seorang kreator kegiatan ini membawa kita pada satu arahan bijak mengenai makna kegiatan ini. Dalam sambutannya Ibu Lili mengatakan bahwa ini merupakan proses kebudayaan dan juga merupakan wadah untuk mempertemukan para penulis. Pada kesempatan ini juga kita akan mengenang kembali sosok Mattulada dan mendokumentasikan sosok-sosok pemikir dari tanah kita sendiri. Sebagai penutup, tidak lupa Ibu Lili mengucapkan terima kasih kepada para sponsor yang telah membatu suksesnya acara ini. 

Pada kesempatan yang lain, di atas panggung Riri Riza dengan senyum khasnya mengatakan bahwa saat ini Rumahta' telah menjadi rumah bagi siapa saja. Dalam sambutannya Riri Riza lebih banyak memberikan ucapan terima kasih kepada para tim pekerja yang telah menyukseskan kegiatan ini termasuk rasa bangganya kepada para mahasiswa asing dari program beasiswa pemerintah yang turut berpartisipasi pada kesempatan ini. Luar biasa kata Riri Reza di penutup sambutannya.

Tidak ketinggalan Wali Kota Makassar turut menyumbangkan buah pikirannya tentang kegiatan ini melalui sambutannya. Semangat baru yang coba dibangun untuk kejayaan sastra di tanah Makassar dan Indonesia pada umumnya.

Sebuah video dokumenter tentang Alm. Mattulada diperlihatkan dan berhasil membangun rasa bangga dan kagum kepada mendiang. Sosok sederhana yang terus hidup lewat karyanya hingga saat ini. Beliau tidak meninggalkan apapun selain buah pemikiran dan karyanya yang megabadi.

Denyut sastra di Kota Makassar malam ini sangat terasa .A Tribute to Mattulada menjadi spirit bagi para generasi muda untuk dapat mengikuti jejak Mattulada. sosok bersahaja yang hasil karyanya tetap abadi hingga kini.

Pada penutupan acara malam ini. Terbersit rasa bangga bagi penulis dapat menimbah ilmu di Fakultas Sastra. Fakultas yang sempat dipimpin oleh Alm. Mattulada.

6.12.2012

Rupanya

Diposting oleh Unknown di 09.16 0 komentar
 
Salah
Rupanya aku tak peka
Biarlah gelap menjadi gulita
Jangan salahkan siapa
Aminkan saja doa
Meski kali ini Tuhan cukup tuli

Disini saja
Kita nikmati sesal
Sesaat terhanyut sepi dan mati membisu
Kadang memang kita perlu memadu asmara di kelamin Tuhan

Ruang Angkasa Juni 2012

ALAM RAYA

Diposting oleh Unknown di 04.29 0 komentar

Keindahan alam selalu menyimpan misteri.

Aneh Lebih Tepatnya Gila

Diposting oleh Unknown di 02.52 0 komentar

Aku. Mencintai keajaiban dan selalu melihat dari sisi yang berbeda. Kemungkinan selalu aku perhitungkan dan itu yang membuatku kadang sedikit gegabah tapi bagiku tantangan itu jauh lebih menantang. Aku suka bermain dengan imajinasi bahkan kadang mempermainkan hidupku sendiri tapi bukan berarti aku benci serius. Aku senang menjadi aku karena dengan sifatku yang seperti ini membuatku menjadi sedikit lebih senang. 

Gelisah yang setiap saat menjelma menjadi bayangan berhasil menjadikan aku orang yang tidak pernah tenang. Takut. Kadang juga ada tapi setidaknya aku mampu meredam dengan ketenangan yang tidak aku tahu dari mana asalnya. Sejak kecil orang menuduh aku authis, menginjak remaja mereka mengatakan aku psikopat dan sekarang saat proses menuju dewasa mereka kembali menuduhku gila. Aneh tapi nyata kurasa.

Rintik

Diposting oleh Unknown di 01.10 1 komentar

Di rintik ini
Aku menunggu
Abadi dalam dekap malam
Angin dan dingin menjadi rupa
Dan biarkanlah cinta menjadi alasan
Sebab aku tak tahu seperti apa jawaban

Nisan lebih dulu menancap
Tidak usah menunggu hujan
Kembalilah menuju belantara angan
Biarlah bayangan yang menunggu rintik ini reda


Di rintik ini
Aku menunggu
Abadi dalam dekap malam

Makassar Juni 2012

6.07.2012

Gelisah

Diposting oleh Unknown di 20.27 0 komentar
Kembali gelisah dikamar ini
Gelisah yang aku pelihara bermusim lamanya
Gelisah yang mengibaratkanku gila
Gelisah yang mengajarkanku liar
Gelisah yang menodai shalatku
Gelisah diranjang dan dinding kamarku
Gelisah yang membatku lapar
Gelisah pada celana dalamku yang berserakan di lantai
Gelisah pada poster Guevara yang mengabadi di dinding kamarku
Gelisah pada lemari coklat tuaku
Gelisah pada lobang kecil di sisi kanan kamarku
Gelisah pada puntung rokokku yang kusembunyikan di bawah ranjangku
Bahkan gelisah pada Tuhanku
Gelisah oh gelisah
Pada siapa aku memadu kasih untuk meredam gelisahku
Pada secawan arak atau bius saja yang kukomatkan tiap senja
Gelisah oh gelisah
Gelisah ini milik siapa
Apakah hanya milikku atau milikmu semua yang menggelisahkan hidupnya

Makassar Juni 2012


6.03.2012

Karya Sastra dan Periodisasinya

Diposting oleh Unknown di 02.42 0 komentar



A.            Karya Sastra Bentuk Prosa

Karangan prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang bersifat bukan sastra. Yang bersifat sastra merupakan karya sastra yang kreatif imajinatif, sedangkan karya sastra yang bukan astra ialah karya sastra yang nonimajinatif.