Pembunuh Harapan dan Nada Berikut

on 5.09.2014
Kau boleh percaya bahwa aku mungkin tidak mencintaimu, tapi kau harus yakin aku tidak akan meninggalkanmu.

Ini adalah kalimat yang tidak sempat kau dengar karena selalu terburu-buru mematikan panggilan teleponku. Masih kulekatkan gagang ini di kuping kiriku, sementara kau dengan paksa menekan tombol yang mampu menyulap jarak kita menjadi tiada. Seperti bunyi peringatan saat kapal ingin berlayar, nyaring, panjang, dan tak mengenal kata tunggu.

Benar katamu, cinta memang selalu membawa orang ke padang kembara. Mengajar kita menjadi pengelana. Kini aku harus menyiapkan perbekalan yang tidak sanggup kuterka cukup tidaknya. Perjalanan kali ini banyak memakan waktu, perasaan, juga angin. Namun belum juga cukup rasanya aku mengenalmu, kecuali seseorang yang selalu terburu-buru mematikan teleponku. Karena alasan itu pula, aku akhirnya menulis namamu di teleponku dengan sebutan, Pembunuh Harapan.

Sejak kau mulai memikirkan rumah besar dengan semua hal mewah, kupandangi dalam-dalam diriku. Tak sebuihpun yang layak kauperjuangkan. Aku memang bukan lelaki dari negeri emas yang akan menguningkan kehidupanmu. Sungguh, satu-satunya hal yang kumewahkan dalam hidupku adalah, caraku mencintaimu. Sederhana, apa adanya, dan selalu sadar diri.

Seminggu terakhir ini, kita bahkan tak pernah saling bertukar kabar. Kau kini menemukan persembunyian bersama orang lain, sedangkan aku selalu lari mengejar namamu yang diterbangkan angin kesuatu tempat istimewa yang tidak mungkin kukunjungi. Dengan terpaksa dan terluka, aku kembali merayakan kesendirianku.


Di sebuah jalan raya sebelum kita benar terpisah. Salamanya. Aku meneleponmu dan berharap kau dapat mendengar kalimat pembuka puisi ini kuucapkan sekali lagi. Sayangnya, seseorang yang tidak kukenal menjawab panggilanku, rekam suara anda setelah nada berikut. Aku menunggu berjam-jam, kuhabiskan seluruh perbekalanku disini. Namun nada berikut itu tak pernah ada. Tak pernah kau kehendaki.

0 komentar:

Posting Komentar

5.09.2014

Pembunuh Harapan dan Nada Berikut

Diposting oleh Unknown di 02.55
Kau boleh percaya bahwa aku mungkin tidak mencintaimu, tapi kau harus yakin aku tidak akan meninggalkanmu.

Ini adalah kalimat yang tidak sempat kau dengar karena selalu terburu-buru mematikan panggilan teleponku. Masih kulekatkan gagang ini di kuping kiriku, sementara kau dengan paksa menekan tombol yang mampu menyulap jarak kita menjadi tiada. Seperti bunyi peringatan saat kapal ingin berlayar, nyaring, panjang, dan tak mengenal kata tunggu.

Benar katamu, cinta memang selalu membawa orang ke padang kembara. Mengajar kita menjadi pengelana. Kini aku harus menyiapkan perbekalan yang tidak sanggup kuterka cukup tidaknya. Perjalanan kali ini banyak memakan waktu, perasaan, juga angin. Namun belum juga cukup rasanya aku mengenalmu, kecuali seseorang yang selalu terburu-buru mematikan teleponku. Karena alasan itu pula, aku akhirnya menulis namamu di teleponku dengan sebutan, Pembunuh Harapan.

Sejak kau mulai memikirkan rumah besar dengan semua hal mewah, kupandangi dalam-dalam diriku. Tak sebuihpun yang layak kauperjuangkan. Aku memang bukan lelaki dari negeri emas yang akan menguningkan kehidupanmu. Sungguh, satu-satunya hal yang kumewahkan dalam hidupku adalah, caraku mencintaimu. Sederhana, apa adanya, dan selalu sadar diri.

Seminggu terakhir ini, kita bahkan tak pernah saling bertukar kabar. Kau kini menemukan persembunyian bersama orang lain, sedangkan aku selalu lari mengejar namamu yang diterbangkan angin kesuatu tempat istimewa yang tidak mungkin kukunjungi. Dengan terpaksa dan terluka, aku kembali merayakan kesendirianku.


Di sebuah jalan raya sebelum kita benar terpisah. Salamanya. Aku meneleponmu dan berharap kau dapat mendengar kalimat pembuka puisi ini kuucapkan sekali lagi. Sayangnya, seseorang yang tidak kukenal menjawab panggilanku, rekam suara anda setelah nada berikut. Aku menunggu berjam-jam, kuhabiskan seluruh perbekalanku disini. Namun nada berikut itu tak pernah ada. Tak pernah kau kehendaki.

0 komentar on "Pembunuh Harapan dan Nada Berikut"

Posting Komentar